Saya tak akan mengurus apakah yayasan New 7 Wonders bodong atau beneran. Saya tak akan mengurus apakah langkah Kementrian Pariwisata keluar dari ajang kontes Tujuh Keajaiban Dunia blunder atau justru menguntungkan. Saya juga tak akan mengurus apakah langkah pak Jusuf Kalla lebih benar atau justru kontraproduktif. Itu semua urusan mereka dengan pernak-pernik kepentingan di baliknya.
Yang jelas saya berbunga-bunga karena di balik buzz yang melingkupi voting pulau Komodo menjadi Tujuh Keajaiban Dunia, pulau ini telah menuai popularitas, ownership dari segenap anak bangsa, dan memicu rasa nasionalisme yang luar biasa. Itu membikin satu-satunya pulau yang menampung biawak super langka ini semakin moncer tak hanya di dalam negeri, tapi juga seantero jagat.
Jika Kementrian Pariwisata tidak mencabut keikutsertaan Indonesia di ajang ini; jika pak Jusuf Kalla tak “turun gunung” menggalang dukungan, atau jika tak ada kasus SMS premium, saya yakin voting pulau Komodo akan sepi-senyap tenggelam oleh gosip Ayu Ting Ting vs Rafie Ahmad.
Saya melihat buzz komodo hari-hari ini menggulir sempurna karena memiliki tiga kunci kesuksesan sebuah word of mouth marketing yaitu: story, controversy, dan genuinity