Whatsapp (WA) blunder mengeluarkan kebijakan privasi baru. Data pengguna bakal dibagi ke Facebook yg dikenal punya perangai buruk dalam menggunakan data pelanggan.
Akibatnya jutaan penggunanya hengkang ke Telegram dan Signal.
Melewati batas waktu tanggal 15 Mei kemarin, kini terjadi perang terbuka WA vs Telegram vs Signal yang gaduh di Twitter.
Salah satunya adalah yang tampak pada gambar, ie cuitan Telegram yang menyindir WA dengan menggambarkannya sebagai recycle bin yang terisi Facebook di dalamnya.

Di Indonesia lain.
Pengguna WA di tanah air adem-ayem, tak bergeming oleh langkah pengguna WA di seluruh dunia yang exodus besar-besaran ke Telegram dan Signal
Mengapa? Saya kira ada 3 alasannya:
#1. “Privasi? Emang gue pikirin!” Bagi konsumen Indonesia privasi belum begitu penting. GRATISAN lebih penting.
Konsumen Indonesia paham betul prinsip dasar layanan gratisan Big Tech di era surveillance economy: “If you’re not the consumer, you’re the PRODUCT”.
#2. “Network Effect” WA terlanjur powerful. Dengan 2 miliar pengguna, NILAI jejaring konsumen WA amat tinggi dan akan semakin tinggi.
“Winner takes all”. Tinggal tunggu waktu pengguna Telegram dan Signal akan “terhisap” WA.
#3. Tak ada jaminan Telegram dan Signal lebih baik dari WA. Telegram berbasis cloud dan tidak end-to-end encripted seperti WA, sehingga lebih tidak aman.
Sementara Signal lebih aman karena end-to-end encripted seperti WA, berbasis open-source, dan dikelola oleh entitas non-profit. Namun penggunanya kecil dan growth potential-nya dipertanyakan.
Anyway, beginilah nasib “PRODUCT”
Tak berdaya menghadapi yang empunya PRODUCT. Mau diapa2ain bisanya cuma ngangguk. Nrimo.
@yuswohady
inventureknowledge.id
yuswohady.com