Setiap akhir tahun saya selalu mengeluarkan daftar buku-buku yang menurut saya terbaik sepanjang tahun dan harus dibaca oleh marketers, entrepreneurs, dan business leaders. Tentu saja pilihan ini subyektif sesuai bidang, minat, dan preferensi saya, Anda bisa berbeda dengan saya. Mudah-mudahan buku-buku yang saya pilih ini bisa meluaskan wawasan bisnis Anda dalam menghadapi tahun challenging 2021. Berikut ini daftar 10 buku terbaik pilihan saya.

#1. Competing in the Age of AI: Strategy and Leadership When Algorithms and Networks Run the World, Marco Iansiti and Karim R. Lakhani
Perusahaan-perusahaan yang menempatkan artificial intelligence (AI), software, dan analitik di jantung model operasi seperti Amazon, Google atau Netflix memiliki tiga keunggulan kunci dibanding perusahaan konvensional.
Pertama scalability, kemampuan memberikan value ke sebanyak mungkin konsumen dengan biaya serendah mungkin); Kedua scope, kemampuan memberikan add-on services yang luas dan melitas batas industri. Ketiga dynamic learning, kemampuan bereksperimen dan mempelajari konsumen melalui algoritma yang mereka kembangkan. Dengan tiga keunggulan bersaing inilah “AI-first organization” akan mendominasi lanskap kompetisi masa depan.
Buku ini memberikan bekal kepada setiap pemimpin bisnis mengenai bagaimana berkompetisi, mengelola sumber daya, dan bertumbuh di era AI. Ke depan setiap organisasi akan dikelola dengan model operasi semacam ini, dimana algoritma dan network akan menjadi panglima.

#2. Tiny Habits: The Small Changes That Change Everything, B.J. Fogg
“Tiny is mighty,” ujar B.J. Fogg penulis buku ini. Apalagi kalau menyangkut perubahan, termasuk perubahan perilaku. Proyek perubahan selalu menemui kegagalan karena selalu dimulai dengan sesuatu yang besar: “think big, action big.”
Padahal buku ini menganjurkan sebaliknya. Setiap perubahan besar harus dimulai dengan kebiasaan-kebiasaan kecil. Usul buku ini, “Break your aspirations into tiny behaviors. Embrace mistakes as discoveries, and use them to move ahead.”
Buku ini mengusung sebuah formula yang simpel B = MAP yang berbunyi: Sebuah perilaku (B: Behavior) terbentuk jika motivasi (M: Motivation), Kemampuan (A: Ability) dan kebiasaan kecil (P: Prompt) berlangsung secara bersamaan. Seperti tercermin dari formula tersebut, perubahan terjadi jika kita memulainya dari kebiasaan-kebiasaan kecil.

#3. No Filter: The Inside Story of Instagram, Sarah Frier
Sebuah indepth reporting mengenai perjalanan Instagram tak hanya dalam mencapai kesuksesan bisnis tapi juga bagaimana apps ini secara fundamental membentuk hidup kita. Ditulis oleh Sarah Frier, wartawan Bloomberg News, dengan kedalaman analisa sekaligus penyampaian storytelling yang menawan, buku ini memenangkan berbagai penghargaan buku terbaik tahun ini antara lain dari FT-McKinsey, Fortune, Inc. hingga The Economist.

#4. Experimentation Works: The Surprising Power of Business Experiments, Stefan H. Thomke
Raksasa-raksasa digital seperti Amazon, Google atau Facebook bisa melakukan 10.000 eksperimen tiap tahunnya. Eksperimen untuk meluncurkan produk dan inovasi baru, memperbaiki user experience, atau menguji fitur atau model bisnis baru di pasar dengan melibatkan jutaan konsumennya.
Begitulah perusahaan masa depan beroperasi. Mereka terus-menerus melakukan eksperimen untuk menguji apakah value proposition yang mereka tawarkan sudah fit dengan keinginan pasar. Sebelumnya eksperimen semacam ini tidak mungkin dilakukan karena sangat mahal dan lama, namun dengan adanya internet dan perangkat digital menjadi mungkin dan cost-efficient.
Buku ini adalah guidebook bagi Anda para pemimpin bisnis untuk memasuki alam berpikir baru dalam menjalankan bisnis, yaitu melalui eksperimentasi.

#5. The Future Is Faster Than You Think: How Converging Technologies Are Transforming Business, Industries, and Our Lives, Peter H. Diamandis and Steven Kotler
Perubahan teknologi telah mengalami akselerasi secara eksponensial. Percepatan perubahan teknologi AI, robotik, virtual reality, biologi digital, hingga blockchain akan berkonvergensi dan kemudian menghasilkan industri-industri baru, bisnis-bisnis baru, dan tentu saja rules of the game baru.
Diamandis, futuris penyokong konsep Singularity, penulis buku ini, menguraikan bagaimana konvergensi berbagai teknologi tersebut bakal terjadi. Dan hasilnya, konvergensi ini akan melahirkan kembali industri-industri yang telah obsolet seperti periklanan, pendidikan, hiburan, layanan kesehatan, hingga ritel.
Sebuah teropongan insightful mengenai masa depan berbagai industri di tengah akselerasi teknologi yang bergerak cepat secara eksponensial.

#6. The Passion Economy: The New Rules for Thriving in the Twenty-First Century, Adam Davidson
Internet memungkinkan setiap entrepreneur menemukan niche market dengan jangkauan global, yang memungkinkan mereka bisa memberikan produk unik yang dilandasi passion mereka. Buku ini berbicara mengenai “longtail market” dengan mantra “small is the new big“. Dan di dalam longtail market ini setiap produk, seunik apapun, akan menemukan pasarnya yang besar.
Lanskap baru rupanya memicu lahirnya ekonomi baru yang oleh penulis buku ini diberi label: passion economy. Di dalam ekonomi baru ini setiap entrepreneur akan bisa berolah kreasi menghasilkan produk-layanan sesuai dengan minat unik dan passion mereka.
Penulis berargumen, ke depan pasar tak hanya dipenuhi oleh pemain-pemain besar dengan produk standar dan bersaing secara harga. Tapi juga jutaan pemain-pemain kecil di niche market dengan produk-layanan yang unik yang dibuat dengan landasan passion yang kental.

#7. Humanocracy: Creating Organizations as Amazing as the People Inside Them, Gary Hamel and Michele Zanini
Bureaucracy ditandai oleh struktur kekuasaan yang otoritarian, kepatuhan membabi-buta pada aturan, sarat politik dan cenderung fobia pada kreativitas dan inovasi. Karakteristik ini menjadikannya tidak cocok lagi diadopsi di dalam organisasi dengan lingkungan yang kompleks dan berubah dinamis.
Buku ini mengusulkan konsep alternatif, “Humanocracy” yang lebih relevan, dengan menekankan kontibusi ketimbang kepatuhan. Kalau Bureaucracy semata menghasilkan kedisiplinan, keandalan, kepatuhan, dan efisiensi. Maka Humanocracy mampu menghasilkan kedisiplinan sekaligus pemberdayaan, efisiensi sekaligus kewirausahaan, kehati-hatian sekaligus keberanian mendobrak status quo.
Organisasi masa depan, menurut penulis, hanya bisa bertumbuh optimal dengan roh Humanocracy, bukan Bureaucracy.

#8. Leadership Is Language: The Hidden Power of What You Say—and What You Don’t, L. David Marquet
Tesis buku unik: hasil luar biasa tercipta melalui bahasa yang digunakan oleh pemimpin saat berkomunikasi dengan tim yang dipimpinnya. “Changing the way we communicated change the culture. Changing the culture transformed our results. Changing our words changed our world,” ujar David Marquet penulis buku ini.
Untuk mengembangkan konsepnya mengenai “bahasa memimpin”, Marquet merumuskan enam prinsip (dia sebut “Six New Leadership Plays“) yang pada dasarnya menekankan penggunaan bahasa yang proaktif, bahasa memperbaiki dan belajar, dan bahasa keingintahuan yang besar. Sebuah ide kepemimpinan yang baru dan fresh.

#9. Unapologetically Ambitious: Take Risks, Break Barriers, and Create Success on Your Own Terms, Shellye Archambeau
Masih mengenai kepemimpinan, kali ini dari wanita kulit hitam top tech executive di Silicon Valley, Shellye Archambeau, yang berbagi kiat mengenai bagaimana ia menghadapi tantangan sebagai seorang kulit hitam, istri, dan ibu dalam mencapai tujuan personal maupun profesional.
Melewati gonjang-ganjing teknologi di Sillicon Valley era tahun 2000an, Archambeau berbagi pengalaman mengenai bagaimana ia mengambil risiko dan merancang strategi untuk membawa keluarga, karir, dan perusahaan yang dipimpinnya mencapai sukses.

#10. It’s About Damn Time: How to Turn Being Underestimated into Your Greatest Advantage, Arlan Hamilton and Rachel L. Nelson
Mirip dengan Unapologetically Ambisious, buku ini juga berbagi kiat mengenai bagaimana seorang pemimpin berjuang di tengah semua keterbatasan yang dimiliki untuk mencapai sukses. Buku ini punya nilai plus karena kiat-kiat yang diusung merupakan pengalaman langsung penulis, Arlan Hamilton, sebagai kaum terpinggirkan (miskin, wanita, LGBT, berkulit hitam) yang berjuang hingga menjadi venture capitalist hebat di Silicon Valley.
Melalui buku ini penulis ingin menunjukkan bahwa kondisi terpinggirkan dan diremehkan justru bisa menjadi kekuatan ampuh bagi kita untuk mencapai sukses. Menelusuri perjuangan Hamilton dalam menembus dan menundukkan Sillicon Valley, di tengah berbagai keterbatasan yang dimiliki, sungguh sangat menginspirasi.
