yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Covid-19: The Birth of WFH

by yuswohady March 20, 2020
March 20, 2020

Dalam buku Millennials Kill Everything, saya meramalkan bahwa generasi milenial bakal “membunuh” jam kerja “9-to-5” karena mereka mulai bekerja di rumah (“work from home“, WFH).

Surprisingly, dalam beberapa hari ini, sejak muncul pengumuman korban meninggal akibat virus Covid-19, sekonyong-konyong WFH langsung naik daun di Indonesia. 

Tak hanya sekedar omongan di antara netizen di medsos, tapi karyawan baik negeri maupun swasta kini struggling bereksperimen untuk mencoba model bekerja gaya baru yaitu WFH.

Rupanya “pembunuhan” jam kerja “9-to-5” tak hanya dilakukan oleh milenial tapi juga oleh Covid-19. Wabah telah menjadi katalisator menuju budaya kerja baru yaitu bekerja di rumah

Akankah WFH  menjadi kenormalan baru bahkan setelah krisis Covid-19 berakhir? 

Belajar dari apa yang terjadi di Cina, Covid-19 telah memaksa karyawan untuk menerapkan pola kerja baru yaitu bekerja di rumah. 

Seperti halnya di Indonesia, di Cina WFH merupakan hal yang tidak biasa karena sejak awal mereka tidak mengenal tradisi bekerja di rumah. Namun sejak 3 Februari lalu saat pemerintah mengumumkan lockdown dan meminta masyarakat tinggal di rumah, semuanya berubah drastis.

Mulai saat itu mereka “dipaksa” untuk bekerja di rumah karena memang tidak ada pilihan lain. 

Responsnya bermacam-macam. Ada yang protes karena bosnya terlalu intrusif dan tak percaya pada anak buah. Ada yang tak bisa fokus bekerja di rumah karena “gangguan” anak-anak. Ada yang sama sekali tidak bisa bekerja karena memang baru pertama kali menjalani WFH.

Di sisi lain ada juga yang nyaman dan merasakan produktivitas lebih tinggi. Banyak juga dari mereka yang menemukan life-work balance karena punya banyak waktu berkumpul dengan anak-anak.  

Kita di Indonesia sekarang ini mengalami hal yang sama. Walaupun baru sebagian kantor yang menerapkan WFH kepada para karyawannya, namun seiring dengan pengumuman pemerintah terkait korban meninggal yang meroket akibat wabah Covid-19, kita akan “dipaksa” untuk mempraktekkan WFH. 

Karena itu saya menyebut, dalam beberapa minggu ke depan para karyawan akan dipaksa oleh keadaan untuk melakukan “eksperimen massal” mempraktekkan WFH. 

Seperti umunya eksperimen, karyawan akan mengalami secara langsung bagaimana enak dan tidak enaknya WFH. Seperti di Cina, ada yang mengeluh karena tidak bisa bekerja karena tidak biasa. Ada yang komplain kepada bosnya karena rewel minta ampun. Tapi barangkali ada juga yang sudah nyaman dan merasakan lebih produktif. 

Jangan anggap enteng eksperimen. Dalam konsep perubahan perilaku (behavior changes), termasuk perilaku bekerja, eksperimen memegang peranan penting bagi suksesnya sebuah perubahan perilaku.  

Untuk suksesnya sebuah perubahan perilaku dari pola lama ke baru, umumnya dibutuhkan empat tahapan yaitu: penolakan (denial), hambatan (resistance), eksplorasi (exploration), dan akhirnya mau menjalankan perilaku baru (commitment) hingga menjadi kebiasaan.

Sebelum adanya musibah Covid-19 kita tak pernah mencoba WFB sehingga kita tak pernah berkesempatan merasakan siklus: denial-resistence-exploration-commitment. Karena tak berkesempatan menjalani siklus tersebut, maka sukses perubahan perilaku tak akan terwujud. 

Nah itu sebabnya, saya mengatakan Covid-19 akan memainkan peran penting menjadi katalisator WFH, karena blessing in disguise musibah ini akan memaksa kita merasakannya: awalnya pasti menolak, tapi kemudian beradaptasi, bereksperimen, dan mengeksplorasi, hingga akhirnya menerimanya sebagai sebuah kebiasaan baru. 

Peran Covid-19 sebagai katalisator WFH mendapatkan momentumnya saat ini, karena bersamaan dengan pecahnya wabah ini teknologi pendukung remote working sudah siap dari sisi kemudahan, kenyamanan, dan keterjangkauan harga. Tak heran jika popularitas Google Hangouts, Zoom, WeChat Work, atau Slack langsung meroket selama krisis Covid-19.  

Orang Indonesia dikenal paling sulit berubah kalau tidak benar-benar kepepet. Barangkali hanya wabah seganas Covid-19 ini yang mampu mengubah pola kerja orang Indonesia dari pola kerja “9-to-5” ke WFH. 

Covid-19 akan memaksa WFH menjadi sebuah kenormalan baru.

Related posts:

  1. Perilaku Konsumen @ Covid-19
  2. The Birth of Consumer 3000, The Rise of Marketing 3000
3
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Perilaku Konsumen @ Covid-19
next post
“Stay @ Home” Economy

Baca Juga

Angry Customers

May 30, 2021

Megashift #5: Comeback of Homecooking

March 26, 2021

Megashift #4: Healthiness Is the New Caring

March 24, 2021

Megashifts #3: Deeper Family Bond

March 21, 2021

Megashift #2: Insurance Becomes Necessity

March 20, 2021

Megashift #1. Family Is Living in Anxiety

March 18, 2021

Consumer Megashifts 10X10

March 14, 2021

Konsumen Indonesia Optimis

November 28, 2020

New Omni Marcomm

October 1, 2020

Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

September 4, 2020

2 comments

Suhendra March 20, 2020 - 11:04 pm

Tulisannya tajam, membuka tabir realita,,,, dan membuka imajinasi bagaimana kita harus beradaptasi sekaligus memanfaatkan peluang ditengah tantangan…..

Reply
Kanala ID May 23, 2020 - 11:43 pm

Betul. Membuka normal baru. Saya pribadi lebih suka dan lebih produktif saat WFH. Karena banyak efisiensi yang bisa dilakukan.

Reply

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • GREAT BRAND LAUNCH

    May 23, 2022
  • WOM Adalah API FOMO Adalah BENSIN

    May 23, 2022
  • BRAND MEMECAT KONSUMEN

    May 20, 2022
  • INVESTASI STRATEGIS “TLKM X GoTo”

    May 17, 2022
  • THE DARK SIDE of WORD OF MOUTH MARKETING

    May 17, 2022
  • KENAPA FILM “KKN DESA PENARI” SUKSES?

    May 13, 2022
  • RIP iPod 3 Pelajaran Disrupsi

    May 12, 2022
  • SHAREABLE CONTENT

    May 11, 2022
  • DEMAND SHOCK MUDIK

    May 11, 2022
  • WORD OF MOUTH KHONG GUAN & MARJAN

    May 10, 2022
  • EMAK-EMAK PAHLAWAN RECOVERY

    May 10, 2022
  • KENAPA ELON, ZUCK, BEZOS BELI PERUSAHAAN MEDIA?

    April 28, 2022
  • KOPIKO & ELON MUSK

    April 26, 2022
  • BRAND ENDORSER PROFESI “DI UJUNG TANDUK”

    April 25, 2022
  • GARUDA MENJADI SARANG PENYAMUN?

    April 24, 2022
  • POLA BELANJA RAMADAN-LEBARAN

    April 22, 2022
  • BRAND CRISIS “WHAT SHOULD DO?”

    April 20, 2022
  • DILEMA PERSONAL BRAND & CORPORATE BRAND

    April 20, 2022
  • REVENGE MUDIK

    April 8, 2022
  • HALAL OF THINGS

    April 8, 2022

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • GREAT BRAND LAUNCH
  • WOM Adalah API FOMO Adalah BENSIN
  • BRAND MEMECAT KONSUMEN
  • INVESTASI STRATEGIS “TLKM X GoTo”
  • THE DARK SIDE of WORD OF MOUTH MARKETING
  • KENAPA FILM “KKN DESA PENARI” SUKSES?
  • RIP iPod 3 Pelajaran Disrupsi
  • SHAREABLE CONTENT
  • DEMAND SHOCK MUDIK
  • WORD OF MOUTH KHONG GUAN & MARJAN
  • EMAK-EMAK PAHLAWAN RECOVERY
  • KENAPA ELON, ZUCK, BEZOS BELI PERUSAHAAN MEDIA?
  • KOPIKO & ELON MUSK
  • BRAND ENDORSER PROFESI “DI UJUNG TANDUK”
  • GARUDA MENJADI SARANG PENYAMUN?
  • POLA BELANJA RAMADAN-LEBARAN
  • BRAND CRISIS “WHAT SHOULD DO?”
  • DILEMA PERSONAL BRAND & CORPORATE BRAND
  • REVENGE MUDIK
  • HALAL OF THINGS
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top