Seluruh dunia saat ini dihinggapi FOMO ChatGPT.
Semua orang penasaran dengan kemampuan platform chatbot berbasis AI yang luar biasa ini.
Saat ini di grup-group WA seru diperbincangkan kehebatan ChatGPT menjawab pertanyaan, membuat paper, or mengarang puisi.
Mereka FOMO berlomba-lomba menjajal kemampuan ChatGPT menjawab pertanyaan. Termasuk pertanyaan yang neko-neko dan tak masuk akal sekedar untuk mengetes kemampuan ChatGPT.
Banyak juga netizen yang FOMO menggunjingkan dampak ChatGPT ke dunia pendidikan.
Ya, karena bisa jadi keberadaan ChatGPT membuat sekolah dan guru tak dibutuhkan lagi.
Atau dampak ChatGPT ke dunia kerja. Karena bisa jadi pekerjaan-pekerjaan seperti wartawan, copywriter, penulis lagu, or programer di ambang kepunahan.
Tentu saja FOMO ChatGPT juga terjadi di dunia bisnis.
Beralasan, karena ChatGPT adalah GAME-CHANGER yang berpotensi mendisrupsi Google.
Mencari informasi dengan menggunakan search engine ala Google bakal out-of-date, kuno, dan ketinggalan zaman.
ChatGPT bisa menjadi “LONCENG KEMATIAN” bagi Google.
Bagi saya, hal paling menarik dari fenomena ChatGPT adalah sisi FOMO Marketing.
3 bulan lalu tak satupun kita tahu brand bernama ChatGPT. Namun kini ChatGPT sudah menjadi “household brand” di seluruh dunia.
Bisa jadi tahun depan brand awareness-nya sudah menandingi Google. Padahal ChatGPT tak pernah pasang iklan.
Inilah keajaiban FOMO Marketing.
Melalui terobosannya ChatGPT mampu menciptakan FOMO di kalangan netizen di seluruh dunia sehingga mereka berlomba- lomba mencari informasi tentang ChatGPT.
Namun celaka, pagi tadi saya mencoba mengunjungi web ChatGPT, tapi yang saya dapat adalah halaman kosong dengan pengumuman:
“”ChatGPT is at capacity right now.”
Servernya kepenuhan karena terlalu banyak netizen yang mengakses.
Apa benar begitu?
Bisa jadi ini bagian dari taktik FOMO Marketing ChatGPT agar netizen makin PENASARAN ????????????
Follow ???? @yuswohady