Jaman kecil dulu, saya masih ingat, ibu saya adalah “penguasa tunggal” rumah. Ibu saya melakukan apapun: memasak, mencuci, menyapu, mengepel lantai, beres-beres kamar, menyiapkan makan pagi-siang-malam, membersihkan pekarangan. Tak ada satu jengkal pun bagian rumah yang tak tersentuh oleh tangan terampil nan cekatan dari si ibu. Itu semua dilakukan ibu secara maraton dari lepas subuh hingga larut malam dengan suka cita dan passion yang luar biasa. Di situlah saya menemukan sosok ibu yang “perkasa”, sosok seorang hero.