• Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Caleg Artis dan Branding Parpol

by yuswohady July 28, 2018
July 28, 2018
389

Pemilu 2019 kebanjiran artis. Lebih dari 70 artis sudah mendaftar menjadi caleg. Walaupun sudah terbukti artis bukanlah kendaraan yang ampuh untuk mendulang suara di Pemilu 2014, namun parpol masih nggak kapok menggunakannya untuk mengais suara pemilih.

Tulisan ini tidak bermaksud menganalisis hitung-hitungan politik dari kehadiran artis di dalam sebuah parpol karena memang saya bukanlah pakar politik. Namun saya mencoba melihat fenomena artis nyaleg ini dari sudut pandang brand.

Ya, karena parpol itu brand. Sebuah parpol dipilih oleh voters karena brand-nya. Kira-kira sama seperti seorang konsumen menetapkan pilihannya kepada sebuah produk; kira-kira sama seperti konsumen yang lebih memilih Starbucks, ketimbang warung kopi murahan di ujung gang.

Voters menjatuhkan pilihannya kepada parpol tertentu di kotak suara karena ia memiliki brand value yang “nancep” di hati si voters.

Artis Nyaleg

Apa brand value dari sebuah parpol? Sama seperti produk, ada dua: functional dan emotional value. Contoh functional value dari parpol adalah program-program yang ditawarkan, kapabilitas dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat, atau kemampuan parpol dalam mewujudkan apa-apa yang ia janjikan saat pemilu.

Sementara contoh emotional value adalah adanya emotional connection antara voters dengan parpol. Emotional connection ini bisa terbentuk karena alasan historis, ideologis, latar belakang sosial, atau bisa juga ketokohan para pemimpin yang ada di partai.

Massa pemilih PDIP misalnya, tak bisa dilepaskan dengan emotional connection dan ketokohan sosok Soekarno dan Megawati. Begitu juga Partai Demokrat tak lepas dari ketokohan SBY.

Baca juga: “Artis Nyaleg”

Secara umum, voters mengkaji functional value secara rasional (kognitif), sementara emotional value mereka timbang-timbang dengan menggunakan hati, perasaan, (feeling), dan emosi.

Pertanyaannya, bagaimana fenomena caleg artis ini ditempatkan dalam konteks branding dan brand value ini?

Kalau kita sudah memahami konsep dasarnya seperti itu, maka kini menjadi mudah kita menganalisis dan mengetahui apakah artis nyaleg itu bagus atau sebaliknya bagi parpol.

Logikanya sederhana, yaitu apakah apakah artis yang masuk parpol itu menambah brand value parpol, atau sebaliknya justru menguranginya, atau bahkan merusaknya.

Coba kita sisir satu-persatu. Bagaimana artis bisa mendongkrak functional brand value dari sebuah parpol. Tentu bisa. Ambil contoh Rieke Dyah Pitaloka.

Rieke menaikkan brand value PDIP melalui berbagai aktivitasnya di partai dalam memperjuangkan nasib kaum buruh. Kontribusinya dalam ikut melahirkan UU BPJS dan SJSN selama bergabung di Komisi IX juga tak bisa dibilang kecil.

Lalu apakah seorang artis bisa menaikkan emotional brand value? Bisa juga. Contohnya Rieke di atas. Ketika ia dikenal sebagai sosok yang memperjuangkan kaum buruh, maka dengan sendirinya voters dari kalangan kaum buruh akan memiliki emotional connection tak hanya dengan Rieke, tapi juga parpol tempatnya bernaung, yaitu PDIP.

Sebaliknya, apakah seorang artis bisa mengurangi atau bahkan merusak brand value dari sebuah parpol? Sangat bisa.

Ketika seorang artis yang sudah masuk partai bertubi-tubi terundung beragam masalah (mulai dari kawin-cerai, terkena kasus narkoba, hingga tertangkap OTT KPK) maka bisa jadi hal tersebut berdampak mengurangi atau merusak brand value parpol.

Pertanyaannya, ngomongin kemampuan artis mendongkrak brand value parpol, bagaimana prospek 70-an lebih artis yang memutuskan nyaleg minggu lalu? Apakah mereka bisa mendongkrak brand value parpol?

Terus terang dengan sedih saya katakan prospeknya gloomy dan meresahkan. Kenapa? Karena sebagian besar yang nyaleg tersebut adalah artis yang sudah mulai tidak eksis di dunia keartisan dan mulai surut popularitas dan brand-nya.

Saya menduga mereka berpindah profesi menjadi politisi bukan karena alasan yang substansial, tapi karena alasan instan ingin mengadu nasib dan keberuntungan di lahan yang baru.

Namun saya tak mau suudzon. Who knows… saya tetap berharap makin banyak artis tanah air yang menjadi politisi handal seperti Ronald Reagan atau Arnold Schwarzenegger.

 

Sumber foto: variety.com

0 FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Ambush Piala Dunia 2018
next post
Artis Nyaleg

Baca Juga

Pemasaran “Anti-Mainstream” Ala Azwar Anas

August 10, 2019

Millennial Voters 2019

September 22, 2018

Artis Nyaleg

July 28, 2018

Iklan Revolusi Mental

December 12, 2015

Customer Voice

September 27, 2014

Jokowi atau Prabowo… Kemenangan Indonesia

July 5, 2014

Personal Branding Keblinger

February 22, 2014

Authentic vs Gincu

December 22, 2012

Pilkada Jakarta: Suara Kelas Menengah

September 18, 2012

Marketing Al Amin vs. Marketing Pencitraan

July 21, 2012

2 comments

Caleg Artis dan Branding Parpol – Epicentrum July 30, 2018 - 3:23 am

[…] Sumber […]

Reply
Artis Nyaleg – yuswohady.com October 26, 2019 - 1:43 pm

[…] Baca juga: “Caleg Artis dan Branding Partai” […]

Reply

Leave a Comment

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Recent Posts

  • KENAPA SHOPEE LIVE NENDANG!!! ” Jualan dr. Richard Lee Cuan Rp 8 M “
  • HEBOH SHOPEE LIVE : Fake FOMO Marketing
  • GEN Z “Generasi Gali Lubang Tutup Lubang”
  • KENAPA PRODUK KOLAB KERAP MEMICU FOMO “Starbucks X Blackpink”
  • REBRANDING TWITTER “Mengubur LEGACY Masa Lalu”
  • At the End of the Day, EVERY HOMO SAPIEN IS FOMO SAPIEN
  • PELAJARAN MARKETING dari FILM BARBIE “FOMO Marketing in Action”
  • KENAPA SHOPEE LIVE NENDANG!!! “Jualan dr. Richard Lee Cuan Rp 8 M”
  • PUTRI ARIANI & NATION BRANDING INDONESIA
  • NETIZEN IS THE BEST CHIEF SERVICE OFFICER
  • Dari AUTHENTICITY ke BRAND ADVOCACY “Belajar dari Bos Bluebird”
  • TB GUNUNG AGUNG TUTUP Bagaimana Format Toko Buku ke Depan?
  • UNTUNG-RUGI CALEG PESOHOR
  • CUSTOMER-CENTRIC GOVERNMENT
  • DIPLOMASI BOLA ARAB SAUDI
  • TOKOPEDIA NAIK TARIF & ERA BARU E-COMMERCE
  • TUPPERWARE Brand yang DISAYANG Emak-Emak, Brand yang “DIBUNUH” milenial
  • CARA TIONGKOK MENGGRUDUK PASAR INDONESIA
  • MERENUNGKAN CURHATAN SOIMAH Soal Pajak
  • IDA DAYAK & FOMO Marketing
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top
yuswohady.com
  • Home
  • Biography