yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Selfless Leader

by yuswohady March 16, 2014
March 16, 2014

Saat ini saya sedang melakukan riset untuk baku baru saya yang mudah-mudahan bisa terbit pertengahan tahun ini, berjudul Giving-Focused Enterprise (GFE). Pilar dari organisasi jenis baru ini adalah para pemimpin yang selalu fokus untuk memberi (giving-focused), yaitu pemimpin yang memiliki kerendahan hati untuk menghilangkan keakuan (selfless) dan menempatkan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya pada posisi terpenting. Saya sebut pemimpin jenis ini sebagai selfless leader.

Tulisan ini barangkali muncul pada momentum yang tepat karena hari ini 16 Maret adalah hari dimulainya kampanye terbuka Pemilu 2014, dimana para calon pemimpin kita mengobral janji-janji bagi orang-orang yang bakal mereka pimpin dan wakili. Mudah-mudahan percikan kearifan yan tertuang dalam tulisan ini bisa menjadi oase menyejukkan bagi mereka.

Tulus-Ikhlas
Sebaik-baiknya pemimpin adalah jika ia ikhlas dan tidak mementingkan diri sendiri. Pemimpin hebat pasti tidak egois dan tidak mengarahkan tindak-tanduknya melulu untuk kepentingan pribadi (self-centered). Misi terpenting seorang pemimpin bukanlah untuk menuai pujian pribadi, memperoleh promosi pribadi, mendapatkan kekayaan pribadi, meraih kehormatan pribadi, memuluskan kesuksesan karir pribadi.

Semuanya itu mungkin penting, namun di atas itu semua misi hakiki seorang pemimpin adalah melayani orang-orang yang dipimpinnya dan menjadikan mereka lebih baik. Great leader are servants who facilitate the success of others. Fokus perhatian utama seorang pemimpin adalah mencapai kebaikan bagi organisasi dan orang-orang yang dipimpinnya.

Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Abraham Lincoln, atau Marthin Luther King adalah selfless leaders yang tanpa pamrih mengabdi dan melayani konstituennya. Nelson Mandela dipenjara selama 27 tahun demi mempertahankan prinsip-prinsip kepemipinan yang ia pegang teguh. Marthin Luther King bahkan terenggut nyawanya dalam memperjuangkan prinsip kebenaran yang ia yakini. Kata King, “Every man must decide whether he will walk in the light of creative altruism or in the darkness of destructive selfishness”.

Sukses seorang pemimpin ditentukan oleh kemampuannya dalam menarik followers dan mendapatkan kepercayaan (trust) dari mereka. Untuk mendapatkan kepercayaan itu si pemimpin harus mampu membawa perubahan dan kemanfaatan bagi followers: kehidupan yang lebih baik, kemampuan dan ketrampilan yang meningkat, atau mungkin jiwa yang lebih bermakna. “The greatest achievement of a leader is the triumph of those they serve”. Ini semua diperoleh jika si pemimpin memiliki ketulusan dan keikhlasan untuk mengontribusikan kepemimpinannya murni untuk kepentingan para followers dan organisasi yang dipimpinnya.

Saya jadi teringat iklan Biskuat yang beberapa hari terakhir muncul hampir tiap malam di layar TV. Dalam iklan tersebut digambarkan seorang ibu yang melatih anaknya berlari untuk memiliki semangat juang dan mental juara. Begitu gigih si ibu menggembleng dan memompa semangat si anak agar si anak bisa mengalahkannya. Kata-kata yang membuat saya tersentuh adalah ucapan si ibu yang mengatakan.  “Saat ia berhasil mengalahkanku, maka saat itulah saya menang.” Sikap tulus-ikhlas seperti inilah yang khas dimiliki oleh seorang selfless leader.

Pemimpin yang tulus-ikhlas akan menghasilkan pemimpin lain yang tulus-ikhlas pula. Kalau pemimpin tulus-ikhlas ini teraplikasi ke para pemimpin di seluruh level organisasi maka ia akan membentuk sebuah budaya kepemimpinan yang kokoh. Pemimpin yang profesional, jujur, dan bener-bener bersih akan mengimbas ke bawahan, mereka terbawa menjadi orang yang tak hanya memikirkan kepentingan pribadi, tapi mementingkan kepentingan karyawan.

Spirit of Giving
Dengan mindset seperti ini maka motivasi paling dasar seorang pemimpin adalah spirit of giving; spirit untuk selalu memberi kepada orang-orang yang dipimpinnya tanpa pernah memikirkan imbal-balik. Setiap pemimpin harus selalu berkorban tanpa pernah berharap mendapat imbalan dari pengorbanan itu. Inilah substansi keikhlasan seorang pemimpin.

Spirit of giving mengandung keyakinan bahwa “giving is receiving”. Maksudnya, semakin banyak si pemimpin memberi pada followers-nya, maka semakin banyak pula ia mendapat (mendapat kepercayaan, kesetiaan, kecintaan, dedikasi, dan sebagainya) dari mereka. The more you give, the more you receive. Memang secara matematik, ungkapan tersebut mungkin tidak make-sense bahkan tak masuk akal. Tapi itulah indahnya memberi. It’s the beauty of giving.

Itu sebabnya, untuk bisa memiliki spirit of giving, seorang pemimpin harus memiliki mental kelimpahan (abundance mentality), bukan mental kikir. “Every Leader should hold an abundant mind, act abundantly, and  think abundantly. He will feel rich… and will start to give to others.” Ketika seorang pemimpin selalu merasa berkekurangan, mana mau ia memberi kepada followers-nya?

Pemimpin yang selfish dan sarat diwarnai agenda dan pamrih pribadi akan membawa dampak destruktif bagi organisasi. Ketika seorang pemimpin sudah punya pamrih pribadi atau kelompok, maka kepemimpinan yang dijalankannya terkotori oleh ego dan kepentingan-kepentingan si pemimpin. Karena digayuti kepentingan pribadi, maka kepemimpinan itu tidak lagi murni dikontribusikan untuk kemanfaatan dan kebaikan organisasi.

Begitu kepemimpinan sudah beraroma kepentingan pribadi dan kelompok maka biasanya akan muncul kecurigaan, ketidakpercayaan, tantangan, bahkan perlawanan. Itu semua akan memicu terjadinya politik-politik yang kontraproduktif di dalam organisasi. Di dalam organisasi akan muncul kelompok-kelompok kepentingan dan antar kelompok itu terjadi friksi dan perebutan kepentingan. Celakanya, si pemimpin sendiri ikut bermain di arena perebutan kepentingan tersebut mewakili diri dan kelompoknya. Kalau ini terjadi, maka inilah awal dari kehancuran organisasi.

Menjadi selfless leader itu tidak gampang. Dibutuhkan keikhlasan, kebesaran hati, kerelaan berkorban, sikap keberlimpahan, dan yang terpenting, kecintaan yang tulus kepada followers. Karena itu tak bisa disangkal ungkapan bahwa: “Being selfless is one of the hardest things you’ll ever do as a leader.”

Related posts:

  1. Leader Machine
  2. The Six Social Media Skills for Leader
  3. Entrepreneurial Leader Model
  4. A Great Leader Is A Teacher
  5. The Giving Leader
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Middle-Class Moslem
next post
“Her”, Big Data, Algoritma

Baca Juga

Di Banyuwangi, Setiap Lokasi Adalah Destinasi

November 16, 2019

Anti-Mainstream Marketing: Downloadable Ebook

November 2, 2019

Every Business Is Crowd Business

November 1, 2019

Tourism-Centered Economy 4.0

March 9, 2019

2018: Tanpa Resolusi Akhir Tahun

December 31, 2018

Remote Influence

September 23, 2016

Brand in Crisis

January 9, 2016

Great M-S Team

December 26, 2015

Marketing vs Sales

November 21, 2015

Near Win

October 17, 2015

1 comment

aeration equipment March 24, 2014 - 11:43 pm

betul bangat
kalau cari pemimpin profesional, jujur, dan bener-bener bersih akan mengimbas ke bawahan, mereka terbawa menjadi orang yang tak hanya memikirkan kepentingan pribadi, tapi mementingkan kepentingan karyawan/masyarakat
terima kasih atas infonya gan

Reply

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • AGILITY MATTERS

    July 8, 2022
  • IKEA & NATION BRANDING

    July 8, 2022
  • WELCOME ERA “CUCI PIRING” HABIS PANDEMI, TERBITLAH RESTRUKTURISASI

    June 21, 2022
  • “SESAT PIKIR” STARTUP DIGITAL

    June 21, 2022
  • KUTUKAN “BAKAR DUIT”

    June 21, 2022
  • REVENGE LEISURE

    June 13, 2022
  • NEW ERA OF STARTUP Post-Pandemic

    June 10, 2022
  • DON’T THINK JUST DO IT

    June 7, 2022
  • KENAPA INDOMARET & ALFAMART SELALU BERDEKATAN?

    June 7, 2022
  • NOSTALGIA MARKETING

    June 3, 2022
  • THE POWER OF 3R “REVIEW, RATING, RECOMMENDATION”

    May 31, 2022
  • PACEKLIK STARTUP DIGITAL

    May 25, 2022
  • GREAT BRAND LAUNCH

    May 23, 2022
  • WOM Adalah API FOMO Adalah BENSIN

    May 23, 2022
  • BRAND MEMECAT KONSUMEN

    May 20, 2022
  • INVESTASI STRATEGIS “TLKM X GoTo”

    May 17, 2022
  • THE DARK SIDE of WORD OF MOUTH MARKETING

    May 17, 2022
  • KENAPA FILM “KKN DESA PENARI” SUKSES?

    May 13, 2022
  • RIP iPod 3 Pelajaran Disrupsi

    May 12, 2022
  • SHAREABLE CONTENT

    May 11, 2022

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • AGILITY MATTERS
  • IKEA & NATION BRANDING
  • WELCOME ERA “CUCI PIRING” HABIS PANDEMI, TERBITLAH RESTRUKTURISASI
  • “SESAT PIKIR” STARTUP DIGITAL
  • KUTUKAN “BAKAR DUIT”
  • REVENGE LEISURE
  • NEW ERA OF STARTUP Post-Pandemic
  • DON’T THINK JUST DO IT
  • KENAPA INDOMARET & ALFAMART SELALU BERDEKATAN?
  • NOSTALGIA MARKETING
  • THE POWER OF 3R “REVIEW, RATING, RECOMMENDATION”
  • PACEKLIK STARTUP DIGITAL
  • GREAT BRAND LAUNCH
  • WOM Adalah API FOMO Adalah BENSIN
  • BRAND MEMECAT KONSUMEN
  • INVESTASI STRATEGIS “TLKM X GoTo”
  • THE DARK SIDE of WORD OF MOUTH MARKETING
  • KENAPA FILM “KKN DESA PENARI” SUKSES?
  • RIP iPod 3 Pelajaran Disrupsi
  • SHAREABLE CONTENT
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top