yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Cool Brand… Boring Brand

by yuswohady June 8, 2019
June 8, 2019

Sabtu kemarin (8/6) tanpa direncana saya, untuk kesekian kalinya, mengunjungi Kopi Klothok, di Pakem Yogya.

Saya tak berencana ke situ karena sudah menduga, di saat mudik Lebaran sekarang ini Kopi Klothok pasti ramai minta ampun dan antreannya lama sampai berjam-jam.

Betul adanya, sampai di TKP antrean mengular dan semua kursi terisi praktis oleh pengunjung yang mobilnya berplat B.

Sambil menunggu kebagian kursi, tak tahu kenapa, tiba-tiba dua brand hebat berkelebat di otak saya: yang pertama Kopi Klothok (KK); dan kedua Warunk Upnormal (WU).

Dan sejurus kemudian, otak saya pun usil membandingkan dua brand ngetop ini. Ternyata perbedaannya kontras sekali. Mari kita bandingkan:

Kopi Klotok

KK: bicara antrean, Anda akan mendapati manajemen antrean yang buruk sekali. Di hari-hari libur Anda akan “disiksa” oleh antrean yang panjang di dapur dan Anda “dilarang” mengeluh soal antrean ini.

WU: Anda langsung disambut oleh pelayan yang sigap, langsung disodori list menu, men-centang menu yang dipesan, lalu ngantri di kasir: efisien sekali. Bahkan dengan men-scan QR code Anda bisa pesan via apps dengan super-cepat dan super-nyaman.

KK: Bicara menu, di KK menunya super-simpel: yang favorit tak jauh-jauh dari kopi tubruk, wedang jahe, sayur lodeh, pisang goreng, atau telur dadar.

WU: Menu beragam dan kompleks sekali, puluhan bahkan mungkin ratusan jenis. Manajemen menu ini dikelola secara modern dan efisien.

KK: bicara servis, di KK Anda akan “dianggurin”: tak ada pelayan yang sigap menyapa atau menawarkan menu. Namanya “prasmanan” atau self-service ala Jawa: nyambangi dapur sendiri, mengambil sendiri, mengantar ke meja sendiri.

WU: Pelayanan serba sigap, cepat, efisien, efektif.

KK: bicara layout ruangan, di KK Anda akan menemui layout yang apa adanya: rumah Joglo dengan ruang tamu yang luas, kursi lawas dari rotan, dapur jadul di belakang, serambi depan, atau lesehan di tepi sawah. Semuanya tampil apa adanya, kental sekali suasana rumah ndeso.

WU: Layoutnya minimalis-modern khas milenial, serba hitam, dinding dihiasi quotes berbahasa Inggris, meja kursi berjajar rapi dan efisien, perlengkapan dapur modern, bersih, dan terlihat mahal.

KK: bicara lokasi, lokasi KK “nylempit” alias tersembunyi di kaki Gunung Merapi. Kalau nggak tanya mbah Google Map bisa dipastikan Anda pusing tujuh keliling menemukanya.

WU: lokasinya “prime” di pusat keramaian mengikuti hukum properti 3L: “Location, location, location”.

KK: cuma ada satu di Pakem Yogya.

WU: memiliki ratusan cabang (bahkan mungkin sudah ribuan) di berbagai kota di seluruh Indonesia. Sehingga konsumen begitu mudah mendapatkannya.

KK: Parkirnya seadanya, sempit, dan tukang parkirnya amatiran. Saat ramai, karena tak mampu menampung, seringkali KK pinjam lahan tetangga.

***

Saya tidak bicara mana yang lebih sukses di antara dua brand tersebut, karena kedua-duanya mencapai sukses luar biasa. Saya bicara COOLNESS dari dua brand tersebut.

Mana yang lebih cool dari dua brand tersebut?

Barangkali Anda memilih Warunk Upnormal, karena berdasarkan beragam KPI, sekilas Warunk Upnormal lebih hebat dari Kopi Klothok.

Anda salah!

Inilah yang dalam branding disebut konsep “TORMENTING the Customer” atau terjemahan bebasnya “menyiksa konsumen”.

Experience yang ditawarkan oleh Kopi Klothok bukanlah kecepatan, kesigapan, kemudahan, kenyamanan, efisiensi, atau efektivitas seperti yang ditawarkan Warunk Upnormal; tapi justru sebaliknya: kesulitan, ketidaknyamanan, ketidakefisienan, kelangkaan, keserbaterbatasan, ke-apaadanya-an, keluguan.

Menariknya, semua itu menghasilkan otentisitas dan orisinalitas. Di sinilah unique value proposition Kopi Klothok dibangun. Saya menyebutnya: “differentiation through AUTHENTICITY“.

Inilah titik beda antara Kopi Klothok dan Warung Upnormal. Yang pertama adalah “cool brand“; sementara yang kedua “boring brand“.

Kedua-duanya adalah brand yang sukses, tapi bagaimana rute mereka dalam merengkuh kesuksesan berbeda sama sekali.

Kopi Klothok mengambil rute: niche, unik, otentik-orisinil, dan COOL. Sementara Warunk Upnormal mengambil rute: mass-standardized, mainstream, replicable-scalable, dan BORING.

 

Sumber foto: njogja.co.id

Related posts:

  1. Cool
  2. The New Cool
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Millennials KILL Everything @ CNN Indonesia
next post
Bagaimana Milenial Membunuh Album Foto

Baca Juga

Merek Berbahasa Indonesia

October 11, 2019

Asian Games & Nation Branding: eBook

September 9, 2018

Sukses Asian Games & Visi 2032

September 1, 2018

Mem-branding Indonesia lewat Asian Games

August 25, 2018

The End of Brand

February 3, 2018

Free eBook – Marketing Outlook 2018: “Welcome Leisure...

December 9, 2017

Brand Disruption

September 23, 2017

Wonderful Indonesia Co-branding Forum

August 5, 2017

Disrupted Brand

May 29, 2017

Pesona Lebaran

July 3, 2016

1 comment

jimmy t June 10, 2019 - 11:06 pm

mr yuswo,

bagus tulisan nya inspiratip, imajinatif, sukses..

Reply

Leave a Reply to jimmy t Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks

    December 27, 2020
  • Best Business Books 2020: My Picks

    December 24, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (3)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (2)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (1)

    December 14, 2020
  • 6 Forces of Change 2021

    December 13, 2020
  • Konsumen Indonesia Optimis

    November 28, 2020
  • Prospective Businesses for UKM

    October 14, 2020
  • UKM Outlook 2021

    October 11, 2020
  • New Omni Marcomm

    October 1, 2020
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

    September 4, 2020
  • Family Life in the Pandemic Era

    September 4, 2020
  • 5 Digital Consumer Megashifts

    August 26, 2020
  • 15 Banking Consumer Megashift

    August 10, 2020
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends

    July 26, 2020
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends

    July 24, 2020
  • 25 Retail Megashifts

    July 18, 2020
  • New Marcomm Paradigm

    July 18, 2020
  • #IBF2020: The Inside Story

    July 9, 2020
  • #IBF2020 – ReBound, ReBoot, ReBorn

    June 27, 2020

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks
  • Best Business Books 2020: My Picks
  • Industry Megashifts 2021 (3)
  • Industry Megashifts 2021 (2)
  • Industry Megashifts 2021 (1)
  • 6 Forces of Change 2021
  • Konsumen Indonesia Optimis
  • Prospective Businesses for UKM
  • UKM Outlook 2021
  • New Omni Marcomm
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi
  • Family Life in the Pandemic Era
  • 5 Digital Consumer Megashifts
  • 15 Banking Consumer Megashift
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends
  • 25 Retail Megashifts
  • New Marcomm Paradigm
  • #IBF2020: The Inside Story
  • #IBF2020 – ReBound, ReBoot, ReBorn
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top