Judul: Thinking, Fast and Slow
Penulis: Daniel Kahneman
Hal: 512 hal
Penerbit: Farrar, Staus and Giroux, 2011
Mengarungi pemikiran Daniel Kahneman selama empat dasawarsa kita diajak menelanjangi kegagalan mahluk lemah bernama manusia dalam berpikir rasional dan obyektif. Begitu banyak bias dan kekeliruan yang kita buat sehingga penilaian (judgement), pilihan (choice) atau keputusan (decision) yang kita ambil menjadi melenceng dari koridor rasionalitas dan obyektivitas.
Tesis sentral inilah yang mendorong Kahneman bersama mitra intelektualnya, Amos Tversky, mengembangkan teori mengenai bias kognitif (cognitive biases) dan pengaruhnya terhadap proses pengambilan keputusan. Mereka kemudian mengelaborasi teori tersebut ke lapangan ekonomi dan menghasilkan Teori Prospek (Prospect Theory) yang kemudian mengantarkan Kahneman meraih Nobel bidang ekonomi pada tahun 2002.
Buah pikiran Kahneman-Tversky (keduanya adalah psikolog, bukan ekonom) tersebut sekaligus menjadi fondasi bagi cabang ilmu ekonomi yang kini kian populer, yaitu ekonomi perilaku (behavioral economics). Beberapa buku best seller di bidang ini seperti Freakonomics (Levit-Dubner, 2005), Predictably Irrational (Ariely, 2008), Black Swan (Taleb, 2007), bahkan karya pop Blink (Gladwell, 2005) setidaknya bersumber dari teori yang mereka bangun berdua.
Intellectual Journey
Thinking, Fast and Slow adalah karya masterpiece Kahneman yang merangkum (dengan sangat padat-presisi, kaya detil, komprehensif, tapi tetap entertaining) keseluruhan pemikirannya yang membentang selama 40 tahun terakhir (karya pertamanya bersama Tversky muncul tahun 1971). Saking komprehensifnya buku ini merangkum intellectual journey sang maestro, saya berani bertaruh, ini adalah karya terakhir Kahneman dalam bentuk buku.
Secara umum pemikiran Kahneman tersebut terbagi ke dalam tiga fase. Fase pertama adalah studi mengenai bias kognitif yang mendistorsi pikiran kita dalam melakukan judgement terhadap sebuah realitas. Melalui studi rintisan “Judgement Under Uncertainty: Heuristics and Biases” (1974) yang juga terlampir dalam bagian apendiks buku, Kahneman menemukan adanya kesalahan sistematis (systematic errors) dalam proses penilaian dan pengambilan keputusan akibat adanya bias kognitif.
Fase kedua adalah studi mengenai teori prospek yang merombak asumsi dasar teori ekonomi tradisional mengenai utilitas (expected utility theory). Melalui karya klasik berbuah Nobel, Prospect Theory: An Analysis of Decision under Risk (1979), Kahneman-Tversky melakukan modifikasi terhadap expected utility theory yang mendominasi pemikiran para ekonom sebelumnya. Mereka membuktikan bahwa dalam melakukan pengambilan keputusan ekonomi manusia tidaklah melulu berpikir rasional, tapi tak luput dari pengaruh berbagai bias dan kekeliruan. Mereka menggugurkan teori lama yang berasumsi bahwa manusia adalah rational agent (homo economicus)
Sementara fase pemikiran Kahneman ketiga adalah studi mengenai psikologi hedonis (hedonic psychology) dan kebahagiaan (science of hapiness). Melalui risetnya, Kahneman berhasil membedakan apa yang disebutnya “experienced well-being” dan “remembered well-being” sebagai ukuran kebahagiaan. Ia menemukan bahwa dalam melihat kebahagiaan hidup, penilaian kita bukannya ditentukan oleh durasi waktu (duration-neglected), tapi banyak dipengaruhi oleh puncak kebahagiaan/kesengsaraan yang kita alami (peak-end rule).
Baca Juga: Kisah Heroik Mazhab Ekonomi Baru
Dua Sistem
Kalau dirunut lebih jauh, keseluruhan buah pikiran Kahneman di atas berakar pada dua mekanisme kerja otak kita yang menjadi ide sentral buku ini. Kahneman menyebut dua mekanisme yang berbeda satu sama lain tapi saling berkait-erat tersebut dengan nama “Sistem 1” (fast thinking) dan “Sistem 2” (slow thinking). Sistem 1 bekerja secara cepat-seketika, otomatis, bersifat emosional-intuitif, asosiatif, dan seringkali tak disadari (subconscious). Sementara Sistem 2, sebaliknya, bekerja secara lambat, penuh perhitungan, logis, analitikal, dan butuh perhatian tinggi.
Karena Sistem 2 bekerja dengan penuh perhitungan dan rasional, maka seharusnya ia berperan besar dalam menentukan pilihan dan pengambilan keputusan. Namun celaka, Sistem 2 ini cenderung “malas” dan gampang lelah (disebut “ego-depletion”). Karena itu seringkali Sistem 2 ini menerima begitu saja feeding dari Sistem 1 yang memang lebih cepat dan mudah, namun mengandung banyak bias dan kekeliruan.
Inilah, menurut Kahneman, yang menjadi sumber terjadinya begitu banyak bias yang menjangkiti pikiran kita. Konsekuensi dari temuan Kahneman ini sangatlah jelas, bahwa sesungguhnya kita adalah mahluk lemah yang “tidak banyak tahu” tentang alasan-alasan yang melandasi pilihan atau keputusan yang kita ambil.
Terus terang, membaca sampai akhir buku ini saya menjadi ragu atas kebenaran dari keputusan-keputusan besar yang telah saya ambil dalam hidup saya. Misalnya, “apakah sudah benar ketika saya memutuskan konsultan dan penulis sebagai pilihan profesi saya?” Atau, “apakah sudah tepat ketika 15 tahun lalu saya memutuskan untuk menetap di Jakarta?” Atau juga, “apakah sudah tepat saat 7 tahun yang lalu saya memutuskan untuk menikah?”
Barangkali saja semua keputusan besar saya itu keliru. Ya, karena seperti dikatakan Kahneman, proses terbentuknya keputusan-keputusan itu pekat diwarnai bias, ilusi, dan serba ketidaktahuan yang fatal. Wallahu a’lam. ***
Chemistry Dua Jenius
Thinking, Fast and Slow tak hanya scientifically-robust, intellectually-profoking, dan begitu kaya dengan analisis cerdas, tapi juga “menyentuh”. Bukannya kebetulan, karena buku hebat ini secara khusus didedikasikan Kahneman untuk menghormati Amos Tversky. Tversky adalah mitra intelektualnya yang selama belasan tahun bahu-membahu membantunya membangun Teori Prospek yang kemudian menghasilkan Nobel.
Sayang sekali Tversky tak bisa berbagi Nobel karena ia keburu meninggal pada tahun 1996, enam tahun sebelum Kahneman menerimanya. Kahneman mengatakan kepada The New York Times dalam sebuah wawancara sesaat setelah ia menerima hadiah, “I feel it is a joint prize. We were twinned for more than a decade.” Keduanya adalah duo intelektual yang selalu saling berbagi, saling mengisi, dan saling memengaruhi.
Dalam menjelaskan konsep dan argumentasinya, di banyak halaman buku ini Kahneman menggunakan kata-kata “I and Amos”. Itu barangkali karena secara intelektual mereka memang seperti pinang dibelah dua, tak bisa dipisahkan. Dalam menjelaskan teorinya Kahneman juga seringkali terlebih dahulu memberikan background proses dialog intelektualnya bersama Tversky. Tak heran jika membaca buku ini, secara tak sadar kita merasakan detak-detak “hubungan intelektual” sekaligus “hubungan emosional” antar keduanya.
Kahneman pertama kali bertemu dengan Tversky pada tahun 1969 dalam sebuah seminar di Universitas Hebrew, Yerusalem tempat Tversky mengajar. Dalam seminar tersebut mereka terlibat debat intelektual seru yang kemudian berujung pada keinginan mereka berdua untuk berkolaborasi. Sejak awal bertemu, keduanya langsung menemukan chemistry. Mengenai chemistry ini Kahneman berujar, “The pleasure we found in working together made us exceptionally patient, it is much easier to strive for perfection when you are never bored.”
Kerja kolaborasi Kahneman-Tversky akhirnya berlangsung selama 14 tahun, yang begitu produktif menghasilkan dua buku dan 9 tulisan jurnal yang sangat berpengaruh baik di bidang psikologi maupun ilmu ekonomi. Melalui karya bersama ini, keduanya dianggap sebagai pionir psikologi kognitif (cognitive psychology) dan ekonomi perilaku (behavioral economics).***