• Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Robot-Driven Economy

by yuswohady March 18, 2017
March 18, 2017

15 Februari 2011 adalah hari yang bersejarah bagi peradaban umat manusia. Hari itu untuk pertama kalinya komputer pintar Watson milik IBM mengalahkan manusia dalam adu kepintaran di acara kuis televisi Jeopardy. Watson mengalahkan Ken Jennings dan Brad Rutter yang merupakan pemegang rekor nilai tertinggi dalam sejarah kuis Jeopardy.

Kemenangan ini bersejarah karena pertanyaan yang diajukan di dalam ajang ini bersifat pertanyaan terbuka (open-ended question) dimana untuk memenangkannya komputer Watson harus “memiliki” pengetahuan umum dalam berbagai bidang yang praktis tak terbatas mulai dari sains, sejarah, film, sastra, geografi, hingga gosip selebritis. Dalam kuis ini si penanya memberikan clue tertentu yang akan membantu peserta dalam menemukan jawaban.

Memang 7 tahun sebelumnya IBM pernah menciptakan komputer serupa, Deep Blue, yang berhasil mengalahkan Garry Kasparov juara dunia catur kala itu. Tapi kemampuan Deep Blue dan Watson sama sekali berbeda. Kenapa? Karena permainan catur memiliki aturan main tertentu yang bisa dipetakan polanya oleh komputer dengan menggunakan pemrograman tertentu. Sementara pertanyaan yang diajukan ke Watson di acara Jeopardy bersifat terbuka tanpa ada pola apapun.

Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, pertama-tama komputer Watson harus bisa “memahami” pertanyaan dari si penanya kuis yang diajukan dengan menggunakan bahasa verbal (natural language). Setelah memahami, seperti layaknya manusia, Watson harus bisa menemukan jawaban atas pertanyaan yang bersifat acak tersebut dalam ukuran detik.

Untuk melakukannya, Watson memasukkan tak kurang dari 200 juta halaman informasi (mencakup antara lain: semua kamus dan buku referensi, seluruh literatur, arsip seluruh surat kabar, seluruh isi website, hingga seluruh isi Wikipedia) ke dalam sistem memorinya. Watson juga memasukkan 180 ribu clue yang pernah diberikan si penanya di episode-episode Jeopardy sebelumnya. Seluruh informasi itu yang digunakan oleh sistem machine learning Watson untuk “menebak” jawaban dengan menggunakan teknik statistik yang super rumit.

IBM Watson Jeopardy

Revolusi Algoritma
Kemenangan Watson atas manusia di kuis Jeopardy menandai sebuah era supremasi robot atas manusia: robot yang digerakkan oleh algoritma. Algoritma pula yang menjadi jantung dari produk/layanan terobosan seperti autonomous car (self-driving car), 3D printing (distributed fabrication), drone delivery service, atau otomasi ritel seperti layanan Amazon Go. Seluruh terobosan ini membawa konsekuensi menyedihkan berupa pengambilalihan pekerjaan manusia secara massif: kita bakal tak butuh lagi sopir, kurir, buruh pabrik, atau petugas kasir. “Welcome to the jobless world”.

Kini IBM menggunakan kepintaran Watson untuk diterapkan di bidang-bidang lain seperti kesehatan, telekomunikasi, pemerintahan, keuangan, customer services, hingga riset kanker. Di bidang kesehatan misalnya, Watson mampu sepenuhnya menggantikan peran dokter baik untuk diagnosis maupun penanganan pasien. Ia bisa mengumpulkan seluruh rekam medis pasien dan berdasarkan data itu ia bisa melakukan diagnosis dan menangani pasien dengan performa yang tak kalah dengan dokter manusia.

Kalau fungsi dokter bisa digantikan, maka tinggal tunggu waktu Watson pun bisa menggantikan segudang profesi lain mulai dari konsultan, pengacara, peneliti, analis pasar modal, analis pajak, analis BMG (ramalan cuaca), apoteker, penerjemah, petugas call center, hingga wartawan. Asumsi bahwa robot hanya bisa menggantikan pekerjaan-pekerjaan manusia yang berpola dan bersifat repetitif kini telah tumbang. Jadi tak hanya pekerjaan buruh pabrik mobil yang tergantikan, pekerjaan riset seorang PhD pun bisa diambil alih oleh robot.

Seperti diperlihatkan Watson, robot pun kini bisa menggantikan pekerjaan-pekerjaan kognitif yang tak berpola berdasarkan masukan yang diperoleh dari bahasa verbal. Algoritma dari machine learning Watson memungkinkannya membuat “programnya sendiri” berdasarkan korelasi statistik yang ditemukannya. Filter spam surel kita, sistem rekomendasi buku di Amazon, atau mesin penerjemah Google menggunakan prinsip algoritma yang sama.

Watson adalah komputer kognitif pertama yang menggabungkan kemampuan machine learning dengan artificial intelligence. Biaya membikin Watson untuk hardware-nya saja kini sekitar $3 juta, sangat mahal. Tapi dengan kekuatan Moore’s Law (kinerja komputasi meningkat eksponensial, ukuran mengecil) dalam waktu yang tak lama mesin seperti Watson bisa kita beli seharga dan seukuran iPhone 7. Coba bayangkan jika setiap rumah tangga punya mesin semacam Watson. “Algorithm will eat the world!”

Jobless Economy
Pertanyaannya, bagaimana dampak robot seperti Watson bagi perekonomian secara keseluruhan? Dengan adanya robot-robot “pencipta nilai” seperti Watson maka tentu saja produktivitas (output dibagi input) akan naik siknifikan. Akibatnya output dan pertumbuhan ekonomi juga akan naik berlipat-lipat. Namun celakanya, produktivitas dan pertumbuhan itu bukan dinikmati oleh tenaga kerja (labor) karena dengan adanya robot, tenaga kerja yang diperlukan justru kian mengecil atau bahkan hilang.

Lalu buah produktivitas/pertumbuhan itu jatuh ke tangan siapa? Tak lain jatuh ke tangan pemilik bisnis (business owner) dan pemilik modal (investor) yang memanfaatkan robot-robot di atas. Itu artinya, di dalam ekonomi yang didorong oleh robot (robot-driven economy) meningkatnya produktivitas dan pertumbuhan bukannya diikuti kenaikan gaji tenaga kerja. Justru sebaliknya, gaji mereka cenderung stagnan, turun, bahkan hilang sama sekali.

Conventional wisdom yang selama ini dipegang ekonom adalah bahwa teknologi merupakan alat bantu untuk meningkatkan produktivitas (dan gaji) tenaga kerja kini tak berlaku lagi. Di dalam perekonomian negara maju seperti Amerika Serikat rupanya kecenderungan ini sudah terjadi dimana sejak pertengahan tahun 1970-an produktivitas yang naik tajam rupanya tidak serta-merta diikuti naiknya tingkat gaji. Tingkat gaji tenaga kerja/karyawan cenderung stagnan.

Tom Ford, dalam buku mutakhirnya Rise of the Robots: Technology and the Threat of a Jobless Future (2015), secara pas memberikan gambaran suram dari robot-driven economy ini. Menurutnya, supremasi robot atas manusia menghasilkan prospek ekonomi yang suram dalam jangka panjang.

Beberapa potret suram itu antara lain: Gaji tenaga kerja bakal stagnan menyebabkan pendapatan dan kemampuan daya beli mereka terus merosot. Penciptaan lapangan kerja menurun, pengangguran meningkat, dan partisipasi tenaga kerja merosot secara sistematis. Secara khusus tingkat pengangguran di kalangan kaum berpendidikan tinggi karena tergantikan oleh robot. Dan jangan lupa, kesenjangan antara si kaya dan si miskin kian melebar karena dengan adanya robot, pemilik modal (si kaya) menikmati hasil berlipat-lipat sementara pekerja (si miskin) tak kebagian apa-apa.

Welcome to the robot-driven economy.
Welcome to the jobless economy.

Related posts:

  1. Supernova-Driven Company
  2. Sharing Economy dan Koperasi
  3. Core Economy-nya Jokowi
0 FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Raja Salman dan Pariwisata
next post
Transformasi Digital

Baca Juga

Triple Disruptions Mengancam BUMN

June 6, 2021

“Kawin & Caplok”

June 4, 2021

Angry Customers

May 30, 2021

Gimana Agar Tech Giants Tidak Menjadi Predator?

May 26, 2021

The Fall of Asset-Heavy Company

May 26, 2021

The Fall of Clubhouse

May 23, 2021

GoTo & Mimpi Buruk Startup

May 20, 2021

The Fall of Branch

May 20, 2021

Ecosystem Synergy

May 19, 2021

GoTo: “Winner Takes All”

May 18, 2021

Leave a Comment

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • KENAPA REPUBLIKA CETAK HARUS TUTUP?

    January 30, 2023
  • MAL SEPI BAK KUBURAN

    January 30, 2023
  • KENAPA TIKTOK LEBIH POWERFUL DARI INSTAGRAM?

    January 30, 2023
  • FOMO (Fear Of Missing Out) Memicu EFEK DOMINO Menyebarkan Foto BOM BUNUH DIRI

    January 30, 2023
  • FOMO MOBIL LISTRIK

    January 30, 2023
  • Otentisitas bisa Menjadi Alat Diferensiasi Bisnis

    January 30, 2023
  • SLOGAN BARU JAKARTA

    January 19, 2023
  • RELIABILITY SPBU PERTAMINA

    January 19, 2023
  • MENDADAK TENIS ” FOMO Marketing Matters “

    December 5, 2022
  • PAMALI MARKETING PLAN 2023 PESIMIS

    December 5, 2022
  • 2023 TAHUN TERANG The Power of Self-Fulfilling Prophecy

    December 5, 2022
  • AKANKAH STARTUP BUBBLE PECAH?

    December 5, 2022
  • HABIS TERANG TERBITLAH GELAP FOMO matters.

    December 5, 2022
  • PHK META “Pelajaran Berharga”

    December 5, 2022
  • BAGAIMANA KONSUMEN PINDAH KE LAIN HATI?

    November 29, 2022
  • BIROKRASI MELAYANI BUKAN MENYULITKAN

    November 29, 2022
  • BLUNDER BAIM WONG Brand Harus Punya “Netizen Sensitivity”

    November 29, 2022
  • BRAND REPOSITIONING POLRI

    November 29, 2022
  • MENYIKAPI BRAND TERRORIST “Pelajaran dari Esteh Indonesia”

    November 29, 2022
  • FOMO MARKETING HYUNDAI IONIQ 5

    November 29, 2022

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • KENAPA REPUBLIKA CETAK HARUS TUTUP?
  • MAL SEPI BAK KUBURAN
  • KENAPA TIKTOK LEBIH POWERFUL DARI INSTAGRAM?
  • FOMO (Fear Of Missing Out) Memicu EFEK DOMINO Menyebarkan Foto BOM BUNUH DIRI
  • FOMO MOBIL LISTRIK
  • Otentisitas bisa Menjadi Alat Diferensiasi Bisnis
  • SLOGAN BARU JAKARTA
  • RELIABILITY SPBU PERTAMINA
  • MENDADAK TENIS ” FOMO Marketing Matters “
  • PAMALI MARKETING PLAN 2023 PESIMIS
  • 2023 TAHUN TERANG The Power of Self-Fulfilling Prophecy
  • AKANKAH STARTUP BUBBLE PECAH?
  • HABIS TERANG TERBITLAH GELAP FOMO matters.
  • PHK META “Pelajaran Berharga”
  • BAGAIMANA KONSUMEN PINDAH KE LAIN HATI?
  • BIROKRASI MELAYANI BUKAN MENYULITKAN
  • BLUNDER BAIM WONG Brand Harus Punya “Netizen Sensitivity”
  • BRAND REPOSITIONING POLRI
  • MENYIKAPI BRAND TERRORIST “Pelajaran dari Esteh Indonesia”
  • FOMO MARKETING HYUNDAI IONIQ 5
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top
yuswohady.com
  • Home
  • Biography