Jeff Bezos tidak menyikapi Amazon sebagai “a retailer company” tapi “a software company”.
Ini adalah MINDSET… “a software company” mindset.
Kalau Jeff menggunakan “a retailer company” mindset, maka ia hanya berekspansi dari menjual buku, kemudian melebar ke elektronik, baju, dan akhirnya semua barang dijual di Amazon.
Tapi Jeff tak hanya sampai di situ. Ia merambah ke bidang-bidang lain dari ritel ke media (Amazon Music, Amazon), film (Amazon Studio), gaming (Amazon Gaming Studio), e-book reader (Kindle), cloud (AWS), hingga Alexa.
Seperti dikatakan Jeff, dasar pertumbuhan Amazon yang fenomenal adalah MINDSET.
Yaitu “a software company” mindset.

Begitupun Gojek dan Tokopedia.
Gojek tidak menyikapi diri sebagai “a ride-hailing company”. Itu sebabnya Gojek kemudian melebar ke GoFood, GoTix, GoPlay, hingga GoPay.
Tokopedia juga tidak menyikapi diri sebagai “an e-marketplace company”. Itu sebabnya ia menggurita meluncurkan dompet digital, kartu kredit, reksadana, emas, travel, hingga logistics/warehouse.
Sama dengan prinsip yang dipegang Jeff, Gojek dan Tokopedia menggunakan “a software company” mindset.
Marc Andreessen, pendiri Netscape, sudah mewanti-wanti dengan mengatakan “software is eating the world” bahwa SOFTWARE akan “memakan” rantai nilai berbagai industri, sehingga batas-batas industri menjadi kian kabur.
Itu sebabnya Amazon, Gojek atau Tokopedia begitu mudah menggurita di multi-industri dan tetap fokus.
Sebelum ke STRATEGI dan TACTIC, sukses bisnis itu yang paling fundamental ditentukan oleh MINDSET.
Yaitu bagaimana Anda menyikapi bisnis Anda.
Pasca pandemi, “Every business will be a SOFTWARE business”.
Apapun bisnis yang Anda masuki (apakah banking, ritel, resto, kurir, manufaktur atau hotel) Anda harus menyikapi perusahaan Anda sebagai “a software company”.
Inilah yg saya sebut: “A SOFTWARE COMPANY” MINDSET.
Ketika nantinya “every company is software company” maka orang terpenting di dalam perusahaan tak lagi CEO, CMO, atau CFO…
…tapi SOFTWARE DEVELOPER