“Selama ini byk unicorn itu dananya dari asing semua, kenapa, ya bukan salah asingnya, salah kitanya. Krn kita tidak pernah ada di belakang mrk.”
“Pengakuan jujur” Menteri BUMN Erick Thohir ini agak melegakan.
Why? Krn sy mengira selama ini tak satupun pejabat di negeri ini, termasuk presiden, yg peduli dgn hal yg meresahkan ini.
Sprti kita tahu, Indonesia kini mempunyai lima unicorn. Namun cilakak, unicorn2 tsb lbh byk didanai oleh pihak asing.
Krn itu sy sgt setuju dg Pak Menteri bhw, bila ada startup yg berpotensi mjd unicorn n founder-nya orang Indonesia, maka pembiayaan terbesarnya jg hrs dr dalam negeri.
Dan utk itu, BUMN dan grup swasta besar nasional hrs “bertanggung jawab” MENGAMANKAN kepemilikan unicorn itu di tangan pihak dalam negeri, bukan asing.
Artinya, korporasi2 besar nasional hrs mulai agresif berinvestasi di startup n unicorn digital demi KEMANDIRIAN ekonomi digital Indonesia.
Sebuah kabar menggembirakan ktk kini bbrp BUMN sdh mulai mendanai startup.
+ Telkom mendanai 57 startup,
+ Telkomsel: 15
+ BRI: 15
+ Mandiri Capital: 15
+ BNI sedang memulai.
Begitu jg grup perusahaan besar nasional. Contohnya Grup Djarum (GDP Venture) yg sejak 2010 agresif berinvestasi di startup sprti Kaskus, Blibli, Tiket.com, Kumparan, Halodoc, Agate, dsb.
Kalau pemerintah “at all cost” berjuang mengembalikan Freeport ke pangkuan Ibu Pertiwi, kenapa hal yg sama tdk dilakukan utk startup n unicorn digital.
Freeport adl representasi dr EKONOMI SUMBER DAYA ALAM (SDA) yg eranya sdh lewat. Sementara startup n unicorn digital adl representasi EKONOMI SUMBER DAYA DIGITAL (SDG) yg bakal mjd tulang punggung Indonesia masa depan.
Krn itu, selaras dgn pernyataan melegakan Pak Erick di atas. Pemerintah hrs mulai mempertimbangkan utk MENGEMBALIKAN unicorn2 digital ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Mungkinkah?
Follow @yuswohady
Join #IBF2021 ? indonesiabrandforum.com