Hari Jumat lalu (23/4) saya mengeluarkan kajian dan mempresentasikannya di gelaran Ramadhan Muslim Market Outlook 2021 mengenai 3M = “Millennial Muslim Megashifts”.
Dalam webinar itu juga disampaikan konsep Gen-Sy, sebuah pendekatan segmentasi pasar muslim yang dipresentasikan Pak Ivan Ally dari Bank Syarian Indonesia (BSI) sebagai case study.
Di situ saya menyampaikan teropongan saya bersama tim peneliti dari Inventure mengenai pergeseran-pergeseran besar pasar muslim milenial di tanah air.
Segmen milenial selalu menarik dikulik karena inilah market masa depan. Dalam buku Millennial Kills Everything (2019) bahkan saya menulis, jika kita tidak membilas existing market yang didominasi Gen-X dan Baby Boomers saat ini dengan segmen milenial maka perusahaan akan mati.

Celakanya, preferensi dan perilaku konsumen milenial berubah drastis dari generasi sebelumnya. Saya menyebut telah terjadi “patahan tektonik” antara generasi lama dengan generasi baru ini. Begitupun muslim milenial, bakal menjadi the new big thing di Indonesia mengingat hampir 90% penduduk kita adalah muslim.
Saya membagi pergeseran besar pasar muslim milenial pasca pandemi ke dalam 5 kelompok besar yang untuk mudahnya saya singkat menjadi 5S. 5S tersebut adalah: Spiritual, Safety, Screen, Self-Expression, dan Social.
Spiritual: “Pandemic is the Great Corrector”
Kaum muslim menyikapi bencana COVID-19 sebagai bentuk “hukuman” yang diberikan oleh Tuhan YME kepada umat manusia karena dosa dan perbuatan yang telah dilakukan selama ini. Karena itu, pandemi justru mempertebal keimanan kaum muslim dengan melakukan koreksi fundamental dalam menjalani hidup di dunia.
Bagi kaum muslim, pandemi merupakan momentum untuk meluruskan kembali seluruh aspek kehidupannya agar patuh dan selaras dengan nilai-nilai Islam. Bencana pandemi bukan menjauhkan tetapi justru semakin mendekatkan kaum muslim milenial kepada Tuhan YME.
Safety-Security: “The Rise of Halalan Toyyiban”
Pandemi semakin menyadarkan kaum muslim milenial akan pentingnya menjaga kehalalan dan kebaikan (toyyiban) karena musabab datangnya bencana ini adalah kelalaian akan prinsip halalan toyyiban. Pandemi membuat masyarakat semakin peduli terhadap informasi kehalalan suatu produk.
Halal disini tidak hanya disematkan pada produk makanan semata. Dalam Islam, dikenal konsep halalan thayyiban yang artinya diperbolehkan agama (halal) dan memberikan manfaat baik (thayyiban). Label halal menjadi kian penting. Bahkan, dari riset kualitatif yang dilakukan DinarStandars terhadap Gen-Z di MEA, label halal juga dianggap penting bagi masyarakat non-muslim. Alasannya yaitu, label halal diasosiasikan dengan persepsi sehat.
Screen: “Digitalization of Life”
Adopsi digital kaum muslim milenial mengalami perluasan (widening) dan pendalaman (deepening) di seluruh aspek kehidupan mereka mulai dari bekerja, belajar, bermain, bersosialisasi, beribadah hingga berderma.
Dalam hal berderma melalui ZISWAF (zakat, infaq, sadaqah, dan wakaf) misalnya, melalui platform digital maka semua orang dapat dengan mudah melakukan pembayaran zakat, infaq dan sadaqah melalui berbagai situs online seperti Baznas, Lazis, e-commerce atau marketplace, hingga layanan payment seperti Gopay atau OVO. Sehingga ke depannya, potensi donasi digital dari ZISWAF akan terus meningkat dan lembaga filantropi maupun gerakan sosial lainnya akan tumbuh subur terutama pasca pandemi COVID-19
Self-Expression: “Esteem & Actualization (still) Matter”
Pandemi tidak akan memupuskan keinginan muslim milenial untuk mengembangkan self-actualization, esteem, dan leisure. Mereka akan berinovasi dan beradaptasi untuk mewujudkannya. They are still fun generation.
Keinginan untuk terus menikmati leisure ini akan mendorong kian maraknya konsep wisata halal pasca pandemi. Pandemi COVID-19 menjadi kesempatan untuk membangkitkan pariwisata halal. Pasalnya, tuntutan yang muncul terhadap pariwisata selama masa pandemi sejalan dengan konsep pariwisata halal
Social: “The Empathic Generation”
Serangkaian krisis (ekonomi, teknologi, Kesehatan) yang dihadapi muslim milenial di sepanjang hidup telah mendorong mereka untuk welas asih, berempati dan peduli ke saudara-saudara yang ditimpa musibah. The golden age of ZISWAF.
Pandemi COVID-19 telah menciptakan masyarakat baru yang penuh empati, terilihat dari begitu banyaknya aksi simpatik dari seluruh anggota masyarakat khususnya milenial muslim untuk memberikan donasi dan penggalangan dana bagi masyarakat yang terkena dampak COVID-19.
Data dari Google menyebutkan, pencarian kata kunci “menyumbangan” naik hingga 150%, begitu pula “paket sembako” melonjak hingga 200% selama 2020 kemarin.