Data yang dipublikasikan BPS yang menyebut Yogya sebagai provinsi TERMISKIN di Jawa bikin geger. ????
Yup, karena Yogya adalah kota pendidikan. Banyak orang pintar dan tokoh nasional dari sini. Yogya juga kota pariwisata ternama yang banyak dikunjungi wisatawan.
Tapi anehnya, kok masih termiskin? ????
Saya memang tak dilahirkan di Yogya. Tapi bapak saya, morotuwo, simbah, simbah buyut, pak lik, om, bude, semua tulen Yogya.
Dan sejak kecil saya dididik dalam tradisi Yogya.
Seperti halnya bapak saya, orang Yogya itu PRIHATIN-nya minta ampun. Hidup sederhana, ngirit abizzz. Kalau belanja seperlunya, tak pernah berlebihan.
Saya ingat bapak saya kalau mengajari anaknya prihatin selalu menggunakan standar hidup zaman penjajahan Jepang saat beliau kecil yang miskin ampun-ampun.
Sejak kecil hingga meninggalnya (2009), bapak saya kurus kering-kerontang.
Kenapa? Karena makannya sedikit sekali. Beliau pantang makan ayam, daging, atau telur, karena menurutnya itu terlalu “mewah”.
Orang Yogya itu “urip prasojo lan sak madyo”, Urip ora neko-neko.”
Artinya hidup sederhana, tidak berlebihan, sewajarnya, tak banyak polah-tingkah.
Dengan background kultural macam itu saya mengamini kenapa Yogya menjadi provinsi termiskin.
Karena dalam metodologi BPS, orang miskin dihitung berdasarkan pengeluaran (spending) perkapita perbulan yang berada dibawah garis kemiskinan.
Artinya, semakin banyak pengeluaran, Anda semakin “kaya”. Dan semakin sedikit pengeluaran, Anda semakin “miskin”. ????
Konteks kultural itu pulalah yang menjawab adanya ANOMALI. Bahwa di tengah posisi sebagai provinsi PALING MISKIN, Yogya juga termasuk provinsi yang PALING BAHAGIA.
Ya, karena prinsip hidup “prasojo lan sak madyo” di atas.
Kalau demikian kenyataannya, saya berpikir orang Yogya tak perlu malu mendapatkan predikat provinsi TERMISKIN dari BPS. Justru sebaliknya: BANGGA.
Kenapa?
Karena kita punya ukuran dan standar sendiri untuk mengukur kesejahteraan hidup kita. Tak perlu mengacu pada ukuran yang ditetapkan BPS.
Karena kita tahu ukuran dan standar yang diambil BPS bersumber dari negara kapitalis-liberal-Barat yang dikembangkan oleh ahli-ahli di Bank Dunia, IMF, OECD, WEF, Harvard, dan sejenisnya.
Jogja memang istimewa. Proud of Yogya ????????????
Follow ???? @Yuswohady