Wow…Amazing!!!
Inaugurasi Obama demikian megah, penuh gebyar, bersejarah, melegenda.
Dua juta hadirin di National Mall; dua miliar penonton TV di seluruh dunia.
$40 juta total biaya untuk prosesi inaugurasi.
Bible pelantikan yang pernah dipakai Abraham Lincoln
Biyonce, Bono, Stevie Wonder, Aretha Franklin, John Williams, Yo-Yo Ma.
Pidato karismatis dan emosional, “Starting today, we must pick ourselves up, dust ourselves off, and begin again the work of remaking America,” Ucapnya.
Obama begitu dielu-elukan, disanjung, dipuja, dikagumi.
Ikon karismatis telah lahir.
Tapi…
Sanjungan, pujaan, kekaguman hanyalah satu sisi saja dari mata uang.
Sisi yang lain adalah beban maha berat yang harus ia emban.
Begitu besar harapan ditumpahkan kepadanya untuk merubah Amerika dan dunia.
Ia sudah terlanjur kita nobatkan sebagai “malaikat penyelamat” bagi Amerika… dan Dunia. Ia sudah terlanjur kita nobatkan sebagai ”superman” yang akan menyelesaikan semua persoalan kita.
Sebagai sebuah brand, Obama sudah terlanjur over promise…
Dan ketika promise terlanjur diobral-obral — dari saat pertama kali dia berkampanye hingga detik-detik terakhir pidato inaugurasinya — maka ekspektasi masyarakat Amerika dan dunia pun terdongkrak setinggi langit.
Inilah problem terbesar Obama.
Bisakah dia ”deliver what he promise”?
Begitu tidak (Cek 100 hari pertamanya!!!), maka habislah brand yang awalnya demikian gemerlap.
Pesta Obama telah usai.
Kini saatnya cuci piring… (George W. Bush memang sontoloyo!!!)
Beban berat menggelantung: Krisis dunia, Gaza, Lobi Zionis, Afganistan, Nuklir Korea Utara, Krisis pangan, global warming dsb-dsb… bejibun.
Oh… Kasihan kau Obama.