Beberapa hari terakhir berkembang kabar ribuan hotel dijual murah di situs online Lamudi. Jumlah tepatnya sangat fantastis mencapai 3.336 hotel.
Ada apa dengan bisnis hotel?
Fenomena hotel bangkrut karena kekurangan cashflow bukan hanya terjadi di Indonesia. Sejak 2021 “domino effect” hotel yang berguguran terjadi di seluruh dunia.
Kenapa?
Ciri bisnis hotel adalah adanya pelibatan FIXED ASSET (berupa properti hotel) dan OVERHEAD operasi sangat tinggi, yang dibiayai dari utang bank.
Ketika 3 tahun terakhir kebijakan PPKM membuat revenue anjlok 80% bahkan 100% maka hotel seperti terserang STROKE.
Aliran cash masuk terhenti, sementara kewajiban ke bank jalan terus. Akibatnya, sontak operasi hotel LUMPUH total.
Cost cutting (PHK dll) dan kebijakan restrukturisasi utang oleh bank memang sedikit membantu. Namun yang mereka hadapi rupanya bukan “sprint game”, tapi “MARATHON game”.
Aliran cash masuk terhenti 3 bulan or 6 bulan mungkin masih tertolong. Tapi kalo sampai 2 tahun bahkan 3 tahun, maka gelombang kebangkrutan tak mungkin lagi dihindari.
Itulah sebabnya para pemilik hotel seperti berlomba-lomba melego murah hotel mereka untuk memenuhi kewajiban bank.
Dan PANDEMIC DISRUPTION bergentayangan memakan ribuan mangsanya.
Tak heran jika di penghujung pandemi saat ini terjadi gelombang PEMBILASAN industri hotel secara massif.
Dimana pemilik lama yang sekarat secara besar-besaran melego asetnya, berganti ke pemilik baru dengan dana segar dan likuiditas solid.
CASH KING are the winners.
Maka investor dengan dana segar akan mendapatkan durian runtuh.
Di satu sisi, mereka mendapatkan aset-aset murah meriah.
Di sisi lain, di tengah pent-up demand, sektor pariwisata bakal melaju super cepat di tahun 2023 and beyond.
Bisnis adalah tentang menemukan MOMENTUM …dan menjadikannya sebagai PELUANG.
Follow ???? @yuswohady