Wabah Covid-19 telah memaksa terjadinya apa yang saya sebut Consumer Megashifts 10X10.
Maksudnya, perubahan perilaku konsumen 10X lebih besar dan dengan laju 10X lebih cepat. Karena perubahan ekstrim ini sehingga antara old normal ke new normal terjadi “patahan” (cut-off).
Mengaca peristiwa serupa di ilmu geologi, ketika terjadi patahan dalam magnitudo yang amat besar maka akan terjadi gempa tektonik dahsyat yang berpotensi diikuti tsunami besar.
Itulah gambaran saya mengenai apa yang terjadi selama setahun terakhir dengan adanya bencana terbesar abad 21 yaitu pandemi COVID-19.
Dengan perubahan cut-off ini, tak heran jika konsumen tergagap-gagap dan struggling menjalaninya. Awalnya sama sekali tidak bisa berenang, kemudian diceburkan, dan karena tak boleh tenggelam, maka mati-matian berusaha, dan akhirnya lulus bisa berenang.
Ambil contoh working from home (WFH). Di awal-awal pandemi, kita tak bisa membayangkan bisa bekerja fully dari rumah dengan menggunakan aplikasi Zoom atau Webex, apalagi para kaum kolonial alias Gen-X dan Baby Boomers.

Awalnya sarat dengan penolakan (denial) yang kemudian diikuti dengan resistensi (resistence). Tapi karena dipaksa akhirnya mencoba, bereksperimen, dan bereksplorasi (exploration). Dan akhirnya kita menerima dan berkomitmen (commitment) untuk melakukan perubahan perilaku dan membentuk kebiasaan baru.
Begitu pemerintah mengharuskan masyarakat untuk bekerja di rumah maka reaksi pertama yang muncul adalah, serta-merta kita menolaknya. Spontan kita berujar, “Wah, itu tidak mungkin!” Reaksi berikutnya adalah resistensi: kita marah dan mempertanyakan kenapa harus WFH, kita frustasi menjalaninya, dan kita mulai cemas dan takut jikalau WFH ini berlangsung permanen.
Tapi karena dipaksa oleh COVID-19, maka kita mulai mencoba dan mengeksplorasinya. Kita mulai mengulik dan mencoba satu-persatu fitur yang ada di Zoom. Kita mulai menyesuaikan diri berinteraksi secara virtual dengan kolega kantor di ruang Zoom. Bahkan kita mulai menyulap sudut ruang di rumah menjadi “Zoom-friendly office“.
Akhirnya, setelah WFH di tengah keterpaksaan tersebut dijalani selama sebulan, tiga bulan, dan bahkan kini sudah lebih setahun, maka kita akhirnya betul-betul berubah. Akhirnya kita menerima cara kerja baru itu.
Begitulah gambaran bagaimana kita berubah selama pandemi. Namun menariknya, kalau perubahan-perubahan besar terjadi selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, maka kini kita dipaksa melakukan perubahan drastis tersebut dalam ukuran bulan.
Proses denial-resistence-exploration-commitment untuk beradaptasi dengan perubahan yang 10X lebih besar itu dimampatkan dalam waktu yang 10X lebih cepat.
Get the Books: Consumer Megashifts 100
Kita sebagai konsumen diceburkan ke kolam renang dan “dipaksa berenang” sehingga kebiasaan-kebiasaan baru muncul dalam ukuran beberapa minggu atau bulan, bukan bertahun-tahun.
Perubahan perilaku konsumen yang super cepat dan super drastis ini tentu menimbulkan guncangan tak hanya bagi si konsumen, tapi juga bagi para marketers.
Ya, karena dengan perubahan tersebut maka setiap marketer akan menghadapai the whole new world: gaya hidup (consumer lifestyle) yang sama sekali baru; preferensi, prioritas, dan pola pengambilan keputusan pembelian yang sama sekali baru; dan akhirnya market’s rules of the game yang sama sekali baru pula.
Tak heran jika setiap marketer gagap menghadapi pandemi: totally clueless!!!
Itulah sebabnya saya menulis Consumer Megashifts 100. Untuk memberikan “clues” mengenai apa saja yang bakal terjadi beberapa hari, bulan, tahun ke depan.