Satu hal yang selalu menggelisahkan saya adalah jika saya diminta bantuan oleh teman (siapapun) untuk mengajar, menjadi pembicara, menjadi juri, menulis, memberi testimoni buku, mentoring bisnis, membimbing skripsi mahasiswa, dan berbagai bentuk bantuan lain, namun saya tidak bisa karena berbagai hal. Saya gelisah karena pertama, tentu si teman akan kecewa. Kedua, saya kehilangan peluang silaturahmi yang luar biasa.
Ya, karena ketika saya bisa memenuhi permintaan itu maka kekayaan saya bertambah, yaitu teman dan silaturahmi. Inilah kekayaan yang luar biasa. Tak ada tandingannya, bahkan oleh uang setriliun sekalipun. Memberi bantuan kepada teman adalah memupuk kedalaman silaturahmi. Kalau permintaan itu tak bisa saya penuhi maka dengan sendirinya saya kehilangan peluang untuk memperdalam silaturahmi.
Saya percaya 1000 persen bahwa: semakin banyak kita membantu teman, maka semakin berlipat-lipat bantuan yang diberikan si teman kepada kita. Mungkin tidak sekarang, mungkin tidak bulan ini, mungkin tidak tahun ini, bahkan mungkin tidak sepuluh tahun lagi. Tapi pasti bantuan berlipat-lipat itu akan datang. Mungkin bukan uang, mungkin bukan proyek, mungkin hanya tenaga dan pikiran, mungkin cuma support, bahkan mungkin sekedar doa. Ingat, doa ikhlas seorang teman adalah berkah dan kekayaan yang luar biasa.
Oleh karena itu saya meyakini, kekayaan kita tak hanya berbanding lurus dengan bantuan yang kita berikan ke teman. Lebih hebat lagi ia mengikuti deret ukur. “The more helps you give, the even more helps you get”. So menjadi kayalah dengan memberi sebanyak mungkin bantuan ke teman.
Syaratnya satu, ini bukanlah transaksional. Bukan memberikan bantuan ke teman untuk mendapatkan bantuan balik. Semuanya dilakukan dengan ikhlas, unconditional. Semakin nggak ikhlas, maka semakin tak kunjung terwujud bantuan berlimpah itu. Seperti filosofi pendulum yang dibilang Pak David Marsudi pendiri D’Cost. Kata Pak David, tugas kita hanyalah melempar pendulum alias memberi bantuan ke teman, titik. Apakah pendulum itu balik lagi ke kita (artinya kita dibantu balik oleh si teman) atau tidak, itu bukan urusan kita, tapi urusan Yang Di Atas.
Kalau Anda seorang salesman, maka sukses Anda ditentukan oleh seberapa banyak kontak yang ada di ponsel Anda. Tak hanya sebatas itu tentu, dari kontak sebanyak itu berapa yang menjawab ketika Anda telpon dan berapa yang sudi memberi bantuan (membeli produk Anda, memberi support, memberi advis, memberi referal calon pelanggan, mau bekerjasama dengan Anda, dsb-dsb).
Nah mau-tidak mereka membuka telepon atau menjawab SMS Anda, mau-tidak mereka memberi bantuan ditentukan oleh seberapa banyak Anda menanam “benih” bantuan kepada mereka. Kalau kepada teman-teman bisnis itu Anda terus-menerus memperdalam silaturahmi dengan banyak memberi bantuan, dan bantuan tersebut sarat dengan ketulusan dan keikhlasan semata demi kesuksesan si teman, maka pasti bantuan balik itu akan datang dengan sendirinya. Mereka akan membeli produk Anda, men-support Anda, membantu kesuksesan Anda.
Prinsip dalam salesmanship itu berlaku secara universal dalam bisnis, karir, dan kehidupan. Kesuksesan kita dalam bisnis, karir, dan kehidupan ditentukan oleh seberapa banyak bantuan yang telah kita berikan kepada teman-teman kita. Makanya setiap akhir tahun saya melakukan refleksi akhir tahun dengan cara yang unik. Menjelang pergantian tahun tepat pukul 12 malam, saya mempelototi seluruh kontak yang ada di ponsel saya. Setiap membuka satu kontak saya merenung, dan kemudian menghitung, seberapa banyak benih bantuan yang telah saya tanam bagi si teman tersebut.
Bagi Keith Ferrazzi (baca bukunya yang mencerahkan: Never Eat Alone, 2014) sukses di dalam bisnis, karir, dan kehidupan ditentukan oleh kemampuan kita dalam membangun sebuah komunitas pertemanan dimana kita peduli dan siap membantu mereka; dan sebaliknya, mereka peduli dan siap membantu kita.
Sukses kata Keith ditentukan oleh seberapa banyak kita mengumpulkan teman, dan bagaimana kita membangun jejaring (networking) dengan mereka. Apa itu networking? Ini dia definisi networking menurut Keith: “Networking is about finding ways to make other people (friends) more successful”. It was about working hard to give more than you get.”
Jadi networking itu bukan sekedar kita banyak hadir di acara-acara penting bersama partner bisnis, ngobrol ke sana-kemari, ketawa haha-hihi. Atau banyak hadir di LinkedIn dan Twitter menyapa satu-satu teman dan prospek pelanggan. Tapi melakukan tindakan kongkret membantu teman bisnis agar mereka mencapai sukses. We become the enabler of their success.
Membantu adalah tindakan terus-menerus dan inkremental, bukan pekerjan short-term atau on-off, bukan pula baru kita berikan setelah orang lain memberi. Teman kita mempercayai, komit, dan siap selalu membantu kita hanya jika kita terus-menerus membantu mereka, sedikit-sedikit, pelan-pelan, dalam jangka waktu yang lama dengan ketulusan dan keikhlasan. Inilah resep Ilahi kesuksesan kita.
Dalam setiap bisnis, karir, dan hidup yang saya jalani, saya mencoba untuk menerapkan prinsip-prinsip the power of helping di atas karena 1000 persen saya mempercayai keampuhannya. Namun berjalan beberapa tahun saya jadi malu, karena masih banyak bolong-bolong dan compang-camping saya melaksanakannya. Namun saya masih bisa menghibur diri: inilah manusia, kalau saya bisa sempurna melaksanakannya, pastilah saya sudah menjadi malaikat. Hehehe…
Photo Credit: www.theinspiredwoman.org