Esteh adalah PRODUCT BRAND yang beberapa waktu lalu terpuruk di-bully netizen karena mensomasi konsumen yang mengkritiknya.
Rizky Billar adalah PERSONAL BRAND yang juga terpuruk karena kasus KDRT.
Lalu Polri.
Polri adalah juga BRAND.
Namanya INSTITUTIONAL BRAND.
Sebuah BRAND tentu memiliki customers. Lalu siapa customer Polri?
Customer Polri adalah masyarakat luas yang harus dilayani dan diayominya.
Dan sebagai sebuah BRAND, kini Polri juga terpuruk. Bahkan BRAND TRUST-nya kini berada di titik terbawah di mata customer-nya.
Bagaimana tidak. Selama bebberpa minggu terakhir, kasus demi kasus datang bertubi-tubi, menjadikan BRAND REPUTATION Polri berada di ujung tanduk.
Pertama kasus Irjen Ferdy Sambo yang begitu menghebohkan. Kemudian kasus gas air mata di tragedi Kanjuruhan. Dan terakhir, kasus Irjen Teddy Minahasa yang terjerat kasus narkoba.
Dari sisi brand, kasus bertubi-tubi yang menimpa Polri ini mengandung dua sisi mata uang.
Pertama sisi gelap, karena BRAND IMAGE Polri kian terpuruk di mata customers-nya.
Kedua sisi terang, karena langkah tegas Kapolri menangani kasus demi kasus ini justru menjadi TITIK BALIK pembenahan Polri secara tuntas dan mendasar.
Langkah simpatik Kapolri mengakui kesalahan dan mau introspeksi diri menciptakan CUSTOMER CONFIDENCE bahwa Polri mau berubah dan tidak DENIAL.
Langkah tegas dan tak pandang bulu Kapolri menciptakan CUSTOMER TRUST bahwa Polri serius “cuci piring” dan berbenah.
Langkah positif Kapolri ini justru akan membuka jalan bagi Polri untuk melakukan BRAND REPOSITIONING menjadi “THE NEW POLRI”.
Yaitu menjadi Polri baru yang lebih PROFESIONAL, BERINTEGRITAS, TRUSTED, dan AMANAH.
Dalam situasi yang kritis ini, so far Kapolri mampu memainkan peran sebagai BRAND GUARDIAN yang menjaga dan mengawal keutuhan BRAND EQUITY Polri.
Semoga Pak Kapolri diberi kekuatan untuk menuntaskan BRAND REPOSITIONING ini sehingga Polri menemukan kejayaannya kembali.