yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Bagaimana Milenial Mendisrupsi Musik Rock?

by yuswohady March 3, 2019
March 3, 2019

Tahun 2017 adalah tahun bersejarah dalam sejarah musik di Amerika Serikat.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, popularitas hip-hop mengungguli musik rock.

Menurut Nielsen Music, di tahun tersebut hip-hop dan R&B menguasai 25% konsumsi musik di AS (penjualan album, single, digital download, streaming digabung) sementara rock hanya menguasai 23%.

Karena AS merupakan pusat industri musik dunia, maka otomatis ini adalah cermin dari perkembangan musik dunia.

Apakah ini pertanda kematian musik rock?

Waktu yang akan bicara, tapi yang jelas popularitas dan penjualan album musik rock dari waktu ke waktu terus merosot. Dan pihak yang paling “bertanggung jawab” atas kematian musik rock adalah: milenial.

Pertama sederhana saja, karena milenial lebih suka hip hop dan R&B ketimbang rock. Rock adalah musiknya kaum tua. Rock mereka anggap sebagai musik milik generasi pendahulu mereka yaitu Gen-X dan orangtua mereka yaitu Baby Boomers.

Kedua, merosotnya musik rock tak lepas dari pergeseran pola konsumsi musik oleh kaum milenial. Musik rock banyak didengarkan olah kaum tua dan penjualan musiknya umumnya melalui album fisik dan digital download. Sementara hip-hop dan R&B semakin populer karena didengarkan melalui layanan audio streaming seperti Spotify dan Apple Music.

Rock masih memimpin dalam penjualan album fisik yang mencapai 40% pangsa pasar. Namun kita tahu penjualan album fisik terus merosot dari tahun ke tahun ketika kaum milenial kini semakin banyak mendengarkan musik via online streaming.

Sebaliknya hip-hop dan R&B menguasai 29,1% penjualan streaming yang tumbuh eksponensial beberapa tahun terakhir. Penjualan streaming hip-hop ini hampir sama dengan penjualan streaming musik rock dan pop digabung (16% + 13,7%).

Makin tidak populernya musik rock juga tercermin dari album-album rock yang kini tidak lagi bertengger di urutan teratas penjualan album. Di tahun 2017 misalnya, album-album terlaris didominasi oleh penyanyi-penyanyi hip-hop dan R&B seperti Kendrick Lamar, Drake, Jay-Z, Bruno Mars, dan Beyonce.

Namun sesungguhnya kemerosotan popularitas musik rock tak sepenuhnya kesalahan kaum milenial. Kesalahan juga datang dari musik rock itu sendiri yang tidak mau berubah dan menghasilkan inovasi-inovasi mutakhir sehingga lebih diterima oleh kaum milenial alias millennial-friendly.

Ini kira-kira identitas musik rock yang dari dulu tidak berubah:
Instrumen musiknya didominasi oleh gitar elektrik yang pekat mewarnai lagu; musiknya mengandalkan kekuatan melodi dan lirik baik musik cadas maupun slow; sosok pemusiknya macho dan sangar dengan rambut panjang dan tato di sekujur tubuh; kostum didominasi warna hitam, sepatu booth, dan asesoris yang khas musik rock.

Identitas ini begitu kuat melekat di dalam musik rock dan praktis tak berubah. Celakanya, identitas yang kuat itu kini sudah tidak match lagi dengan preferensi musik generasi milenial.

Sejak tahun 1950an musik rock n roll terus berevolusi dan melakukan inovasi: mulai dari Chuck Berry, The Beatles, The Rolling Stones, Jimmy Hendrick, The Who, Led Zepellin, Pink Floyd, Genesis, Queen, Bruce Springsteen, Bon Jovi, Metalica, U2, hingga terakhir mungkin Nirvana, Green Day, dan Linking Park. Namun sejak itu inovasi besar musik rock serasa terhenti.

Ketika konsumen musik kian didominasi kaum milenial, dan kaum milenial tak begitu menyukai musik rock karena dianggap tua, maka konsekuensinya gampang ditebak: pelan tapi pasti musik rock akan punah.

Tak lagi menjadi musik mainstream, tapi niche alias musik klangenan.

Related posts:

  1. Bagaimana Milenial Mendisrupsi Tempat Kerja?
  2. Free eBook – Marketing Outlook 2018: “Welcome Leisure Economy”
  3. Milenial Jaman Now: Penggerak Leisure Economy
  4. Bagaimana Twitter MENJUAL Java Jazz
  5. Personal Branding Ala Milenial
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
How Millennials Kill Eye Contact
next post
Tourism-Centered Economy 4.0

Baca Juga

Covid-19: The Birth of WFH

March 20, 2020

Marketing Outlook 2020 (4): The LEAP Strategies

January 11, 2020

Marketing Outlook 2020 (3): The LEAP Strategies

January 3, 2020

Marketing Outlook 2019 (2): the FALL & the...

December 27, 2019

Kenapa Nadiem, Risa Santoso, atau Putri Tanjung Harus...

November 25, 2019

Millennials KILL Menikah

November 9, 2019

Pepsi Korban Milenial?

October 5, 2019

Generasi Z = Generasi Berontak

September 28, 2019

Milenial = Generasi Anti-Sosial

August 3, 2019

Mabuk “Dibunuh” oleh Generasi Milenial

July 20, 2019

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • WELCOME ERA “CUCI PIRING” HABIS PANDEMI, TERBITLAH RESTRUKTURISASI

    June 21, 2022
  • “SESAT PIKIR” STARTUP DIGITAL

    June 21, 2022
  • KUTUKAN “BAKAR DUIT”

    June 21, 2022
  • REVENGE LEISURE

    June 13, 2022
  • NEW ERA OF STARTUP Post-Pandemic

    June 10, 2022
  • DON’T THINK JUST DO IT

    June 7, 2022
  • KENAPA INDOMARET & ALFAMART SELALU BERDEKATAN?

    June 7, 2022
  • NOSTALGIA MARKETING

    June 3, 2022
  • THE POWER OF 3R “REVIEW, RATING, RECOMMENDATION”

    May 31, 2022
  • PACEKLIK STARTUP DIGITAL

    May 25, 2022
  • GREAT BRAND LAUNCH

    May 23, 2022
  • WOM Adalah API FOMO Adalah BENSIN

    May 23, 2022
  • BRAND MEMECAT KONSUMEN

    May 20, 2022
  • INVESTASI STRATEGIS “TLKM X GoTo”

    May 17, 2022
  • THE DARK SIDE of WORD OF MOUTH MARKETING

    May 17, 2022
  • KENAPA FILM “KKN DESA PENARI” SUKSES?

    May 13, 2022
  • RIP iPod 3 Pelajaran Disrupsi

    May 12, 2022
  • SHAREABLE CONTENT

    May 11, 2022
  • DEMAND SHOCK MUDIK

    May 11, 2022
  • WORD OF MOUTH KHONG GUAN & MARJAN

    May 10, 2022

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • WELCOME ERA “CUCI PIRING” HABIS PANDEMI, TERBITLAH RESTRUKTURISASI
  • “SESAT PIKIR” STARTUP DIGITAL
  • KUTUKAN “BAKAR DUIT”
  • REVENGE LEISURE
  • NEW ERA OF STARTUP Post-Pandemic
  • DON’T THINK JUST DO IT
  • KENAPA INDOMARET & ALFAMART SELALU BERDEKATAN?
  • NOSTALGIA MARKETING
  • THE POWER OF 3R “REVIEW, RATING, RECOMMENDATION”
  • PACEKLIK STARTUP DIGITAL
  • GREAT BRAND LAUNCH
  • WOM Adalah API FOMO Adalah BENSIN
  • BRAND MEMECAT KONSUMEN
  • INVESTASI STRATEGIS “TLKM X GoTo”
  • THE DARK SIDE of WORD OF MOUTH MARKETING
  • KENAPA FILM “KKN DESA PENARI” SUKSES?
  • RIP iPod 3 Pelajaran Disrupsi
  • SHAREABLE CONTENT
  • DEMAND SHOCK MUDIK
  • WORD OF MOUTH KHONG GUAN & MARJAN
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top