• Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

15 Banking Consumer Megashift

by yuswohady August 10, 2020
August 10, 2020
1.1K

Pandemi telah mengobrak-abrik perilaku konsumen di industri perbankan. Kombinasi krisis kesehatan, krisis ekonomi, dan krisis aktualisasi diri menimbulkan perubahan kebutuhan, perilaku, dan preferensi konsumen terhadap layanan perbankan.

Berikut ini adalah beberapa consumer megashifts di industri perbankan:

#1. Consumers Are in FEAR: Declining income, Savings, and Spending 

Di tengah krisis pandemi COVID-19, orang mengalami kekacauan mental healthiness dan well-being sehingga menjalani hari-hari dalam ketakutan. Takut akan krisis ekonomi, takut kehilangan pekerjaan, takut tak mampu bayar hutang, hingga takut terenggut nyawa.

Pesimisme, kecemasan, dan ketakutan berdampaknya konsumen mengurangi spending: belanjan non-essential goods, durable goods, dan liburan dipangkas bahkan stop. Di tengah krisis, konsumen cenderung saving, itu sebabnya sekarang DPK (dana pihak ketiga) bank meningkat. Namun dengan berkepanjangannya krisis bahkan resesi, maka saving ujung-ujungnya juga akan berkurang ketika income turun. Alarm bagi bank. 

#2. In Time of Recession, Customers Want FLEXIBILITY and SECURITY 

Di ambang resesi, rumah tangga, perusahaan kecil-menengah, bahkan korporasi besar akan mengalami kesulitan keuangan yang fatal, bahkan gulung tikar. Dampaknya bisa diduga mereka kesulitan membayar cicilan dan ujung-ujungnya NPL (non-performing loan) bank melonjak. 

Dalam kondisi demikian, yang dibutuhkan nasabah adalah flexibility dan security. Mereka butuh keringanan dan kelonggaran terkait penurunan suku bunga, perpanjangan jangka waktu kredit, pengurangan tunggakan bunga/pokok kredit, hingga kemudahan mendapatkan fasilitas kredit agar kondisi keuangan dan bisnis mereka membaik kembali. 

Tapi tentu saja itu tak bisa dilakukan secara sembrono. Bank harus tahu persoalan unik dari masing-masing nasabah dan mampu menyelesaikan persoalan tersebut bersama-sama secara efektif. ketika nasabah sakit maka, bank harus bisa menjadi dokter yang mumpuni.   

#3. RESPONSIBLE Banking Matters

Kini kita berada di ambang resesi saat ekonomi berkontraksi dua kuartal berturut-turut. Di tengah resesi masyarakat berada dalam kondisi sulit. By-default bank memiliki posisi penting dalam memulihkan ekonomi dengan membantu rumah tangga, pelaku usaha kecil-menengah, dan pemain bisnis besar dalam menyelesaikan masalah keuangan dan bisnisnya melewati krisis. 

Di sinilah konsep “responsible bank” menjadi relevan di tengah pandemi. Bank harus berperan aktif membantu pelaku ekonomi baik di sektor rumah tangga, UKM, dan korporat dalam melewati badai krisis pandemi dengan berbagai instrumen pemulihan yang solutif. Bank tak lagi bisa menggunakan pendekatan selfish seperti sebelumnya, tapi harus mulai meredefinisinya menjadi pendakatan baru yang lebih empatik, solutif, dan bertanggung jawab dalam memulihkan bisnis dan ekonomi.

#7. Is It the End of IN-BRANCH BANKING Banking?

Di era stay @ home economy, nasabah kian mengurangi keluar rumah. Tak heran jika kantor cabang bank semakin jauh ditinggalkan. Transaksi-transaksi yang awalnya banyak di lakukan di kantor cabang kini makin dipindahkan melalui mobile banking, internet banking, ataupun call center yang digerakkan oleh artificial intelligence. 

Pertanyaannya, apakah kantor cabang kian tak relevan di masa dan setelah pandemi? Kantor cabang tak akan punah, tapi penggunaanya akan berkurang drastis dan perannya perlu diredifinisi tak lagi sama dengan sebelumnya. Kantor cabang akan menjadi “digital branch” yang terintegrasi dan menjadi bagian penting dari dengan jejaring omnichannels yang lain. Kantor cabang akan menangani complex transactions, advisory, education yang sulit dilakukan via platform digital. Bahkan kantor cabang bisa menjadi lifestyle center, community space, experience store, atau cafe tempat nongkrong nasabah. 

#9. OMNICHANNEL Solution Becomes Mainstream 

Sebelum pandemi mewabah, pengalaman berbank nasabah belanja didominasi oleh space experience dan masih tersekat-sekat dalam dikotomi offline-online. Namun pasca pandemi nasabah kian menuntut seamless banking experience di melintas semua channel. Itu sebabnya, omnichannel strategy menjadi faktor kunci.

Alhasil pendekatan consumer journey, menuntut para bankir melihat setiap titik persentuhan interaksi (touchpoint) sebagai sebuah journay yang tak terlepas satu sama lain. Artinya pendekatan yang digunakan bukan lagi multi-channel, namun omni-channel. Paradigma baru ini akan menghasilkan customer interaction yang seamless.

#10. The End of Cash? Welcome CASHLESS society 

COVID-19 memaksa konsumen mengurangi transaksi tunai. Sebelum pandemi tren ke arah cashless transaction ini sudah menggeliat, namun rupanya COVID-19 mempercepat proses ini. Alasannya jelas, untuk mengurangi potensi penularan virus. Itu dari sisi konsumen. Dari sisi produsen, kini toko, resto, hingga hotel mulai menggunakan cashless sebagai alat branding untuk memulihkan kepercayaan konsumen dan memberikan jaminan keamanan kepada mereka. 

Tak hanya itu, smartphone dan beragam apps di dalamnya kini semakin “memakan” fungsi uang tunai untuk melakukan berbagai transaksi keuangan. Beragam transaksi kini bisa dilakukan melalui smartphone kita, mulai dari berbelanja, menabung, meminjam uang, membayar tagihan, membayar cicilan, dan sebagainya. Welcome cashless society.   

#15. The Rise of OPEN BANKING, the Fall of Customer PRIVACY

Di tengah maraknya e-commerce pasca pandemi, bank harus agresif menjalankan strategi “open banking” dengan berkolaborasi dengan pelaku e-commerce mendukung traksaksi konsumen. Kolaborasi ini dilakukan dengan membuka akses APIs (application programming interfaces) e-commerce atau third-party service providers untuk mendukung layanan transaksi dan keuangan lainnya. 

Open banking bakal menjadi sumber inovasi produk dan layanan bagi bank yang paling hot di era pandemi. Namun ingat, masalah privacy juga akan menjadi persoalan pelik bagi nasabah. Karena itu di era open banking kepercayaan konsumen menjadi krusial. Customer trust is king.   

…and many more.

Ikuti secara lengkap 15 Banking Consumer Megashifts dalam webinar Inventure via: bit.ly/inventureknowledgewebinar

 

0 FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
New Normal 100: Leisure & Travelling Trends
next post
5 Digital Consumer Megashifts

Baca Juga

The Fall of Branch

May 20, 2021

Megashift #5: Comeback of Homecooking

March 26, 2021

Megashift #4: Healthiness Is the New Caring

March 24, 2021

Megashifts #3: Deeper Family Bond

March 21, 2021

Megashift #2: Insurance Becomes Necessity

March 20, 2021

Megashift #1. Family Is Living in Anxiety

March 18, 2021

The 4 Consumer Megashifts

March 18, 2021

Consumer Megashifts 10X10

March 14, 2021

City Will Be Killed by COVID-19

March 12, 2021

Corona: A Serial Killer

February 26, 2021

1 comment

Bank Business Model in the Pandemic – yuswohady.com August 16, 2020 - 2:04 am

[…] bankir harus mencermati 15 pergeseran konsumen perbankan yang telah kami uraikan dalam ebook, 15 Banking Consumer Megashifts. 15 pergeseran konsumen tersebut memberikan gambaran yang komprehensif mengenai bagaimana arah […]

Reply

Leave a Comment

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Recent Posts

  • KENAPA SHOPEE LIVE NENDANG!!! ” Jualan dr. Richard Lee Cuan Rp 8 M “
  • HEBOH SHOPEE LIVE : Fake FOMO Marketing
  • GEN Z “Generasi Gali Lubang Tutup Lubang”
  • KENAPA PRODUK KOLAB KERAP MEMICU FOMO “Starbucks X Blackpink”
  • REBRANDING TWITTER “Mengubur LEGACY Masa Lalu”
  • At the End of the Day, EVERY HOMO SAPIEN IS FOMO SAPIEN
  • PELAJARAN MARKETING dari FILM BARBIE “FOMO Marketing in Action”
  • KENAPA SHOPEE LIVE NENDANG!!! “Jualan dr. Richard Lee Cuan Rp 8 M”
  • PUTRI ARIANI & NATION BRANDING INDONESIA
  • NETIZEN IS THE BEST CHIEF SERVICE OFFICER
  • Dari AUTHENTICITY ke BRAND ADVOCACY “Belajar dari Bos Bluebird”
  • TB GUNUNG AGUNG TUTUP Bagaimana Format Toko Buku ke Depan?
  • UNTUNG-RUGI CALEG PESOHOR
  • CUSTOMER-CENTRIC GOVERNMENT
  • DIPLOMASI BOLA ARAB SAUDI
  • TOKOPEDIA NAIK TARIF & ERA BARU E-COMMERCE
  • TUPPERWARE Brand yang DISAYANG Emak-Emak, Brand yang “DIBUNUH” milenial
  • CARA TIONGKOK MENGGRUDUK PASAR INDONESIA
  • MERENUNGKAN CURHATAN SOIMAH Soal Pajak
  • IDA DAYAK & FOMO Marketing
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top
yuswohady.com
  • Home
  • Biography