Lebaran tahun ini istimewa karena tiga hal: libur lebaran lebih panjang; cairnya THR bagi PNS dan pensiunan; dan beberapa ruas jalan tol sudah diselesaikan sehingga tahun ini mudik menjadi lebih lancar.
Download ebook-nya di: bit.ly/lebaranzamannow2018
Tak heran jika mudik tahun ini lebih bergairah. Kemenhub memprediksi total jumlah pemudik tahun ini bisa mencapai 25 juta orang atau naik sekitar 10-12% dibandingkan tahun lalu. Tak pelak aktivitas ekonomi selama mudik pun menggeliat. Pasokan uang tunai yang disiapkan Bank Indonesia selama lebaran mencapai Rp 188 triliun, seentara sirkulasi uang melalui remittance menurut Pos Indonesia mencapai Rp 3-4 triliun. Fantastis!!!
Menyambut lebaran 2018 ini saya menyusun sebuah kajian singkat Lebaran Zaman Now yang mengungkap tren terkini terkait lebaran 2018. Tren tersebut mengungkap perilaku konsumen muslim zaman now dalam berlebaran dan menjalani ritual mudik 2018. Untuk urian lengkapnya, silahkan unduh ebook-nya di link: bit.ly/lebaranzamannow.
Untuk minggu ini saya akan menguraikan 10 tren dan insight berharga mengenai lebaran zaman now. Sementara 10 tren sisanya akan dituntaskan di kolom minggu depan.
#1 Lebaran Adalah Liburan
Momen lebaran dan mudik kini sekaligus menjadi momen liburan. Sholat Ied dan halal-bihalal di kampung hanya makan setengah hari. Sisanya diisi apa? Liburan dan kulineran. Waktu libur yang cukup panjang dimanfaatkan para pemudik beserta keluarga untuk mengeskplorasi destinasi-destinasi wisata di daerahnya. Hal ini dimanfaatkan pula oleh airlines atau hotel dengan membuat paket-paket wisata lebaran.
#2 Lailatul Obral: The Paradox of Consumption
Setiap menjelang lebaran atau sepuluh hari terakhir ramadhan, mal-mal di kota besar selalu menggelar late nite sale yang dipenuhi para pemburu diskon atau obral. Di bulan suci ramadhan yang harusnya menahan godaan hawa nafsu namun terjadi paradoks, justru nafsu berbelanja menggila demi tampil sebaik mungkin di saat lebaran. Saat harus i’tikaf mengejar lailatul qadar namun tergoda mengejar “lailatul obral”.
#3 Online Late Nite Sale
Selain mal-mal yang menggelar late nite sale, tak ketinggalan para pemain online marketplace atau e-commerce menggelar hal serupa. Antrian panjang di mal-mal mulai bergeser ke hot deals atau flash sale yang diadakan Tokopedia atau Bukalapak. Tokopedia misalnya menggelar program Shake-Shake yang menggabungkan pengalaman belanja offline dan online. Tujuannya tak lain untuk membangkitkan nafsu belanja…belanja…belanja!!!
#4 Perang Hawa Nafsu = Perang Pemasaran
Bulan ramadhan dan momen mudik lebaran selain menjadi perang melawan hawa nafsu juga menjadi arena pertempuran pemasaran antar brand. Daya beli masyarakat yang cukup tinggi setelah mendapat THR begitu menggiurkan bagi brand. Sepanjang jalur mudik selalu dipenuhi iklan maupun posko-posko yang dibuat oleh brand untuk promosi, termasuk bertempur di ranah digital.
#5 Mudik = Pamer Kesuksesan
Momen lebaran juga menjadi ajang pamer kesuksesan terutama bagi pemudik dari kota-kota besar. Rasanya tidak lengkap lebaran kalau belum pamer mobil baru, gadget baru, bahkan pasangan baru. Riset yang dilakukan Nielsen selama bulan Ramadan menemukan adanya peningkatan kepemilikan smartphone sebesar 7%. Rencana mereka untuk membeli smartphone di saat lebaran juga mengalami peningkatan 4 kali lipat. Selain itu, kepemilikan mobil meningkat 21% dan rencana untuk membeli mobil meningkat 3,5 kali lipat. Mobil baru dan gadget baru adalah simbol kesuksesan mereka.
#6 Mudik is Expensive… but It’s a Must
Mudik membutuhkan suntikan dana yang tidak sedikit: dana untuk transporatasi, oleh-oleh kerabat di kampung, angpau untuk keluarga, hingga ongkos untuk liburan dan kulineran selama mudik. Celakanya, harga-harga saat lebaran membumbung selangit. Tak heran jika gaji + THR pun seketika ludes… cuma “numpang lewat”. Tapi semua itu tak menjadi masalah, karena mudik adalah “kewajiban sosial” yang harus dijalankan. Begitu anggaran defisit, kalau perlu ngutang atau menggadaikan perhiasan.
#7 Mudik: Moving the Traffic Jam to Kampongs
Mudik telah memindahkan aktivitas masyarakat dari kota ke kantong-kantong mudik di kampung. Maka kota yang identik dengan kemacetan, selama lebaran akan sepi dari lalu-lalang kendaraan bermotor. Diprediksi lebaran tahun ini akan ada sekitar 1,4 juta mobil keluar dari Jakarta menuju kantong-kantong mudik di berbagai daerah. Di samping itu sekitar 6,3 juta pemudik menggunakan sepeda motor. Tak heran jika selama mudik kemacetan “diekspor” dari Jakarta ke kampung.
#8 Syawalan Digital
Keriuhan bermaafan saat lebaran juga merambah ranah digital. Kini bermaaf-maafan tak harus ketemu langsung, cukup melalui Whatsapp atau media sosial, terutama buat teman atau kerabat yang jauh. H-1 lebaran ponsel tak hentinya berdering dipenuhi ucapan lebaran di WA, Facebook atau Twitter.
#9 Zakat Zaman Now: “Fintech Attack”
Membayar zakat kini semakin techy. Baznas misalnya, tahun ini meluncurkan M-cash untuk memudahkan muslim zaman now membayar zakat. Basnaz juga menggandeng Go-Pay meluncurkan layanan pembayaran zakat non tunai dengan QR Code, TCash bersama Rumah Zakat menghadirkan fitur donasi digital. Sementara, OVO berkolaborasi dengan Dompet Dhuafa memberikan layanan aplikasi pembayaran zakat yang mudah, cepat, dan aman.
#10 Lebaran = Fashion War
Selain sebagai ajang pamer kesuksesan, lebaran adalah ajang pamer baju baru. Lebaran tanpa baju baru bagaikan sayur tanpa garam. Brand-brand fesyen besar seperti Uniqlo atau Zara selalu merilis pakaian edisi khusus lebaran. Tak hanya brand besar, yang level menengah bawah juga menunggangi tren baju lebaran memanfaatkan tren baju artis yang sedang populer seperti kaftan Raisa, abaya Syahrini, bahkan baju koko versi Black Panther.