yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
yuswohady.com

Scaling-Up

by yuswohady August 19, 2017
August 19, 2017 755 views

Scaling-up atau membesarkan bisnis setelah sebuah startup mencapai “product-market fit” adalah tantangan terbesar setiap startup dan entrepreneur yang membangunnya.

Asal tahu saja sekitar 74% startup di Silicon Valley gagal karena tak mampu membesarkan diri (premature scaling) alias layu sebelum berkembang. Walaupun tak ada angkanya, saya yakin di Indonesia angkanya lebih memprihatinkan di atas 90%.

Di Indonesia, sebagian besar UKM adalah “perusahan bonsai” karena sepanjang hayatnya kecil melulu nggak pernah kunjung membesar karean tak tahu dan tak mampu melakukan scaling-up. Celakanya, ada sebuah anggapan umum yang kini mulai muncul, bahwa menjadi startup dan UKM itu cool, keren. Perusahaan besar itu nggak keren.

Saya sendiri bilang, menjadi startup atau UKM itu memang cool, tapi kalau kelamaan menjadi UKM, terbonsai terus-terusan nggak kunjung membesar, itu namanya nggak cool lagi. Kebanggaan terbesar seorang entrepreneur UKM ya, kalau UKM yang dibangunnya ter-scaling-up menjadi perusahaan besar.

Komunitas-komunitas UKM yang tumbuh luar biasa di Tanah Air bisa dikatakan hebat hanya jika mereka bisa “meluluskan” UKM-UKM anggotanya ter-scaling-up” menjadi perusahaan besar. Bukannya sebaliknya, menjadi “museum” UKM-UKM bonsai yang stagnan, nggak kunjung membesar.

Apa rahasia suskes sebuah scaling-up? Ada dua prasarat dasar di tinjau dari sisi internal dan eksternal perusahaan. Pertama secara internal, bisnis yang kita bangun harus memiliki skala ekonomi (projected economies of scale). Kedua secara eksternal, ia harus memiliki pasar yang cukup besar (large addressable market) untuk tumbuh.

Scaling Up

Economies of Scale
Skala ekonomi terjadi jika biaya per-satuan (unit cost) turun jika output perusahaan bertambah besar. Bisnis yang mengalami hal ini disebut bisnis tersebut: scalable.

Contoh gampangnya adalah Toyota vs dokter. Bisnisnya Toyota adalah scalable kenapa? Karena ketika penjualan Toyota mencapai jutaan mobil tiap tahunnya maka ongkos untuk membuat sebuah mobil (cost per-unit) akan turun demikian dramatis.

Sementara untuk dokter, ongkos terbesar untuk memberikan layanan dokter adalah gaji si dokter sendiri. Celakanya, gaji dokter ini tak akan turun ketika pasiennya berkembang dari satu pasien menjadi katakanlah 1000 pasien. Itu artinya layanan dokter tidak scalable. Umumnya professional services seperti dokter, pengacara, konsultan, atau pembicara/motivator tidak scalable atau sulit di-scaling-up.

Pemain-pemain digital seperti Facebook, Amazon, Google, Uber, atau WhatsApp menikmati skala ekonomi yang luar biasa besar karena karakteristik layanan digital yang by-default memang scalable. Untuk membangun sebuah aplikasi digital seperti Facebook atau WhatsApp memang dibutuhkan investasi yang sangat besar. Namun, begitu aplikasi tersebut jadi, maka biaya pemakaian untuk seribu, sejuta, bahkan semiliar pengguna dibutuhkan biaya yang praktis nol.

Addressable Market
Faktor kedua adalah market size. Bisnis Anda tak akan bisa besar jika market size dari industri yang Anda masuki kecil. Karena itu agar bisa scaling-up, Anda harus memastikan bahwa total potensi market size yang bisa diambil (sering disebut Total Addressable Market, TAM) Anda harus sangat besar.

Terkait dengan kejelian melihat TAM ini kita harus banyak belajar dari para pemain disruptor seperti Uber, Airbnb, WhatsApp, Go-Jek, atau Tesla. Kita tahu perusahaan-perusahaan startup ini mampu scaling-up begitu cepat (sering disebut: “growth-hack companies”) dengan memanfaatkan TAM yang begitu besar.

Ambil contoh Uber. Untuk bisa scaling-up secara supe-cepat, Uber melihat pasarnya tak melulu existing market, yaitu pasar layanan taxi. Kalau pasar yang ditarget sebatas layanan taxi maka volumenya kecil, itupun harus berantem dengan incumbent operator taxi yang telah mapan. Namun kalau pasar yang ditarget Uber juga termasuk seluruh pemilik mobil (yang kemudian beralih ke Uber karena berbagai kemudahan dan affordability yang ditawarkan Uber) maka pasarnya akan sangat besar. Inilah yang disebut TAM.

Ambil contoh lain WhatsApp. TAM yang diambil WhatsApp adalah gabungan dari layanan SMS, voice, pengiriman dokumen, layanan komunikasi video, hingga payment. Go-Jek akhir-akhir ini juga meluaskan TAM-nya dengan masuk ke layanan payment dengan Go-pay. Itu sebabnya WhatsApp dan Go-Jek mampu melakukan scaling-up yang sangat cepat karena memang potensi market size yang diambilnya sangat besar.

Raksasa digital seperti Facebook, Google, Amazon Uber, Go-Jek atau WhatsApp awalnya adalah UKM. Dengan kemampuan scaling-up yang luar biasa mereka bertumbuh menjadi raksasa dalam waktu yang singkat. Kalau Anda adalah pelaku bisnis UKM, setelah membaca kolom ini harusnya Anda mulai “malu” kalau terus-menerus mendapat julukan pebsinis UKM.

Seperti halnya raksasa-raksa digital tersebut, Anda harus mulai bisa bilang: “goodby UKM”.
Caranya: lakukan scaling-up.

Related posts:

  1. Beta Mentality
1
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Penulis buku Millennials KILL Everything (2019).

previous post
Brand Merah Putih
next post
Balita Mindset

Baca Juga

Nadiem dan Disrupsi Pendidikan Kita

October 25, 2019

2019: Menjinakkan Dua Disrupsi

December 31, 2018

2018: Tanpa Resolusi Akhir Tahun

December 31, 2018

Marketing Outlook 2019: “Menyalip di Kenormalan Baru”

December 9, 2018

Welcome the New Normal

December 1, 2018

Why Millennials Love Fintech?

November 10, 2018

Transformasi Mindset UKM

October 28, 2018

Ketidaktahuan

July 29, 2018

Tantangan Revolusi Industri 4.0

April 29, 2018

Surveillance Economy

April 21, 2018

5 comments

anas August 20, 2017 - 8:30 pm

Kalo melihat paparan di atas sepertinya sebagian besar UKM memang harus jadi UKM seumur kecuali mampu merubah diri mindsetnya menjadi Scaling-up mindset

Reply
Erick Paramata August 20, 2017 - 11:29 pm

Wah iya, saya melihatnya gitu juga. Ada banyak teman, tetangga saya yang punya UKM. Kalo dilihat penjualan mereka bagus, cuma kok gitu-gitu aja tiap tahun… Entah mungkin mereka gak niat untuk berkembang karena sudah nyaman di posisi segitu atau emang mereka mikirnya nunggu modal besar aja baru mikir untuk scale.

Reply
MRamdhoni August 21, 2017 - 10:11 am

Sepertinya memang banyak startup di Indonesia yang layu sebelum berkembang (premature scale) yang disebabkan karena rata2 dari mereka mencoba untuk scaling padahal belum mencapai Product Market Fit. Saya setuju jika setiap membangun UKM atau startup harus memperhatikan market size dan TAM.

Reply
Scaling-Up Warunk Upnormal — yuswohady.com October 22, 2017 - 12:19 am

[…] Baca juga: Scaling-Up […]

Reply
Agus September 2, 2019 - 5:17 am

Teori..

Reply

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Kenapa Nadiem, Risa Santoso, atau Putri Tanjung Harus Pegang Kendali?

    November 25, 2019
  • Di Banyuwangi, Setiap Lokasi Adalah Destinasi

    November 16, 2019
  • Millennials KILL Menikah

    November 9, 2019
  • Anti-Mainstream Marketing: Downloadable Ebook

    November 2, 2019
  • Every Business Is Crowd Business

    November 1, 2019

Kategori Artikel

  • #GenM (16)
  • beat the giant (70)
  • Behavioral Economics (3)
  • Bisnis Indonesia (2)
  • Blogging (6)
  • Blue Ocean Marketing (7)
  • Books (15)
  • Branding Strategy (49)
  • Business Review (2)
  • Chapters (11)
  • Consumer 3000 (107)
  • Consumer Insight (47)
  • Corporate Strategy (24)
  • Creativity (15)
  • Creator School (8)
  • CROWD Book (2)
  • CSR (5)
  • Digital (31)
  • Disruption (26)
  • entrepreneur 3000 (17)
  • EwMC2 (61)
  • Family Business (3)
  • Franchise (3)
  • giving leader (17)
  • Global Chaser (14)
  • Government Marketing (10)
  • Indonesia Brand Forum (17)
  • Internet Marketing (12)
  • Introduction (3)
  • Jazz (5)
  • Jurnal Nasional (9)
  • Komunitas Memberi (44)
  • Leadership in Marketing (31)
  • Leisure Economy (6)
  • Life Science for a Better Life (2)
  • Luar Biasa (5)
  • Marketing @ the Bottom of the Pyramid (1)
  • Marketing Plan (16)
  • Marketing to the Middle Class Moslem (18)
  • Media Indonesia (1)
  • Middle Class Moslem (12)
  • Millennial (17)
  • Millennials Kill Everything (17)
  • Mix (2)
  • Mobile Marketing (2)
  • My Books (17)
  • My Presentation (7)
  • My Seminar (1)
  • My Training (1)
  • New Advertising (3)
  • Political Marketing (19)
  • Product and Innovation (7)
  • Reader's Comments (3)
  • Sales (4)
  • Seasonal Marketing (6)
  • Service (3)
  • Sinar Harapan (1)
  • Sindo (112)
  • SmartBranding SmartFM (1)
  • social media (62)
  • Spiritual Marketing (4)
  • Sport Marketing (11)
  • SWA (4)
  • Tourism Marketing (26)
  • Twitter Marketing Is Love Marketing (13)
  • Uncategorized (7)
  • Warta Ekonomi (21)
  • What is E=wMC2 (1)
  • What is Womanology (9)
  • WOM Marketing (11)
  • Yuswohady Book Club (20)

Langganan Artikel via Email

Follow My Instagram

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2019 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top