“Vickynisasi branding” adalah sebuah “genre baru” dalam dunia personal branding dan pencitraan. Saya membagi milestones pendekatan pencitraan dari masa ke masa ke dalam tiga genre. Pertama, tatkala media seperti radio atau televisi belum marak kita mengenal apa yang disebut “authentic branding” (pencitraan otentik), yaitu pencitraan yang terbangun oleh kualitas personal yang agung, capaian luar biasa, atau karakter yang mulia dari sosok yang dicitrakan.
Kedua, ketika media berbayar seperti koran, radio, dan televisi marak, arah pendekatan pencitraan bergeser menjadi apa yang saya sebut “lipstick branding”, yaitu pencitraan yang terbangun melalui rekayasa (kalau meminjam istilah Vicky Prasetyo disebut “lipstikisasi” kali ya) dari si sosok yang dicitrakan. Sebetulnya si sosok buruk, tapi di layar kaca menjadi kinclong kinyis-kinyis. Sejatinya si sosok bengis bak mafia, tapi di bilbor-bilbor jalan protokol menjadi sosok merakyat penuh empati. Sesungguhnya si sosok adalah koruptor, tapi di halaman-halaman koran menjadi sosok alim penuh kearifan.