Sebentar lagi kita akan memasuki era next normal, era dimana vaksin telah diproduksi. Walaupun vaksin awal tahun tahun depan telah diprediksi bukan berarti semuanya beres. Kita masih tetap diliputi ketakutan baik karena krisis kesehatan maupun krisis ekonomi.
Beberapa hari terakhir beberapa menteri sudah memberikan sinyal bakal datangnya resesi, yaitu ketika pertumbuhan ekonomi kita anjlok negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Bagaimana kondisi next normal bagi keluarga-keluarga Indonesia? Sebagai bagian dari kajian “New Normal 100” mengenai perubahan perilaku konsumen di kenormalan baru, berikut ini adalah prediksi kami di Inventure mengenai megashifts yang bakal terjadi pada kehidupan keluarga (family life) di era pandemi.

#1 Family Is Living in Axiety
Krisis COVID-19 membuat keluarga hidup dalam ketidakpastian dan selalu dibayangai oleh kecemasan. Beban pekerjaan selama WFH, ancaman PHK, dan ekonomi tidak stabil berpotensi menciptakan stres tinggi.
Fokus utama mereka adalah menyelamatkan diri dan keluarga dari ancaman resesi. Pengeluaran ditekan semaksimal mungkin dan dialihkan untuk dana darurat jika hal buruk menimpa. Sebab, dana darurat lebih penting dibandingkan konsumsi yang sifatnya non-esensial sekaligus difungsikan untuk mengantisipasi ancaman resesi global.
#2 Insurance Becomes Necessity
Ketika ancaman terhadap kesehatan dan nyawa terus mengintai di tengah pandemi, maka prioritas konsumen kini bergeser ke keselamatan jiwa. Tak heran jika kini asuransi terutama kesehatan dan jiwa menjadi semakin krusial. Insurance becomes a necessity.
Dengan risiko kesehatan dan kematian yang melonjak oleh adanya pandemi, maka kami memperkirakan kesadaran masyarakat kita akan pentingnya asuransi akan meningkat pesat. Terutama perusahaan asuransi yang menawarkan produk asuransi yang di-customized untuk kebutuhan proteksi dari ancaman COVID-19.
#3 Deeper Family Bond
Sisi positif dari krisis COVID-19 adalah terciptanya hubungan keluarga yang semakin erat. Ketika mayoritas waktu dilakukan di rumah, antaranggota keluarga bisa lebih berinteraksi. Tentu hal ini akan sulit terjadi di kondisi normal. Khususnya bagi masyarakat urban di kota-kota besar.
Setelah lebih dari dua bulan mulai beradaptasi dengan stay at home lifstyle. Antaranggota keluarga mulai membangun sense of togetherness. Apapun masalah yang dihadapi keluarga selalu ada yang menemani.
#4 Healthy Is the New Caring
Diri kita adalah tameng pertama dari pertahanan melawan virus COVID-19. Semenjak awal virus merebak, masyarakat mulai peduli untuk menjaga kebersihan diri. Salah satunya ditunjukan dengan perilaku mencuci tangan.
Karena menjaga kesehatan diri sendiri adalah bentuk cinta kasih kepada keluarga. Dengan menjaga kesehatan dan tertib mengikuti protokol kesehatan yang diinstruksikan berarti turut melindungi keluarga dari penyebab virus.
#6 Work-Life-Play Balance
Ketika flexible working hour (FWH) menjadi kenormalan baru, maka batas antara bekerja (working), mengurus keluarga dan menjalankan parenting ke anak (living) serta menikmati leisure time (playing) menjadi kian kabur.
Di masa sebelumnya (era normal), waktu karyawan mayoritas untuk bekerja dan sedikit sekali bisa digunakan untuk living dan playing. Dengan FWH, maka mereka lebih leluasa mengatur waktunya dimana porsi living dan playing akan lebih besar dari sebelumnya.
Keseimbangan work-life-play yang lebih baik ini pada akhirnya akan meningkatkan kualitas dan kebahagiaan (well-being). Menjalani WFH, ibarat seperti juggling dalam atraksi sirkus. Awalnya kerepotan, namun seiring waktu working parants akan piawai berusaha menyeimbangkan waktu untuk working-living-playing.