yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Village Biopreneur

by yuswohady October 10, 2015
October 10, 2015

Beberapa minggu lalu saya bertemu dengan teman-teman dari Divisi CSR (Corporate Social Responsibility) Bank BCA, di bawah payung Program Bakti BCA dan para aktivis komunitas. Ada mas Sapto Rachmadi Kepala Divisi CSR BCA, mas @kemalgani, @handokoH, @dididiarsa, @hastjarjobw, @eritasantosa, dan lain-lain. Kita ngobrol santai mengenai program pemberdayaan desa untuk menjadikan desa sebagai pusat kegiatan ekonomi yang menarik sehingga warganya tidak kepincut pindah ke kota.

Kebetulan sejak beberapa tahun terakhir Divisi CSR BCA melakukan pendampingan di desa wisata Goa Pindul Gunung Kidul sehingga menjadi kasus menarik untuk kita obrolkan. Goa Pindul merupakan magnet bagi wisatawan karena goa ini memiliki dasar berupa sungai dan mengandung stalagtit terbesar keempat di dunia. Ekonomi desa ini bergairah sejak beberapa tahun terakhir karena pengembangan paket wisata susur gua (cavetubing) yang dikembangkan oleh warga desa. BCA mendampingi para entrepreneur desa untuk mengembangkan usaha operator cavetubing.

Entrepreneur Desa
Dalam diskusi tersebut kami mencapai kesimpulan bulat bahwa kunci keberhasilan pemberdayaan desa adalah peran aktif entrepreneur desa yang menjadi driver aktivitas ekonomi produktif di desa. Mereka memainkan peran sebagai leader yang menggerakkan masyarakat desa untuk mengembangkan aktivitas ekonomi mandiri di desa. “Kuncinya adalah SDM yang menjadi penggerak di desa,” ujar mas Sapto Rachmadi.

Banyak program CSR perusahaan besar lupa hal ini. Kebanyakan program mereka hanya memberikan bantuan modal, peralatan, infrastruktur, pelatihan, atau pendampingan tanpa memikirkan bagaimana keberlanjutannya. Setelah modal, peralatan, infrastruktur diadakan dan setelah pelatihan/pendampingan diberikan, umumnya kegiatan ekonomi produktif di desa berlangsung sebentar untuk kemudian lenyap dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.

Sebabnya itu tadi, tidak ada leader yang menggerakkan masyarakat desa untuk melakukan aktivitas ekonomi produktif. Program CSR perusahaan harusnya tak hanya sebatas menyediakan modal, peralatan, dan pelatihan. Tapi justru yang terpenting “menanam” entrepreneur yang berasal dari penduduk desa setempat dan berfungsi sebagai driver bagi penduduk desa untuk mengembangkan ekonomi produktif. Jadi village entrepreneurship adalah jantung dari segala upaya pemberdayaan ekonomi desa.

Biopreneur
Minggu depan, tepatnya Kamis 15 Oktober, saya dan Pak Iskandar, Dirut Bio Farma berencana meluncurkan sebuah buku berjudul Life Science for a Better Life. Salah satu poin penting yang kami majukan dalam buku tersebut adalah perlunya Indonesia “go to basic” untuk mengolah sumberdaya hayati menjadi bioproduk, bioindustri, dan bioekonomi. Kenapa begitu? Karena kita memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa baik tanah, tumbuhan, maupun hewan.

Kami katakan di dalam buku tersebut, Indonesia akan menjadi negara besar bukan karena industri otomotif, kimia, informatika, atau dirgantara, tapi industri berbasis hayati seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, hingga energi terbarukan. Nah, selaras dengan kesimpulan diskusi di atas, pemain sentral di balik ide bioproduk, bioindustri, dan bioekonomi itu adalah para entrepreneur yang bergerak di sektor-sektor hayati. Istilah saya adalah biopreneur. Para biopreneur inilah yang nantinya mengubah kekayaan keanekaragaman hayati kita menjadi bioproduk yang memiliki daya saing kokoh di pasar lokal maupun global.

Cover Final

Harus diingat kita punya kekayaan hayati yang luar biasa. Bicara ternak, kita punya sapi Pasundan, sapi Bali, kambing Gembrong, atau domba Garut. Bicara buah kita punya manggis, durian, hingga salak pondoh. Bicara kopi, kita punya kopi Gayo, Toraja, Mandailing, Kintamani, atau kopi Wamena. Kalau kekayaan hayati itu bisa disulap menjadi produk bernilai tinggi oleh para biopreneurs, maka Indonesia akan menjadi raksasa bioproduk yang kokoh di pasar global.

Dengan punya keunggulan bioproduk maka, pertama, kita tak perlu lagi tergantung pada impor daging sapi, beras, kedelai, cabe, buah, atau garam. Kedua, bahkan kita bisa mengekspor bioproduk unggul mulai dari sapi, domba, beras, kedelai, kopi, atau buah ke pasar regional dan global. Bioproduk harusnya menjadi senjata ampuh untuk menarik devisa sekaligus memperkokoh benteng rupiah melawan mata uang kuat dunia.

Pemerataan + Kemandirian
Akan menjadi sangat indah, jika para biopreneur itu adanya di desa bukan di kota. Para biopreneur desa (yang umumnya adalah anggota kelompok-kelompok tani) bisa mengembangkan bioproduk yang menjadi potensi masing-masing desanya. Kalau ini bisa dilaksanakan secara massif di seluruh penjuru tanah air maka akan begitu banyak desa yang menghasilkan produk-produk unggulan yang memiliki daya saing kokoh di pasar. Kalau sudah begitu harusnya ide “One Village, One Bioproduct” bisa dikembangkan di Indonesia.

Ketika masyarakat bawah seperti petani, nelayan, atau peternak bisa mengembangkan produk unggulan desa, maka ini akan menjadi jembatan terwujudnya pemerataan pembangunan. Artinya, manfaat dari pengembangan bioproduk, bioindustri dan bioekonomi di Indonesia tak hanya dirasakan oleh pelaku ekonomi besar tapi juga menengah dan kecil. Saya justru melihat, kekuatan ekonomi Indonesia nantinya justru ditopang oleh kekuatan para biopreneurs di tingkat desa yang jumlahnya sangat besar. Ketika hal ini terwujud saya yakin Indonesia betul-betul akan menjadi negara besar yang mandiri dan disegani di dunia.

 

Book Discussion & Launch:

Kamis, 15 Oktober 2015, 08.39 – 12.00 wib, @ Kembang Goela, Jl. Sudirman Kav. 50, Jakarta. Pembicara: Iskandar, Prof. Dr. Bambang Purwantara (IPB), RM Karliansyah (KLH), Yuswohady (Moderator).

 

Related posts:

  1. Diskusi Buku “Life Science for a Better Life”
  2. Life Science for Indonesia
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Diskusi Buku “Life Science for a Better Life”
next post
Near Win

Baca Juga

Merek Berbahasa Indonesia

October 11, 2019

The Coming of the Asian Age

March 26, 2019

2018: Tanpa Resolusi Akhir Tahun

December 31, 2018

Transformasi Mindset UKM

October 28, 2018

“Golden Year” Berwirausaha

September 17, 2017

Scaling-Up

August 19, 2017

Brand Merah Putih

August 12, 2017

Kenapa Sekolah Akan Terdisrupsi?

July 17, 2017

Beta Mentality

July 9, 2017

Why Startup Fails?

May 13, 2017

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks

    December 27, 2020
  • Best Business Books 2020: My Picks

    December 24, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (3)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (2)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (1)

    December 14, 2020
  • 6 Forces of Change 2021

    December 13, 2020
  • Konsumen Indonesia Optimis

    November 28, 2020
  • Prospective Businesses for UKM

    October 14, 2020
  • UKM Outlook 2021

    October 11, 2020
  • New Omni Marcomm

    October 1, 2020
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

    September 4, 2020
  • Family Life in the Pandemic Era

    September 4, 2020
  • 5 Digital Consumer Megashifts

    August 26, 2020
  • 15 Banking Consumer Megashift

    August 10, 2020
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends

    July 26, 2020
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends

    July 24, 2020
  • 25 Retail Megashifts

    July 18, 2020
  • New Marcomm Paradigm

    July 18, 2020
  • #IBF2020: The Inside Story

    July 9, 2020
  • #IBF2020 – ReBound, ReBoot, ReBorn

    June 27, 2020

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks
  • Best Business Books 2020: My Picks
  • Industry Megashifts 2021 (3)
  • Industry Megashifts 2021 (2)
  • Industry Megashifts 2021 (1)
  • 6 Forces of Change 2021
  • Konsumen Indonesia Optimis
  • Prospective Businesses for UKM
  • UKM Outlook 2021
  • New Omni Marcomm
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi
  • Family Life in the Pandemic Era
  • 5 Digital Consumer Megashifts
  • 15 Banking Consumer Megashift
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends
  • 25 Retail Megashifts
  • New Marcomm Paradigm
  • #IBF2020: The Inside Story
  • #IBF2020 – ReBound, ReBoot, ReBorn
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top