Beberapa waktu ke depan adalah minggu-minggu yang berat karena satu-persatu perusahaan berada di posisi SURVIVAL MODE.
Yaitu jungkir-balik melakukan apapun agar bisa bertahan di tengah krisis: mengais omset, cashflow masuk, dan kalau bisa tidak me-layoff karyawan.
Saya menyebutnya SURVIVAL INNOVATION, yaitu inovasi belok arah, mengubah model bisnis, atah bahkan beralih (pivot) usaha untuk bisa survive untuk mendapatkan omset dan cash.
Join the webinar: Covid-19 Webinar Series
Contohnya:
– Resto dan hotel mengubah model bisnisnya menjadi FOOD DELIVERY SERVICES.
– Martha Tilaar menyulap fasilitas produksi kosmetiknya ke pembuatan HAND SANITIZER.
– Lippo mengubah mal Lippo Mampang Plaza menjadi RUMAH SAKIT khusus penderita Covid-19.
– Hotel Ambhara menawarkan SANITIZED SERVICES ke rumah-rumah.
– Es Teller 77 menutup beberapa gerai dan beralih menjual produk FROZEN FOOD.
Aksi cepat perusahaan-perusahaan di atas untuk survive menyadarkan saya apa makna kata AGILITY dalam bisnis.
Mereka merespons krisis dengan SUPER CEPAT, LENTUR, TERUKUR, tanpa kehilangan MOMENTUM dan VISI. Itulah AGILITY.
Mereka AGILE karena memang tak ada pilihan, itulah PILIHAN SATU-SATUNYA.
Mereka AGILE karena KEPEPET dipaksa keadaan.
AGILITY adalah ASET PALING BERHARGA di saat krisis.