Menarik mengamati kenaikan BBM kemarin dari sisi peta persaingan antar SPBU.
Yaitu Pertamina sebagai INCUMBENT di satu sisi dan Shell cs sebagai CHALLENGERS.
Singkatnya, kenaikan harga ini semakin memperkecil disparitas harga antara Pertamina dengan para challengers-nya.
Dan serunya, menyempitnya disparitas harga ini bakal menjadi PELUANG EMAS bagi para challengers untuk pelan tapi pasti MENGGEROGOTI dominasi sang incumbent.
Setidaknya ada 2 segmen pasar yang peta persaingannya bakal berubah.
Pertama, segmen BBM subsidi (LOW segment) dimana Pertamina punya jagoan Pertalite.
Kedua, segmen BBM non-subsidi (HIGH segment) dimana Pertamina punya jagoan Pertamax (juga Dexlite dan Pertamina Dex).
LOW SEGMENT
“PRICE IS KING”
Di segmen bawah ini konsumen sangat sensitif terhadap HARGA.
Sehingga begitu harga Pertalite naik (Rp 10.000), maka mereka mulai mencari alternatif BBM yang lebih murah yaitu Revvo 89 milik Vivo (Rp 8.900).
Tak heran jika kini brand Vivo menjadi favorit dan viral menyusul pengumuman kenaikan BBM kemarin.
Menyusul kenaikan BBM, Vivo bakal menjadi challenger tangguh bagi Pertamina dan brand-nya mulai hadir di hati konsumen. Hanya sayang, dari sisi channel, jumlah SPBU Vivo sangat sedikit.
HIGH SEGMENT
“SERVICE IS KING”
Yang lebih seru adalah di segmen yang lebih atas, yaitu segmen non-subsidi. Karena di segmen ini DISPARITAS harga antara Pertamax dengan pesaingnya kian menipis.
Kini harga Pertamax Rp 14.500 smntara Shell Super Rp 15.420; Revvo 92 Rp 15.400; dan BP 92 Rp 15.420, cuma beda sekitar seribu perak.
Konsumen segmen ini relatif tidak price sensitive, mereka lebih mencari pelayanan. Karena itu, di segmen ini pasar Pertamina bakal digerogoti Shell cs dengan menggunakan senjata ampuh PELAYANAN.