• Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Industry Megashifts 2021 (1)

by yuswohady December 14, 2020
December 14, 2020

Di tahun 2021 kita akan menghadapi perubahan peta industri besar, barangkali terbesar dalam sejarah peradaban umat manusia. 

COVID-19 telah meluluh-lantakkan sendi-sendi perekonomian, industri, dan bisnis yang memaksa kita memasuki dunia yang sama sekali baru: A WHOLE NEW WORLD.  

Di tahun 2021 kita akan menghadapi pergeseran industri maha dahsyat dan ekstrim, karena itu saya menyebutnya: INDUSTRY MEGASHIFTS. 

Bagaimana peta pergeserannya?

Secara sederhana saya kelompokkan ke dalam 3 bagian besar yaitu pergeseran di tingkat MEGA (“Changes), MACRO (“Competition”) dan MICRO (“Customer). 

I. MEGA: THE 6 FORCES OF CHANGES

Pergeseran di tingkat Mega mencakup perubahan-perubahan besar di bidang teknologi, politik, regulasi, sosial, ekonomi, hingga lingkungan. Secara umum ada 7 perubahan besar yang terjadi di tingkat Mega ini yaitu:

#1. COVID-19 Propagation & Vaccine Availability 

Berbeda dengan perubahan-perubahan industri sebelumnya, di tahun 2021 perubahan industri sangat ditentukan oleh penyebaran virus dan kemampuan pemerintah dalam memproduksi dan mendistribusikan vaksin kepada seluruh warganegara. 

Faktor ini menjadi “vital driver of change” karena sejauh penyebaran virus tak bisa dihentikan dan vaksin penangkal tak urung dikembangan, maka seluruh elemen perekonomian, industri, dan bisnis akan tetap lumpuh tak berdaya.   

Namun begitu muncul titik terang vaksin diproduksi dan didistribusikan, maka sentimen konsumen akan cepat pulih, spending masyarakat (khususnya kelas menengah) mulai bangkit, dan perekonomian kembali menggeliat.  

#2. Societal Anxiety

Pandemi menimbulkan luka yang akut dan kecematan luar biasa di kalanagan konsumen dan masyarakat. Mereka takut dan cemas kehilangan nyawa (“Fear of Death“), kehilangan pekerjaan dan jatuh miskin (“Fear of Economic“), dan kehilangan kehidupan sosial, harapan, kebergunaan (“Fear of Actualization“). 

Ketakutan dan rasa cemas itu terjadi di tingkat individu (personal) tapi kemudian bermetamorfosis dan menjelma menjadi keresahan komunal (societal) yang berujung pada berbagai persoalan sosial seperti keputusasaan, isolasi, depresi, kejahatan, kenekatan, hingga ekstrimisme. Mindfulness dan well–being menjadi kelangkaan di tengah-tengah era ketakutan ini.  

#3. The Rise of Coronationalism

Di era pandemi masing-masing negara akan semakin selfish dengan berupaya keras melindungi kepentingan masing-masing. Pembatasan dan pelarangan arus keluar-masuk orang (penerbangan), barang (ekspor-impor), kontrol perbatasan akan kian massif dengan alasan kepentingan nasional masing-masing negara. 

Negara-negara saling menyalahkan seperti yang dilakukan Presiden Trump yang menuduh Cina sebagai biang kerok bencana COVID-19. Ketika vaksin diproduksi nanti, semua negara akan “berebut” mendapatkan vaksin demi kepentingan warganegara masing-masing. Negara juga bisa semena-mena akan melarang orang asing masuk dengan alasan perlindungan warganegara. Sebut saja ini: “Coronationalism“.

Maka tak terhindarkan pandemi mendorong kohesi di dalam negara akan meningkat, sebaliknya friksi antarnegara akan menguat. Pandemi adalah antitesis globalisasi.   

#4. Government (Mis) Leadership

Beberapa negara sukses menangani krisis pandemi seperti Selandia Baru, Taiwan, atau Korea Selatan, namun sebagian besar negara di dunia gagal menanganinya termasuk Indonesia. 

Bukan suatu hal yang aneh karena pandemi datang begitu cepat dan semua negara gelagapan meresponnya: mulai dari kebijakan PSBB/lockdown, antisipasi darurat perlengkapan dan infrastruktur kesehatan, menangani krisis ekonomi, hingga produksi/distribusi vaksin. 

Kini leadership para pemimpin negara di seluruh dunia diuji. Efektif tidaknya kepemimpinan mereka menangani krisis COVID-19 akan menentukan cepat tidaknya pemulihan ekonomi, industri, dan bisnis. 

#5. Global Supply-Chain Disruption 

Sebelum pandemi, sistem produksi global mengalami globalisasi dimana rantai pasok produksi tersebar di berbagai untuk memanfaatkan spesialisasi, skala ekonomi, pasok tenaga kerja, kedekatan dengan bahan baku, maupun kedekatan pasar akhir. 

Namun dengan adanya pandemi, maka kondisinya berbalik. Memiliki rantai pasok tersebar di berbagai belahan dunia membawa risiko kritikal ketika arus barang melintas negara mengalami bottleneck. Dampaknya serius di sektor-sektor manufaktur seperti: otomotif, komputer/elektronik, garmen, farmasi, kimia, hingga makanan/minuman. 

Pasca pandemi berbagai industri akan membangun resiliensi dengan membagun ekosistem rantai pasok yang lebih terkonsentrasi di lingkup regional bahkan bahkan nasional, tak lagi tersebar di berbagai belahan dunia.

#6. Accelerated Digitalization

Pandemi menjadi katalis bagi konsumen untuk bermigrasi ke ranah digital/online. Dengan munculnya stay @ home economy akibat pandemi, maka seluruh aktivitas konsumen kini dilakukan secara digital: berbelanja, bekerja, belajar, berobat, menikmati hiburan, bahkan beribadah. 

Ketika ekonomi fisikal mandek akibat pandemi, maka ekonomi digital menggantikannya sehingga geliat perekonomian masih berjalan. Tak heran jika transformasi digital menjadi agenda terpenting bagi perusahaan untuk tetap bisa survive di tengah pandemi. Semboyannya: “Go digital or die!!!”

(Bersambung)

LANJUTKAN

Related posts:

  1. 6 Forces of Change 2021
  2. UKM Outlook 2021
  3. 5 Digital Consumer Megashifts
  4. 25 Retail Megashifts
  5. Konsumen Indonesia Optimis
0 FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
6 Forces of Change 2021
next post
Industry Megashifts 2021 (2)

Baca Juga

Triple Disruptions Mengancam BUMN

June 6, 2021

“Kawin & Caplok”

June 4, 2021

The Fall of Asset-Heavy Company

May 26, 2021

The Fall of Branch

May 20, 2021

5S = Millennial Muslim Megashifts

April 30, 2021

Megashift #5: Comeback of Homecooking

March 26, 2021

Megashift #4: Healthiness Is the New Caring

March 24, 2021

The 4 Consumer Megashifts

March 18, 2021

Consumer Megashifts 10X10

March 14, 2021

Agility Is Your Most Valuable Asset

March 7, 2021

Leave a Comment

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • KENAPA REPUBLIKA CETAK HARUS TUTUP?

    January 30, 2023
  • MAL SEPI BAK KUBURAN

    January 30, 2023
  • KENAPA TIKTOK LEBIH POWERFUL DARI INSTAGRAM?

    January 30, 2023
  • FOMO (Fear Of Missing Out) Memicu EFEK DOMINO Menyebarkan Foto BOM BUNUH DIRI

    January 30, 2023
  • FOMO MOBIL LISTRIK

    January 30, 2023
  • Otentisitas bisa Menjadi Alat Diferensiasi Bisnis

    January 30, 2023
  • SLOGAN BARU JAKARTA

    January 19, 2023
  • RELIABILITY SPBU PERTAMINA

    January 19, 2023
  • MENDADAK TENIS ” FOMO Marketing Matters “

    December 5, 2022
  • PAMALI MARKETING PLAN 2023 PESIMIS

    December 5, 2022
  • 2023 TAHUN TERANG The Power of Self-Fulfilling Prophecy

    December 5, 2022
  • AKANKAH STARTUP BUBBLE PECAH?

    December 5, 2022
  • HABIS TERANG TERBITLAH GELAP FOMO matters.

    December 5, 2022
  • PHK META “Pelajaran Berharga”

    December 5, 2022
  • BAGAIMANA KONSUMEN PINDAH KE LAIN HATI?

    November 29, 2022
  • BIROKRASI MELAYANI BUKAN MENYULITKAN

    November 29, 2022
  • BLUNDER BAIM WONG Brand Harus Punya “Netizen Sensitivity”

    November 29, 2022
  • BRAND REPOSITIONING POLRI

    November 29, 2022
  • MENYIKAPI BRAND TERRORIST “Pelajaran dari Esteh Indonesia”

    November 29, 2022
  • FOMO MARKETING HYUNDAI IONIQ 5

    November 29, 2022

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • KENAPA REPUBLIKA CETAK HARUS TUTUP?
  • MAL SEPI BAK KUBURAN
  • KENAPA TIKTOK LEBIH POWERFUL DARI INSTAGRAM?
  • FOMO (Fear Of Missing Out) Memicu EFEK DOMINO Menyebarkan Foto BOM BUNUH DIRI
  • FOMO MOBIL LISTRIK
  • Otentisitas bisa Menjadi Alat Diferensiasi Bisnis
  • SLOGAN BARU JAKARTA
  • RELIABILITY SPBU PERTAMINA
  • MENDADAK TENIS ” FOMO Marketing Matters “
  • PAMALI MARKETING PLAN 2023 PESIMIS
  • 2023 TAHUN TERANG The Power of Self-Fulfilling Prophecy
  • AKANKAH STARTUP BUBBLE PECAH?
  • HABIS TERANG TERBITLAH GELAP FOMO matters.
  • PHK META “Pelajaran Berharga”
  • BAGAIMANA KONSUMEN PINDAH KE LAIN HATI?
  • BIROKRASI MELAYANI BUKAN MENYULITKAN
  • BLUNDER BAIM WONG Brand Harus Punya “Netizen Sensitivity”
  • BRAND REPOSITIONING POLRI
  • MENYIKAPI BRAND TERRORIST “Pelajaran dari Esteh Indonesia”
  • FOMO MARKETING HYUNDAI IONIQ 5
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top
yuswohady.com
  • Home
  • Biography