Permainan lato-lato sedang viral beberapa minggu terakhir.
Bagaimana permainan yang di era 1990an pernah populer, kini viral dan populer kembali.
Biangnya adalah sensasi permainan ini. Pertama, karena suara nyaring dan keras dari dua bola yang beradu. Kedua, ternyata memainkannya tak gampang, butuh skill.
Sensasi inilah yang menyebabkan banyak anak-anak berlomba “memamerkannya” di TikTok dan berbagai medsos.
Sensasi ini menjadi “SOCIAL CURRENCY” yang membangkitkan atensi banyak netizen.
Dari sinilah FOMO dan kemudian VIRAL mulai menemukan MOMENTUM.
#1. TAKUT KETINGGALAN
Critical mass FOMO makin menjadi-jadi tatkala akhir Desember lalu Jokowi dan Ridwan Kamil mencoba memainkannya dan viral.
Maka orang seantero negeri pun FOMO ingin menjajalnya. Tak hanya di kalangan anak-anak tapi juga merambah orang dewasa.
Tetiba semua orang menjadi TAKUT KETINGGALAN merasakan sensasi main lato-lato.
Maka FOMO pun cepat sekali menular dan menjalar.
#2. PRO-KONTRA
Semakin pro-kontra lato-lato, akan ia semakin FOMO dan semakin viral.
Ada masyarakat yang setuju karena bagus bagi kreativitas anak-anak sekaligus menjadi solusi anak tak kecanduan gadget.
Namun ada masyarakat yang tak setuju karena membahayakan. Banyak kasus anak yang celaka. Banyak orang tua takut anak kecanduan. Sehingga banyak pihak yang mulai melarangnya.
Ketika permainan ini menimbulkan pro-kontra di masyarakat, maka FOMO dan viralitasnya kian menjadi-jadi.
Pro-kontra memicu FOMO menjadi viral. Sebaliknya, viralnya tercipta semakin menguatkan FOMO semakin hebat lagi..
Itu sebabnya, saya sering mengatakan FOMO dan viral layaknya BENSIN dan API.
#3. “BOLA LIAR” STORYTELLING
FOMO yang meradang menjadikan netizen makin liar mencari tahu cerita-cerita seputar lato-lato dan menyebarkannya di medsos.
Maka cerita mengenai lato-lato pun menjadi SOCIAL CURRENCY yang diburu netizen.
Tak heran jika kemudian banyak cerita-cerita tentang lato-lato berseliweran dan seru dipergunjingkan di medsos.
Mulai dari cerita tentang hoax lato-lato ditemukan oleh Ken Arok, hingga cerita konspirasi lato-lato yang didesuskan terjemahan dari “Aku Yahudi”.
Cerita-cerita liar itu sekali lagi mendorong FOMO dan viral yang luar biasa.
Seperti FOMO dan viralitas umumnya, lato-lato tak akan bertahan lama.
Sebentar lagi ditelan FOMO dan viral berikutnya.
Follow ???? @yuswohady