yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

UMKM dan Desa

by yuswohady August 8, 2015
August 8, 2015

Hari Rabu malam (5/8) lalu saya ketemu dan berhalal bihalal dengan para “UMKM hero”, para tokoh pemimpin komunitas yang peduli memajukan UMKM (usaha mikro kecil menengah) Indonesia. Mereka antara lain adalah pak Budi Isman (pendiri Komunitas Smartpreneur), pak Subiakto (pakar branding), mas Badroni Yuzirman (pendiri Komunitas Tangan Di Atas), mas Jaya Setiabudi (pendiri Young Entrepreneur Academy), mas Emille Jayamata (Komunitas Organik Indonesia), dan lain-lain. Kami diundang oleh temen-temen Telkom DBS, divisi yang khusus membidangi sektor bisnis UMKM. Di situ kami ngobrol ngalor-ngidul mengenai bagaimana memajukan UMKM Indonesia.

Yang menarik dari forum itu, rupanya isi otak kami sama. Kami memang punya movement masing-masing yang berbeda untuk memajukan UMKM, namun rupanya memiliki spiritdan keresahan yang sama. Keresahan terbesar yang kami rasakan adalah makin mengkhawatirkannya dominasi kapitalisme global melalui kehadiran perusahaan-perusahaan global asing yang merasuk hingga ke urat nadi perekonomian negeri ini.

Praktis semua sektor industri (mulai dari pertambangan, telekomunikasi, perbankan, otomotif, konsumer, elektronik, farmasi, ritel, hingga film dan musik) secara sistematis dan struktural dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing melalui kekuatan modal, teknologi, manajemen, dan SDM berkelas dunia. Dalam forum tersebut teman-teman khawatir dengan tren terakhir dimana jagad online shop kita secara agresif mulai dikuasai kekuatan modal asing. Para pendiri online shop lokal begitu bangga ketika start-upyang mereka rintis dibeli pemodal asing. Tentu saja, karena triliunan rupiah masuk ke pundi-pundi kekayaan mereka.

UMKM
Seperti teman-teman yang lain, dalam forum tersebut saya mengemukakan konsern mengenai keresahannasional ini. Saya bilang bahwa “pertahanan terakhir” kemandirian ekonomi Indonesia ditentukan oleh dua hal, yaitu UMKM dan desa. Saya katakan di situ, kalau perusahaan-perusahaan global asing menguasai perusahaan-perusahaan besar lokal (jumlahnya tak sampai 5000 biji), maka itu masih bisa diterima. Namun kalau sampai seluruh perusahaan UMKM kita (jumlahnya ada sekitar 50 juta biji) dikuasai oleh kekuatan asing, itu baru terjadi “kiamat” nasional. Kalau itu terjadi maka so pasti benteng kemandirian ekonomi nasional betul-betul jebol.

UMKM betul-betul menjadi senjata terakhir kemandirian ekonomi nasional karena kekuatan modal asing akan enggan mencaploknya. Ya, karena ukuran mereka kecil maka tentu saja tidak menarik untuk diakuisisi karena potensi ekonominya kecil. Namun perlu diingat, kecil kalau jumlahnya banyak hingga jutaan dan mereka bersatu-padu bersinergi, maka mereka akan menjadi sebuah kekuatan yang maha besar. “Smalls are the new big” adalah ungkapan yang pas untuk menggambarkan kekuatan jutaan UMKM kita.

Bicara kekuatan jutaan UMKM kita, serta-merta saya teringat dengan perang gerilya merebut kemerdekaan. Keberhasilan para pejuang gerilya kita melawan Belanda terutama ditentukan oleh “small power” ini. Kenapa pejuang gerilya kita yang hanya bersenjata bambu runcing dan senapan sulit ditundukkan tentara Belanda yang memiliki senjata lengkap seperti meriam dan tank? Tak lain karena pejuang kita “kecil-kecil”, pergerakannya tak berpola seperti amuba, sulit dideteksi keberadaannya, dan begitu lincah melakukan penyerangan.Nah, saya gambarkan jutaan UMKM kita layaknya pejuang gerilyawan yang kecil-kecil banyak, super lincah, dan sulit dikooptasi dan dikendalikan oleh kekuatan korporasi global asing

Desa
Lalu bagaimana dengan desa? Kenapa desa adalah kekuatan pamungkas kemandirian ekonomi nasional. Kalau Ibukota, provinsi, kota/kabupaten di kuasai oleh kekuatan korporasi global asing maka itu masih bisa diterima. Namun kalau sampai terjadi desa mereka kuasai, maka pada saat itu juga akan terjadi “kiamat” nasional. Negeri ini akan jatuh terpuruk oleh suatu bentuk penjajahan baru. Penjajahan bukan oleh kekuatan senjata, namun oleh kekuatan modal dan kapitalisme yang menghisap.

Untuk memberikan gambaran gampang saya memberi contoh dominasi gerai-gerai waralaba makanan asing yang sepuluh tahun terakhir begitu agresif melakukan ekspansi pasar di seluruh penjuru tanah air. Ekspansi waralaba makanan asing ini begitu massif meminggirkan kuliner-kuliner lokal yang menjadi kekayaan Indonesia. Itu sebabnya dalam berbagai kesempatan seminar publik saya sering curhat mengenai kekawatiran bahwa pecel, rawon, rendang, atau gudeg makin tidak dikenal dan kian tak dikonsumsi oleh anak-cucu kita, kalah pamor oleh kuliner asing.

Nah, kalau gerai-gerai waralaba makanan branded asing itu hanya menguasai ibukota, provinsi, atau kabupaten/kota, maka itu masih bisa ditolerir. Namun kalau sampai mereka hadir hingga di tingkat desa, maka pada saat itu jebol pula tanggul kemandirian ekonomi nasional kita. Dengan tingkat laju ekspansi waralaba makanan asing seperti sekarang, tak tertutup kemungkinan jebolnya tanggul ini terjadi dalam waktu yang tak lama.

Sekarang saja ekspansi mereka sudah meluber hinggadi tingkat kabupaten/kota.Tinggal sejurus lagi mereka masuk kecamatan dan desa. Kalau dulu kita mengenal AMD singkatan “ABRI Masuk Desa” maka nanti kita bakal mengenal “Asing Masuk Desa”. Kalau itu terjadi, saya takut suatu saat akan ada “Museum Kuliner Nusantara” dimana anak-cucu kita yang berkunjung takjub menyaksikan pecel, rawon, atau gudeg yangjadul dan langka ditemui.

Kalau betul UMKM dan desa menjadi pilar kemandirian ekonomi nasional, lalu apa agenda besar yang harus kita rintis dan kembangkan? Pekerjaan besarnya cuma satu, yaitu menciptakan wirausahawan UMKM di tingkat desa (grass root) dalam jumlah besar, tak hanya ribuan tapi bahkan jutaan. Wow… sebuah mimpi dan pekerjaan besar. Namun seperti kata orang bijak, tak ada sesuatu yang tak mungkin jika kita punya niatan dan kerja keras. Yuk wujudkan!!!

Related posts:

  1. UMKM Benteng Rupiah
  2. Branding UMKM
  3. @memberiID
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Halal Marketing
next post
Branding Tujuh Belasan

Baca Juga

Merek Berbahasa Indonesia

October 11, 2019

The Coming of the Asian Age

March 26, 2019

Transformasi Mindset UKM

October 28, 2018

Memberi eTalk: Surveillance Economy

April 20, 2018

Menangkap Peluang Bisnis Keto

November 14, 2017

Scaling-Up Warunk Upnormal

October 22, 2017

Brand Merah Putih

August 12, 2017

UKM Subsisten

February 25, 2017

Memulai Bisnis: “Tak Perlu Tahu Apa-Apa”

February 12, 2017

UKM Outlook 2017

February 1, 2017

4 comments

Hendra Permana Suryana August 10, 2015 - 3:28 am

Kesadaran seperti ini harus ditularkan pula ke pejabat pemerintah tingkat dasar, mulai dari RT, RW, Kades/Kuwu hingga Lurah dan Camat. Karena dari lapisan inilah yang mengijinkan berkembang atau matinya UKM desa yang akan bertumbuh.

Reply
Jefferly Helianthusonfri August 14, 2015 - 10:25 am

“Pekerjaan besarnya cuma satu, yaitu menciptakan wirausahawan UMKM di tingkat desa (grass root) dalam jumlah besar, tak hanya ribuan tapi bahkan jutaan.”

Sebuah pekerjaan yang tidak mudah dan jelas butuh proses. Hanya saja, tak ada salahnya kita berharap dan mudah-mudahan impian besar tersebut bisa tercapai.

Terus terang, cukup prihatin juga dengan maraknya dominasi asing yang mulai menguasai perekonomian.

Reply
Heru Notodirjo August 27, 2015 - 11:03 am

Usaha Mikro harus kreatif dan harus mampu mengembangkan ddirinya sendiri. Tidak perlu menanti uluran tangan pemerintah pusat…apalagi pemerintah kota. Harus bisa survive sendiri. Istri saya sudah bosan dan hafal jika bulan-bulan april dan desember sering didatangi pns-pns dari instansi2 tertentu. Disuruh bikin proposal, tanda tangan formulir ini-itu…pinjam KTP dan dijanjikan ada pelatihan ini-itu. Tapi ditunggu-tunggu realisasinya gak ada!!! Nanti datang lagi tahun berikutnya. Jadi kalau mau maju ya harus berani berjuang sendiri. Dan yang memuakkan…kalo ikut pameran mesti bayar sendiri tp bisa2nya para pejabat lokal menerangkan pd pejabat pusat yang meninjau bahwa peserta pameran ini semua adalah hasil binaan instansi mereka. What???…kalo mau sungguh2 memajukan usaha kecil…orang pusat harus berani blusukan untuk melihat realita dengan mata dan telinga sendiri…bukan cuman baca laporan!!

Reply
Lukman Nurhakim September 13, 2015 - 6:59 am

Terima kasih atas pencerahannnya…

Reply

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Corona: A Serial Killer

    February 26, 2021
  • Sharing Economy in the Pandemic

    February 19, 2021
  • Syariah Universal

    February 12, 2021
  • Stay @ Home Lifestyle

    February 7, 2021
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks

    December 27, 2020
  • Best Business Books 2020: My Picks

    December 24, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (3)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (2)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (1)

    December 14, 2020
  • 6 Forces of Change 2021

    December 13, 2020
  • Konsumen Indonesia Optimis

    November 28, 2020
  • Prospective Businesses for UKM

    October 14, 2020
  • UKM Outlook 2021

    October 11, 2020
  • New Omni Marcomm

    October 1, 2020
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

    September 4, 2020
  • Family Life in the Pandemic Era

    September 4, 2020
  • 5 Digital Consumer Megashifts

    August 26, 2020
  • 15 Banking Consumer Megashift

    August 10, 2020
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends

    July 26, 2020
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends

    July 24, 2020

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • Corona: A Serial Killer
  • Sharing Economy in the Pandemic
  • Syariah Universal
  • Stay @ Home Lifestyle
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks
  • Best Business Books 2020: My Picks
  • Industry Megashifts 2021 (3)
  • Industry Megashifts 2021 (2)
  • Industry Megashifts 2021 (1)
  • 6 Forces of Change 2021
  • Konsumen Indonesia Optimis
  • Prospective Businesses for UKM
  • UKM Outlook 2021
  • New Omni Marcomm
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi
  • Family Life in the Pandemic Era
  • 5 Digital Consumer Megashifts
  • 15 Banking Consumer Megashift
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top