yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
yuswohady.com

“Golden Year” Berwirausaha

by yuswohady September 17, 2017
September 17, 2017 24 views

Berapa umur terbaik untuk mulai berwirausaha? 20 tahun hingga menjelang usia 30 tahun. Itu setidaknya kalau kita melihat sosok sukses dari Steve Jobs (Apple) hingga Mark Zuckerberg (Facebook); dari Achmad Zacky (Bukalapak) hingga Nadiem Makarim (Go-Jek).

Entrepreneur di usia ini umunya memanfaatkan lahirnya industri baru seperti komputer (Jobs, Gates), jejaring sosial (Zuckerberg), toko online (Zacky), atau sharing platform (Nadiem). Banyak dari mereka merelakan sekolahnya nggak kelar, alias drop-out (Gates, Jobs, Zuckerberg) untuk mengejar peluang mengaga dari munculnya bisnis baru.

Ada juga sekumpulan entrepreneur yang memulai bisnis di usia 30-40 tahun. Mereka antara lain Michael Blomberg (Blomberg), Howard Schultz (Starbucks), hingga Martha Tilaar (MTG). Di kelompok ini mereka biasanya merintis bisnis di industri yang sudah mapan, dan cenderung minim inovasi.

Tapi tak sedikit pula entrepreneur hebat yang justru mulai merintis bisnisnya di usia senja. Sebut saja Colonel Sanders, KFC (62 tahun), Ray Kroc, McDonalds (52), atau Reid Hoffman, LinkedIn (43).

Start Your Business

Masa Belajar
So, kapan kita sebaiknya mulai berwirausaha?

As young as possible! Semakin muda, semakin baik. Karena semakin muda, akan semakin banyak waktu untuk bereksperimen; semakin punya nyali untuk menanggung berbagai risiko yang menghadang, dan semakin banyak kesempatan belajar dari kegagalan.

Barangkali nggak sampai 1% orang memulai bisnis langsung sukses. Lebih dari 99% entrepreneur jatuh-bangun di awal-awal memulai bisnis. Ada yang telak bangkrut, kapok, dan balik menjadi kayawan. Ada yang jatuh tapi bangun lagi dan getting stronger. Ada yang pindah-pindah jenis usaha sampai ketemu yang pas dan membawa hoki.

Masa belajar dan bereksperimen itu kira-kira 3-5 tahun. Itupun bukan jaminan, banyak juga yang 10 tahun lebih berbisnis tapi stuck nggak kunjung menuai sukses. Di tengah masa belajar itulah mental entrepreneurship ditempa. Beribu kegagalan, beribu pelajaran, dan beribu pengalaman pun didapat. Itulah modal terbesar seorang entrepreneur.

Dan ingat, pengalaman berwirausaha itu tidak bisa diperoleh melalui teori, jadi harus nyemplung langsung menjalankan bisnis riil. Bukan dengan kuliah yang diajar oleh dosen yang tak pernah berwirausaha; bukan dengan simulasi, bukan pula dengan case study seperti di sekolah bisnis.

Ada tiga alasan kenapa harus nyemplung berwirausaha sedini mungkin.

#1. Keberanian Berisiko
Ketika kita muda, apalagi belum berkeluarga, tak punya tanggungan anak, tak punya cicilan rumah di bank, maka kita akan lebih berani menanggung berbagai risiko saat merintis bisnis. Saat muda kita lebih berani menghadapi tantangan. Jiwa muda juga membuat kita tak banyak pertimbangan sehingga cepat mengambil keputusan. Semua ini prasarat penting memulai bisnis. Think fast, decide fast, take the risks fast.

#2. Energi Berlebih
Ketika muda, kita memiliki energi yang luar biasa. Saat memulai bisnis, kita bakal menghadapi cobaan tiada henti. Karena itu energi, motivasi, dan antusiasme yang meluap-luap dibutuhkan untuk menghadapi beragam hambatan bisnis yang bakal dihadapi saat merintis bisnis. The younger, the more energy, motivation, and enthusiasm.

#3. Kesempatan Gagal
Usia muda memungkinkan kita mendapatkan kesempatan untuk mengalami lebih banyak kegagalan. Dengan lebih banyak belajar dari kegagalan-kegagalan tersebut maka kemungkinan kesuksesan yang diraup juga akan lebih besar. Failed more, learn more, success more.

Golden Year
Kalau memang harus as young as possible, pertanyaannya kemudian, kapan tepatnya harus mulai nyemplung berwirausaha? Saat SMP/SMA atau semasa kuliah?

Bagi saya, membangun kewirausahaan itu mencakup dua hal: character dan competence. Membangun character menyangkut soft aspect yaitu membentuk nilai-nilai dan perilaku. Sementara competence menyangkut hard aspect yaitu mengembangkan keahlian mengelola bisnis.

Dalam konteks itu, membangun character anak untuk berwirausaha haruslah dimulai sejak SMP/SMA. Caranya, seperti saya katakan di atas, dengan nyemplung dan mengalami langsung berbisnis, bukan dengan teori atau simulasi. Kenapa? Karena character terbentuk melalui proses jatuh-bangun menghadapi persoalan bisnis riil.

Nah, seiring dengan meningkatnya kemampuan kognitif anak, pembentukkan competence diintensifkan pada saat mereka kuliah. Di situlah mereka mulai mengasah kemampuan mengelola bisnis riil, mulai dari: operasi, pemasaran, keuangan, SDM, dan sebagainya.

Pertanyaan terakhir, mana yang lebih penting membangun character atau competence berwirausaha? Bagi saya character lebih penting, karena character adalah fondasinya.

Itu sebabnya masa-masa pemembentukan character wirausaha saat SMP/SMA adalah masa-masa yang sangat kritikal dalam entrepreneurial journey seseorang. Saya menyebutnya masa-masa SMP/SMA adalah: the “golden year” of entrepreneurship.

Related posts:

  1. Creator Confidence
  2. 2013: The Creative Year
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Penulis buku Millennials KILL Everything (2019).

previous post
Facebook: Guru Menulis Terbaik di Dunia
next post
Brand Disruption

Baca Juga

2018: Tanpa Resolusi Akhir Tahun

December 31, 2018

Transformasi Mindset UKM

October 28, 2018

Bonus Demografi, Neo-Milenial, dan #GenerasiPencipta

November 4, 2017

Scaling-Up

August 19, 2017

Kenapa Sekolah Akan Terdisrupsi?

July 17, 2017

Beta Mentality

July 9, 2017

Kejatuhan Sevel dan “Innovation Fallacies”

July 1, 2017

“Quick Fails”

May 20, 2017

Why Startup Fails?

May 13, 2017

Entrepreneurial Skills for Kids

May 6, 2017

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Kenapa Nadiem, Risa Santoso, atau Putri Tanjung Harus Pegang Kendali?

    November 25, 2019
  • Di Banyuwangi, Setiap Lokasi Adalah Destinasi

    November 16, 2019
  • Millennials KILL Menikah

    November 9, 2019
  • Anti-Mainstream Marketing: Downloadable Ebook

    November 2, 2019
  • Every Business Is Crowd Business

    November 1, 2019

Kategori Artikel

  • #GenM (16)
  • beat the giant (70)
  • Behavioral Economics (3)
  • Bisnis Indonesia (2)
  • Blogging (6)
  • Blue Ocean Marketing (7)
  • Books (15)
  • Branding Strategy (49)
  • Business Review (2)
  • Chapters (11)
  • Consumer 3000 (107)
  • Consumer Insight (47)
  • Corporate Strategy (24)
  • Creativity (15)
  • Creator School (8)
  • CROWD Book (2)
  • CSR (5)
  • Digital (31)
  • Disruption (26)
  • entrepreneur 3000 (17)
  • EwMC2 (61)
  • Family Business (3)
  • Franchise (3)
  • giving leader (17)
  • Global Chaser (14)
  • Government Marketing (10)
  • Indonesia Brand Forum (17)
  • Internet Marketing (12)
  • Introduction (3)
  • Jazz (5)
  • Jurnal Nasional (9)
  • Komunitas Memberi (44)
  • Leadership in Marketing (31)
  • Leisure Economy (6)
  • Life Science for a Better Life (2)
  • Luar Biasa (5)
  • Marketing @ the Bottom of the Pyramid (1)
  • Marketing Plan (16)
  • Marketing to the Middle Class Moslem (18)
  • Media Indonesia (1)
  • Middle Class Moslem (12)
  • Millennial (17)
  • Millennials Kill Everything (17)
  • Mix (2)
  • Mobile Marketing (2)
  • My Books (17)
  • My Presentation (7)
  • My Seminar (1)
  • My Training (1)
  • New Advertising (3)
  • Political Marketing (19)
  • Product and Innovation (7)
  • Reader's Comments (3)
  • Sales (4)
  • Seasonal Marketing (6)
  • Service (3)
  • Sinar Harapan (1)
  • Sindo (112)
  • SmartBranding SmartFM (1)
  • social media (62)
  • Spiritual Marketing (4)
  • Sport Marketing (11)
  • SWA (4)
  • Tourism Marketing (26)
  • Twitter Marketing Is Love Marketing (13)
  • Uncategorized (7)
  • Warta Ekonomi (21)
  • What is E=wMC2 (1)
  • What is Womanology (9)
  • WOM Marketing (11)
  • Yuswohady Book Club (20)

Langganan Artikel via Email

Follow My Instagram

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2019 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top