yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Milenial Jaman Now: Penggerak Leisure Economy

by yuswohady November 18, 2017
November 18, 2017

Tulisan saya “Welcome Leisure Economy” sekitar dua minggu lalu viral luar biasa di medsos. Kenapa tulisan itu viral, menurut saya, karena banyak pembaca yang mengamini fenomena tersebut seraya bergumam: “ini gue banget”.

Artinya, tanpa disadari (unconsciously) mereka de facto telah merasakan bahwa leisure dan experience sudah menjadi bagian dari “kebutuhan pokok” mereka sehari-hari. Tak beda jauh dengan kebutuhan akan wifi atau Facebook.

Pertanyaan kemudian muncul, siapa sesungguhnya yang menjadi driver dari fenomena menggeliatnya leisure economy tersebut di Indonesia. Mesin penggerak bertumbuhnya leisure economy tak lain adalah para milenial jaman now (MJN).

Milenial Jaman Now Selfi 2

Experience Consumers
By-default, konsumen milenial adalah konsumen yang paling haus akan pengalaman (experience) dibanding generasi-generasi sebelumnya. Survei di seluruh dunia (Everbrite-Harris Poll, 2014) membuktikan bahwa milenial lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk pengalaman (experience) ketimbang barang (material goods).

Tulis Everbrite-Harris Poll: “For millennials, happiness isn’t as focused on possessions or career status. Living a meaningful, happy life is about creating, sharing and capturing memories earned through experiences.”

Karena itu saya menyebut generasi milenial sebagai e-generation atau experience generation.

Ada pergeseran arti kebahagiaan antara MJN dengan generasi-generasi sebelumnya (sebut saja: “Generasi Jaman Old”, GJO). Bagi MJN, kebahagiaan bukan ditentukan oleh kepemilikan akan rumah besar, mobil mewah, atau karir yang mentereng, tapi mendapatkan pengalaman dan membaginya (baca: “memamerkan”) ke teman-teman dan orang lain.

Jadi, kalau GJO pamer baju, sepatu, mobil, atau iPhone yang dimilikinya, maka kini MJN pamernya adalah: liburan di mana, nonton film apa, dine-out di mana, ndengerin musik apa, nongkrong di mana, atau jalan-jalan weekend di mal apa. Dan itu begitu mudah di-share melalui akun seperti Instagram atau Facebook.

Go Minimal: From Owning to Sharing
Walaupun masih di fase dini, kini mulai muncul pergeseran gaya hidup di kalangan MJN dari memiliki barang (owning) ke berbagi (sharing). Mereka berhemat dengan cara mengurangi konsumsi yang sifatnya memiliki barang dan mengalokasikan hasil penghematan tersebut untuk konsumsi yang berbasis pengalaman.

Contoh yang kini sudah terlihat adalah mengoleksi CD/DVD sudah tergantikan oleh koleksi musik/film melalui layanan digital seperti iTunes, Spotify, atau Netflix. MJN juga mulai memilih layanan Grab atau Gojek ketimbang mempunyai mobil atau motor sendiri. Ketimbang memiliki ruko sendiri untuk kantor, mereka mulai memanfaatkan kantor bersama (co-working space) yang tiga tahun terakhir menjamur di kota-kota utama tanah air.

Alasan mengadopsi sharing lifestyle di Indonesia agak berbeda dengan di negara-negara maju. Kalau di negara-negara maju pertimbangan utamanya adalah faktor-faktor seperti simplisitas atau kepedulian kepada lingkungan, di Indonesia alasan utamanya adalah keren. Karena sharing lifestyle itu memang keren dan bisa menjadi alat ekspresi diri.

Baca juga: Brand Disruption

Travelling More
Studi di berbagai negara mengonfirmasi bahwa MJN mengonsumsi liburan (travelling) lebih sedikit dibanding GJO (terutama Gen-X). Sebabnya tak lain, karena MJN saat ini (usia mereka 18-35 tahun) masih berada di masa awal-awal karir (first jobber).

Sehingga dari sisi kemampuan daya beli mereka untuk liburan masih rendah. Di sisi lain, mereka relatif tak punya cukup waktu untuk berlibur karena sebagian besar waktunya ditumpahkan untuk bekerja menggapai karir.

Tapi seperti dikatakan di depan, by-default MJN adalah experience customer yang haus liburan. Nielsen Millennial Travellers Study (2017) menyimpulkan: “In fact, they travel more than any other generation, and they’ll likely travel more as their incomes and financial standings grow.”

Sesungguhnya MJN adalah generasi yang paling besar berkeinginan untuk liburan. Karena itu, di tengah kendala daya beli dan keterbatasan waktu di atas, MJN semaksimal mungkin menyisihkan pendapatannya untuk liburan.

Nah, sekitar 5 tahun lagi saat mereka menduduki posisi penting di organisasi dan cukup punya pendapatan menganggur (discretional income) maka di situlah MJN akan massif berlibur dan betul-betul menjadi mesin penggerak leisure economy.

Dine-Out Revolution
Studi yang dilakukan oleh Nielsen di 11 kota di Indonesia menunjukkan bahwa MJN memiliki pengeluaran paling tinggi untuk makan di luar (dine-out) dibanding GJO.

Masih menurut survei Nielsen di 60 negara termasuk Indonesia (Global Generational Lifestyles Report 2016), antara tahun 2013-2016 porsi milenial yang dine-out setidaknya sekali seminggu mencapai dua kali lipat (58% vs 29%) jika dibandingkan dengan Generasi Baby Boomers.

Itu sebabnya di era leisure economy warung gaya hidup (seperti OTW atau Warung Upnormal), kedai kopi “third wave” (Tanamera atau One-Fifteenth), atau kafe tempat nongkrong berkonsep “third place” (resto di Citos) menjamur tak hanya di Jakarta atau Surabaya, tapi juga mulai merambah ke second cities, bahkan third cities.

MJN makan di luar rumah tak sekedar untuk menghilangkan lapar dan dahaga, tapi lebih karena alasan social dan experience. Yaitu untuk bercengkrama dengan anggota keluarga, bersosialisasi dengan teman, mendapatkan pengalaman dan membaginya melalui medsos.

Instagram Effect
MJN hidup di “dua alam” yaitu alam offline dan online. Celakanya, dengan adanya mobile (gadget) revolution, kini makin banyak mereka terperangkap di ranah online. Kalau di offline saya sebut pengalaman realitas; kalau di online pengalaman hiper-realitas. Kalau di offline apa adanya (authentic); kalau online penuh dengan pencitraan yang sarat kepalsuan (fake).

Melalui media seperti Instagram dan sejenisnya MJN menunjukkan sosok ideal yang mereka inginkan kepada para audiensnya. Mereka menunjukkan sosok ideal tersebut dengan cara memperlihatkan di mana mereka liburan, dengan siapa mereka bergaul, atau di mana mereka nongkrong dan dine-out.

Tak heran jika kita selintas mencermati foto-foto mereka di Instagram kita menemukan sosok-sosok yang selalu bahagia, penuh senyum-ceria, inspiratif, positif, sarat prestasi, seolah dunia ini tak punya masalah. Itulah dunia hiper-realitas. Apakah dunia realitasnya semengkilap itu? Sudah bisa ditebak, jauh lebih muram.

Inilah yang saya sebut Instagram Effect. Dengan adanya Instagram atau Facebook kini semua orang menjadi selebritas, mereka punya audiens yang siap dipameri (self-promotion) pengalaman dan gaya hidup mereka. Di tengah kerumunan audiens online itulah mereka eksis dan menemukan kebahagiaan palsu. Tak heran jika di era leisure economy salah satu “komoditi” yang paling bernilai adalah “Like”, “Comment” atau “Share”.

FOMO
Di era leisure economy kini mewabah fenomena yang disebut “fear of missing out” (FOMO), sebuah ketakutan di kalangan MJK jika mereka tidak ikut menikmati sebuah pengalaman. Takut jika tidak ikutan heboh nonton konser Ed Sheeran di Jakarta. Takut jika tidak bisa merasakan pengalaman berlibur di Raja Ampat. Atau bagi kids jaman now takut tidak bisa menikmati pengalaman nongkrong di Warung Upnormal.

Fenomena FOMO inilah yang menjadi sebab kenapa resto-resto kekinian yang experiential seperti OTW atau Warung Upnormal ramai minta ampun di awal-awal launching. Karena para MJN dihinggapi ketakutan jika teman-teman mereka sudah pernah makan dan nongkrong di resto-resto tersebut, sementara dia sendiri belum pernah. Mereka takut dibilang kurang gaul.

FOMO inilah yang menjadi katalisator menggeliatnya beragam industri yang berbasis experience mulai dari liburan, kafe-resto, hiburan, gadget, musik, film, perawatan kecantikan, hingga wellness.

Memasuki tahun 2018 tren kearah leisure economy semakin menemukan critical mass-nya, dimana apapun bentuk konsumsi oleh konsumen Indonesia selalu dikaitkan dengan experience dan leisure.

Ketika milenial jaman now sudah berubah sedemikian rupa menjadi experience consumers, secara mendasar pula strategi Anda harus diubah. Memasuki tahun 2018, apapun bisnisnya, Anda harus mengubah pola pikir bisnis dari “goods-mindset” ke “leisure-mindset”. Anda harus menyuntikkan experience ke dalam produk dan layanan Anda

Related posts:

  1. Welcome Leisure Economy
  2. Bonus Demografi, Neo-Milenial, dan #GenerasiPencipta
  3. Robot-Driven Economy
  4. Facebook dan Twitter Menjadi “Penggerak” Revolusi Politik
  5. Personal Branding Ala Milenial
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Menangkap Peluang Bisnis Keto
next post
Cultureless Organization

Baca Juga

Konsumen Indonesia Optimis

November 28, 2020

New Omni Marcomm

October 1, 2020

Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

September 4, 2020

Family Life in the Pandemic Era

September 4, 2020

THE NEW NORMAL 100

June 3, 2020

“Stay @ Home” Economy

March 25, 2020

Covid-19: The Birth of WFH

March 20, 2020

Perilaku Konsumen @ Covid-19

March 13, 2020

Marketing Outlook 2020 (3): The LEAP Strategies

January 3, 2020

Marketing Outlook 2019 (2): the FALL & the...

December 27, 2019

2 comments

Milenial Zaman Now | Sugibisnis's Blog November 1, 2018 - 6:09 am

[…] Saya juga merasa yakin, tidak cuma di Bandung, di kota-kota lain pun, tempat-tempat rekreasi dan cafe-cafe pasti dipadati oleh pengunjung dari generasi Milenial. Rupanya hal ini sudah menjadi salah satu ciri khas dan gaya hidup kaum Milenial, yang menurut Yuswohady (mas Iwo) – pakar Marketing dan Branding – disebut Experience Generation.  […]

Reply
Leisure Marketing – yuswohady.com October 26, 2019 - 1:59 pm

[…] Baca Juga: Milenial Jaman Now Penggerak Leisure Economy […]

Reply

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Corona: A Serial Killer

    February 26, 2021
  • Sharing Economy in the Pandemic

    February 19, 2021
  • Syariah Universal

    February 12, 2021
  • Stay @ Home Lifestyle

    February 7, 2021
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks

    December 27, 2020
  • Best Business Books 2020: My Picks

    December 24, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (3)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (2)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (1)

    December 14, 2020
  • 6 Forces of Change 2021

    December 13, 2020
  • Konsumen Indonesia Optimis

    November 28, 2020
  • Prospective Businesses for UKM

    October 14, 2020
  • UKM Outlook 2021

    October 11, 2020
  • New Omni Marcomm

    October 1, 2020
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

    September 4, 2020
  • Family Life in the Pandemic Era

    September 4, 2020
  • 5 Digital Consumer Megashifts

    August 26, 2020
  • 15 Banking Consumer Megashift

    August 10, 2020
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends

    July 26, 2020
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends

    July 24, 2020

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • Corona: A Serial Killer
  • Sharing Economy in the Pandemic
  • Syariah Universal
  • Stay @ Home Lifestyle
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks
  • Best Business Books 2020: My Picks
  • Industry Megashifts 2021 (3)
  • Industry Megashifts 2021 (2)
  • Industry Megashifts 2021 (1)
  • 6 Forces of Change 2021
  • Konsumen Indonesia Optimis
  • Prospective Businesses for UKM
  • UKM Outlook 2021
  • New Omni Marcomm
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi
  • Family Life in the Pandemic Era
  • 5 Digital Consumer Megashifts
  • 15 Banking Consumer Megashift
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top