Awal tahun 2000-an terjadi Dotcom Crash di Amerika Serikat.
Semua berawal di awal tahun 1990-an saat teknologi internet mulai berkembang pesat yang diikuti dengan lahirnya DOTCOM COMPANY.
Maka optimisme berlebihan terhadap dotcom pun terjadi sehingga investor dan venture capital (VC) membabi-buta mengucurkan duitnya. Inilah yang disebut: IRRATIONAL EXUBERANCE.
Optimisme berlebihan ini memicu DOTCOM BOOM hingga Indeks saham Nasdaq terdongkrak 400% selama 1995-2000.
Kondisi ini berbalik ketika “cerita indah” dotcom ternyata hanya PEPESAN KOSONG.
Dotcom-dotcom ini tak kunjung meraup untung sehingga harga sahamnya jatuh berguguran. Index saham Nasdaq jatuh hingga 78% pada 2002.
DOTCOM BUBBLE pun akhirnya meledak.
Celakanya 20 tahun kemudian, cerita indah berujung balon pecah di AS tersebut kini berulang di Tanah Air.
Sejak awal tahun 2010-an hingga menjelang tahun 2020 saat datang pandemi, cerita indah mengenai startup digital begitu menggema di Indonesia.
Ini memicu irrational exuberance di kalangan investor, VC, startup owners, pemerintah.
Semua pelaku ekonomi di Indonesia seperti tersihir oleh cerita indah startup digital sehingga duit begitu deras mengucur ke situ.
Maka kemudian aksi “BAKAR DUIT” menjadi praktik mainstream di kalanhan startup digital karena adanya OVER-OPTIMISME.
Kondisi ini berbalik ketika awal 2020 pandemi datang diikuti perang Rusia-Ukraina 2022 yang memicu krisis global. Startup digital yang tak kunjung menghasilkan profit pun berjatuhan.
Memasuki tahun 2023 ini prahara startup digital ini kian nyata.
Startup yang relatif baru bangkrut dan tutup usaha. Sementara unicorn mulai melakukan down-scaling, right-sizing, down-sizing, dan PHK besar-besaran. Unicorn-Unicorn kini menanggung rugi hingga triliunan rupiah.
Apakah betul statup bubble bakal pecah dalam beebrapa minggu ke depan?