Setiap tahun di bulan Ramadhan saya selalu membuat kajian kecil mengenai perkembangan termutakhir pasar muslim di Indonesia.
Tahun ini kajiannya saya beri Judul: Muslim 4.0: Hijrah+Digital+Leisure. Intinya, kajian itu berisi perkembangan gaya hidup muslim Indonesia di tengah pusaran ekonomi di era Revolusi Industri 4.0.
Kita tahu Revolusi Industri 4.0 ditandai oleh kemunculan teknologi-teknologi disruptif seperti: artificial intelligence, internet of things (IoT), big data, 3D print, augmented reality, hingga blockchain.
Revolusi 4.0 rupanya tak hanya memengaruhi konsumen muslim Indonesia dari sisi bagaimana mereka menggunakan dan memanfaatkan teknologi 4.0, tapi juga aspek-aspek lain. Saya membaginya menjadi tiga dimensi, yaitu dimensi spiritual (keislaman), dimensi fungsional (teknologi), dan dimensi emosional (leisure).
Kenapa saya menggunakan idiom 4.0? Karena seperti halnya Revolusi Industri 4.0 yang menghasilkan perubahan disruptif-eksponensial, perubahan Muslim 4.0 pun menghasilkan lompatan perilaku konsumen muslim yang sangat ekstrim dan dramatis.
Muslim 4.0 ditandai dengan fenomena perubahan gaya hidup kaum muslim yang semakin religius (“hijrah”), connected (“digital”), dan fun (“leisure”). Mari kita tinjau satu-persatu.
HIJRAH. Kemajuan teknologi yang bergerak dengan kecepatan eksponensial (terutama artificial intelligence dan blockchain) bukannya menjadikan kaum muslim Indonesia semakin luntur keislamannya, tapi justru sebaliknya, semakin religius dan islami.
Euforia hijrah yang marak sejak beberapa tahun terakhir merupakan bukti bahwa kaum muslim Indonesia kian mendalam kadar keislamannya. Menariknya, “hijrah movement” ini menjadi sesuatu yang keren (saya sering menyebutnya: “The New Cool”) di kalangan kaum muslim milenial kita.
Terakhir kita menyaksikan tahun lalu kaum muslim milenial menyelenggarakan event Hijrah Fest yang begitu heboh dan menjadi identitas baru kaum muslim milenial. Event itu teramplifikasi luar biasa karena diinisiasi oleh para selebriti yang ramai-ramai berhijrah dan menularkan pengaruhnya ke kalangan muslim di seluruh tanah air.
DIGITAL. Kemajuan teknologi 4.0 telah membentuk gaya hidup digital (digital lifestyle) di kalangan kaum muslim kita yang modern, memiliki global mindset, dan techy (saya menyebut mereka #GenM atau Generation Muslim). Mereka memiliki digital lifestyle dengan memanfaatkan teknologi 4.0.
Beberapa fenomenanya mulai terlihat seperti bermunculannya startup-startup digital berbasis syariah; maraknya fintech syariah; gaya hidup cashless dalam pembayaran zakat dan sodakoh; hingga menjamurnya konten-konten digital yang muslim-friendy.
Salah satunya adalah penerapan blockchain di dunia keuangan dengan bentuk mata uang digital bernama Noorcoin. Noorcoin adalah token syariah pertama di dunia. Memadukan teknologi kripto dengan platform yang sesuai dengan hukum Syariah.
Platform yang dikembangkan oleh anak negeri Sofia Koswara ini dibangun dengan sistem reputasi yang terdesentralisasi yang bekerja dengan teknologi blockchain.
LEISURE. Memasuki era leisure economy, leisure lifestyle kaum muslim kita juga mulai terimbas khususnya di kalangan muslim milenial
Hal ini ditandai oleh bermunculannya muslim-friendly attraction/event seperti Hijrahfest, Halalfest, Muslim Fashion Week, hingga Hijab Run.
Juga muncul beragam muslim-friendly destination yang instagramable. Beberapa waktu lalu misalnya, Presiden meresmikan Halal Park yang digadang-gadang bakal menjadi “the world’s center of halal destination”.
Fenomena seperti umrah backpacker yang marak beberapa bulan terakhir juga menarik untuk diamati dimana peran apps kian mempengaruhi cara muslim milenial berumrah. Begitu juga menggeliatnya EO untuk syariah wedding dimana pesta-pesta pernikahan kini diselenggarakan dengan mematuhi prinsip-prinsip syariah. Inilah yang memunculkan bisnis baru yang happening seperti fotografi post wedding.
Penasaran?
Kalau mau tahu, silahkan hadir di acara ngabuburit hari Rabu, 15 Mei @ Warunk Upnormal Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.
Pendaftaran: 08118851453 (WA only)
Kita obrolin seru yuk…
1 comment
[…] Alasan utamanya karena masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim sudah semakin ngeh terhadap riba. Hijrah Disruption juga ikut mempengaruhi meningkatnya tren minat terhadap properti syariah ini. Tapi sayangnya, […]