yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

DISRUPT!

by yuswohady June 4, 2016
June 4, 2016

The age of disruption. Itu barangkali ungkapan paling pas untuk menggambarkan masa yang kita alami saat ini.

Kodak yang perkasa ratusan tahun luluh-lantak oleh “mainan anak-anak” bernama Instagram. Operator telko yang menggurita begitu mudah “ditelikung” oleh layanan startup OTT (over the top) seperti WA atau Skype. Legenda-legenda hotel seperti Hyatt atau Hilton begitu mudah ditaklukkan oleh platform berbagi seperti AirBnB.

Korporasi-korporasi incumbent di seluruh dunia kini sedang berdebar-debar menghadapi kenyataan pahit didisrupsi oleh startup serumur jagung yang bergentayangan layaknya malaikat pencabut nyawa.

Nah, saya punya kasus menarik mengenai kasus dirupsi di industri agensi komunikasi (sering juga disebut biro iklan atau agensi periklanan) yang terjadi selama sepuluh tahun terakhir di tanah air. Kasus itu saya tuliskan dalam buku saya terbaru berjudul DISRUPT! “Gonjang Industri Komunikasi dan Strategi Memenangkannya” (Gramedia, 2016).

Buku itu ditulis bersama Pak Adji Watono dan Maya Watono, pemilik Dwi Sapta Group, salah satu agensi komunikasi yang sukses melewati disrupsi di atas.

Disrupt Book Cover

Pesta Telah Usai
Kita tahu bersama, selama 10 tahun terakhir banyak agensi periklanan di tanah air rontok oleh adanya disrupsi. Selalu saja, disrupsi menciptakan struktur industri yang baru. Disrupsi membentuk peta persaingan baru. Dan jangan lupa, disrupsi juga menghasilkan pemain-pemain baru: baik the winners maupun the losers.

Masa jaya agensi komunikasi dengan fee mencapai 17% telah lewat. Komoditisasi dan fragmentasi yang menerpa industri ini memicu perang harga yang memangkas agency fee ke titik terendah mendekati nol. Pesta telah usai.

Disrupsi itu menghasilkan new normal dimana agensi-agensi multinasional mendominasi pasar dengan otot finansial praktis tanpa batas. Sebaliknya agensi lokal megap-megap, menjadi agensi liliput, bahkan banyak yang musnah ditelan bumi. Di industri ini pemain lokal sudah tak lagi menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Revolusi digital memperparah lanskap media dengan terciptanya kanal-kanal baru berbasis digital baik paid, owned, ataupun earned media. Pola interaksinya pun bergeser dari komunikasi satu arah (one-way) ke dua arah (two-way); dari broadcasting ke engagement; dan dari “one to many” ke “many to many”.

Teknologi digital juga memicu demokratisasi media dimana pemilik merek bisa memiliki medianya sendiri. “Now Every company is a media company,” ujar Tom Foremski seorang guru media. Setiap perusahaan kini bisa memiliki media, mencipta (create), dan mengurasi (curate) konten sendiri untuk para audiensnya.

Tak heran jika kini kanal-kanal digital mulai meramaikan kancah persaingan dan mulai mengambil kue pasar media. Tapi sekali lagi, dominasi pemain global terutama Google dan Facebook tak mungkin bisa dibendung.

Memang TV masih tetap perkasa dengan penetrasi lebih dari 90%, namun dengan tren pertumbuhannya yang luar biasa semua pemain mengakui bahwa masa depan komunikasi pemasaran di tangan media digital. It’s a matter of time.

Wake-up Call
Celakanya, disrupsi 10 tahun terakhir itu rupanya baru pemanasan. Karena kini pakar dan pemain sudah samar-samar melihat datangnya disrupsi jilid dua. Yang paling menohok adalah peringatan Sir Martin Sorrell, CEO WPP, yang mengatakan: “We’re not in the advertising business anymore.”

Pernyataan itu seperti sambaran petir karena diucapkan oleh CEO agensi periklanan terbesar di dunia saat ini. Ungkapan itu adalah cermin bahwa industri periklanan kebingungan menjawab pertanyaan dasar: “What the business are we in?”

Ucapan Sorrell adalah wake-up call bagi setiap insan periklanan. Komoditisasi/fragmentasi yang memicu price war, otomasi (melalui programatic buying) yang menggusur peran agensi sebagai middleman, dan lahirnya platform “many-to-many” yang menciptakan horisontality, mengubah wajah industri ini ke depan.

Nyawa agensi komunikasi bukan lagi kreativitas seperti yang kita temukan pada agensi periklanan tradisional. Nyawa agensi komunikasi ditentukan oleh data dan teknologi. Itu sebabnya pemain di industri ini lebih takut bersaing dengan Google atau Facebook ketimbang bersaing dengan sesama mereka.

Dunia komunikasi pemasaran akan bergeser dari “creative-driven communications” menuju “data-driven communications”. Dan agensi komunikasi akan bergeser dari “creative-driven agency” menjadi “data-driven agency” atau “technology-driven agency”. Wow!!!

Kepada siapapun yang berkiprah di industri ini, saya hanya bisa mengucapkan: welcome to the journey of disruption.

Related posts:

  1. Digital Vision
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
BRI dan Branding Satelit
next post
Dengan Digital, Mengubah Dunia

Baca Juga

New Omni Marcomm

October 1, 2020

Merek Berbahasa Indonesia

October 11, 2019

The Coming of the Asian Age

March 26, 2019

Brand Merah Putih

August 12, 2017

Core Economy-nya Jokowi

September 10, 2016

Transformasi Branding BRI

July 3, 2016

Disrupt Yourself or Someone Else Will

June 11, 2016

Digital Vision

May 21, 2016

“Nothing to Lose”

April 27, 2016

The Second Generation Challenges #IBF2016

April 9, 2016

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks

    December 27, 2020
  • Best Business Books 2020: My Picks

    December 24, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (3)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (2)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (1)

    December 14, 2020
  • 6 Forces of Change 2021

    December 13, 2020
  • Konsumen Indonesia Optimis

    November 28, 2020
  • Prospective Businesses for UKM

    October 14, 2020
  • UKM Outlook 2021

    October 11, 2020
  • New Omni Marcomm

    October 1, 2020
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

    September 4, 2020
  • Family Life in the Pandemic Era

    September 4, 2020
  • 5 Digital Consumer Megashifts

    August 26, 2020
  • 15 Banking Consumer Megashift

    August 10, 2020
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends

    July 26, 2020
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends

    July 24, 2020
  • 25 Retail Megashifts

    July 18, 2020
  • New Marcomm Paradigm

    July 18, 2020
  • #IBF2020: The Inside Story

    July 9, 2020
  • #IBF2020 – ReBound, ReBoot, ReBorn

    June 27, 2020

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks
  • Best Business Books 2020: My Picks
  • Industry Megashifts 2021 (3)
  • Industry Megashifts 2021 (2)
  • Industry Megashifts 2021 (1)
  • 6 Forces of Change 2021
  • Konsumen Indonesia Optimis
  • Prospective Businesses for UKM
  • UKM Outlook 2021
  • New Omni Marcomm
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi
  • Family Life in the Pandemic Era
  • 5 Digital Consumer Megashifts
  • 15 Banking Consumer Megashift
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends
  • 25 Retail Megashifts
  • New Marcomm Paradigm
  • #IBF2020: The Inside Story
  • #IBF2020 – ReBound, ReBoot, ReBorn
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top