Hyundai Ioniq 5 baru beberapa bulan diluncurkan, namun kini sudah diburu di pasar mobil bekas. Bahkan harganya jauh lebih mahal dari mobil barunya.
Contohnya, dealer mobil bekas Stella Matrix Motor menjual Hyundai IONIQ 5 seharga Rp 975 juta di lapak jual-beli online. Padahal, harga baru mobil tersebut hanya berkisar Rp 800 jutaan.
Bahkan, ada pedagang-pedagang lain yang berlokasi di Tebet, Cilandak dan Kembangan yang menjualnya Rp 1 miliar lebih.
Wow, kok bisa?
Usut punya usut, untuk membeli IONIQ 5 baru, konsumen harus menjalani masa inden panjang hingga 12 bulan.
Di sinilah #FOMOmarketing bekerja!
Konsumen terjangkit COGNITIVE BIAS yang disebut “SCARCITY ERROR”.
Yaitu blunder pikiran kita bahwa sesuatu yang LANGKA (“limited availability”) akan bernilai tinggi.
Itu sebabnya, ketika dealer menawarkan Ioniq 5 di atas Rp 1 miliar, jauh di atas harga barunya, maka konsumen bukannya MENUNDA pembelian hingga stoknya ada, tapi justru RUSH membelinya.
Apa yang terjadi ketika konsumen melakukan RUSH? Tentu saja harganya kian terdongkrak lagi.
Dalam buku baru saya #FOMOmarketing for FOMO Spiens (2022) PERSEPSI KELANGKAAN ini tercipta melalui 3 kondisi:
#1. Limited AVAILABILITY
#2. Limited TIME
#3. Limited INFORMATION
Marketers biasanya menciptakan “COLLECTOR’S ITEMS” atau “LIMITED EDITION” untuk membentuk “persepsi kelangkaan” ini.
#FOMOmarketing adalah teknik marketing paling mutakhir yang memanfaatkan cognitive bias dan FOMO (“Fear of Missing Out”) konsumen untuk menyukseskan pemasaran.
Saya menyebutnya PEMASARAN by PENASARAN”
Yaitu menggunakan PENASARAN konsumen untuk menyukseskan PEMASARAN.
