Tahun 2014 yang akan segera kita masuki adalah tahun yang penuh ranjau. Di bidang politik kita tahu Pemilu (lengkap dengan money politic-nya) bakal memicu instabilitas dan gerahnya suhu politik nasional. Dengan kondisi yang kurang menentu, pelaku bisnis akan cenderung “wait and see” untuk mengurangi risiko usaha, setidaknya hingga akhir tahun.
Di bidang ekonomi ranjaunya tak kalah gawat. Kita tahu rupiah terus terjun bebas, hingga akhir tahun ini sudah menembus ambang batas Rp.12.000. Biangnya struktural, karena impor kita yang jauh lebih perkasa ketimbang ekspor. Sudah 27 bulan kita mengalami defisit neraca transaksi berjalan (saat ini 3,78% dari PDB), sebuah rekor dalam sejarah perekonomian Tanah Air. Celakanya, perekonomian AS kian menggeliat (AS mulai meluncurkan kebijakan tappering off) sehingga dolar kian kokoh.
Untuk merespons melemahnya rupiah, BI rate pun terus didongkrak, setidaknya hingga ke level 8% tahun depan. Kalau sudah demikian maka semua sektor industri akan terpukul. Ekspansi kredit akan diredam dan pertumbuhan ekonomi tak seperkasa tahun-tahun sebelumnya (diperkirakan tak sampai 6%). Itu artinya, tahun depan adalah tahun pengencangan ikat pinggang. Tahun prihatin. Tahun tiarap bagi para pebisnis.
Bagaimana menghadapi tahun depan yang bakal diwarnai ketidakmenentuan (uncertainty) dan dihantui pelemahan ekonomi (economic downturn)? Ketika gambaran bisnis tahun depan demikian suram, pertanyaannya, apakah kita para marketer harus ikutan suram dan pesimis? No way! Berikut ini adalah kiat-kiat untuk survive di tahun depan.
Paradox Thinking
Di tengah kondisi bisnis yang penuh risiko dan digayuti pesimisme saya justru menganjurkan para marketer untuk berani take risk dengan berpikir terbalik (paradox thinking), alias berpikir berlawanan dengan arus pemikiran umum (mainstream thinking) yang diambil oleh kebanyakan pemain lain.
Maksudnya, kalau pemain lain melakukan fokus pada cost reduction karena dolar sulit dijiknakkan, Anda justru fokus ke growth. Kalau para pemain lain cenderung “wait and see” menghadapi kondisi bisnis yang tak menentu, Anda justru harus proaktif dan merespons pasar dengan gerakan-gerakan yang agresif dan menggebrak pasar. Kalau yang lain cenderung business as usual karena ekonomi sedang melambat, Anda justru harus out of the box untuk menggerakkannya. Kalau pemain lain cenderung tiarap, mengurangi bujet pemasaran untuk menghindari risiko, Anda justru menaikkan bujet untuk memanfaatkan momentum pasar yang sedang sepi oleh gerak pesaing.
Saya ingat cerita dari bu Martha Tilaar saat merespons krisis ekonomi 1998 lalu. Tahun 1998 saat Indonesia didera krisis, praktis semua perusahaan di negeri ini tiarap tidak melakukan apa-apa. Hampir semua perusahaan waktu itu memotong anggaran, tidak beriklan, tidak menciptakan produk baru, tidak melakukan kampanye pemasaran.
Namun bu Martha berpikir terbalik. Ia justru menggenjot iklan di TV dan agresif meluncurkan produk-produk baru (antara lain Lipstik Dwi Warna berkonsep value for money yang laris manis). “Karena yang lain tidak beriklan, maka iklan kita exposure-nya sangat tinggi,” ujarnya. Ketika pesaing lain tiarap, maka sedikit upaya kampanye pemasaran yang kita lakukan akan menjadi impactful.
Kalau dianalogikan dengan balapan MotoGP di sirkuit, saya menggambarkan tahun 2014 sebagai “tahun di tikungan” yang penuh risiko. Ketika umumnya pemain bermain aman dengan mengerem laju kendaraan, kita justru ngegas agar bisa menyalip pesaing di tikungan. Ingat, pembalap umumnya bisa menyalip pesaing bebuyutannya justru ketika berada di tikungan, bukan di jalanan sirkuit yang lurus.
Menghadapi 2014 dengan Paradox Thinking
Low Budget, High Impact
Ketika keadaan serba sulit, maka efektivitas/produktivitas kampanye pemasaran menjadi demikian krusial untuk memenangkan persaingan. Karena itu setiap rupiah yang Anda keluarkan untuk membangun strategi haruslah menghasilkan dampak yang powerful. Karena itu kreativitas untuk menghasilkan program-program pemasaran yang low budget high impact menjadi faktor penentu kemenangan.
Berbicara mengenai low budget high impact, maka marketer harus mengusung konsep program yang nyleneh dan out of the box, dengan memanfaatkan media-media yang murah (owned dan earned media) seperti media sosial, komunitas, atau digital. Karena itu di tahun depan, konsep kampanye pemasaran yang berbasis word of mouth (WOM), buzz, atau viral di media sosial akan marak dan menjadi pilihan yang kian diminati marketer.
Melihat kenyataan ini saya berharap tahun 2014 merupakan momentum penting bergesernya orientasi marketer kita dari promosi menggunakan paid media (TV, koran, billboard) yang mahal, ke owned/earned media (website, blog, Twitter, Facebook, mobile site) yang lebih murah dan efektif.
Value for Money
Di tengah kondisi ekonomi yang sulit (rupiah melemah, BBM naik, inflasi tinggi, harga-harga naik, gaji jalan di tempat), maka daya beli konsumen akan kian tergerus. Kalau sudah demikian, maka konsumen akan mengurangi konsumsi atau bergeser membeli merek-merek yang lebih murah dengan kualitas yang lebih rendah (brand shifting). Ini adalah perubahan perilaku konsumen yang umum terjadi ketika ekonomi sedang lesu dan dirundung resesi.
Dalam kondisi seperti itu, maka konsep value for money menjadi senjata ampuh untuk memenangkan hati konsumen. Ketika kondisi ekonomi sulit, maka konsumen menjadi lebih rasional dan kian njlimet membandingkan fitur/manfaat produk dengan harga yang ditawarkan. Mereka akan memilih produk yang memberikan best value, yaitu produk yang memberikan manfaat tertinggi dengan harga termurah (yup, midnight sale atau late nite sale bakal tambah marak nih!).
Karena itu, mulai saat ini para marketer harus memeras otak untuk menghasilkan value formula terbaik untuk dapat menaklukkan hati konsumen yang sangat value-oriented di atas. Anda harus agresif menciptakan varian produk/layanan baru yang memberikan best value kepada konsumen yang sudah berubah tersebut.
Mari kita masuki “tahun di tikungan” dengan semangat empat lima! Manfaatkan dengan cerdas setiap “tikungan” yang ada untuk menyalip pesaing bebuyutan Anda. Selamat tahun baru 2014.
13 comments
Terima kasih atas pencerahanya pak Yuswo….Semoga kami makin kreatif
Ini adalah kesempatan si david menundukkan goliath. terima kasih pencarahannya di pagi yang segar ini mas.
semoga banyak new brand shinning over !
Luar biasa pak uraiannya dan sungguh mencerahkan..
Semoga kita bisa menyalip ditikungan dengan aman…
Go… Go…Go…
Salam Sukses Selalu..
BarokahStocklot’s | Supplier Baju Branded Terbesar di Indonesia
Artikel ini telah meningkatkan semangat saya dalam menyambut tahun penuh tantangan di 2014. Fight!
Terima kasih artikelnya Pak Yuswohady, membuat saya tambah semangat menghadapi tahun penuh tantangan di 2014.
FIGHT!
sip … bersiap menghadapi 2014.
Wah kalau midnite sale bakal marak, harusnya merek minuman berenergi bisa bagi2 sample kemasan saset di pintu masuk, biar belanja tetap melek 😀
Mas, sy tertarik dgn value for money. Gimana kalau kita menambahkan secondary fitur/manfaat dari produk? Baik atau tidak? Takutnya melemahkan manfaat utama atau bikin bingung?
luar biasa artikelnya pak, bikin tambah semangat menghadapi tahun 2014
Kalau makin banyak yang beralih ke digital, termasuk blog, berarti kemungkinan akan ada lebih banyak.kontes SEO, job review dan lomba2 lainnya. Well, sebagai blogger saya melihat ini semakin seru 🙂
Mantaaaps..! Makin semangat menghadapi 2014…! Terima Kasih pencerahannya, lets gooo Growth..!
[…] bisnis tahun 2014 yang penuh ranjau. Dua minggu lalu di rubrik ini saya menulis artikel mengenai marketing outlook 2014. Saya katakan di situ bahwa tahun 2014 merupakaan tahun berat karena berbagai perkembangan tak […]
[…] gonjang-ganjing pemilu), dengan berbekal kapabilitas berkelas dunia, UKM harus optimis bisa “menyalip di tikungan” dan memenangkan […]
[…] semua perusahaan terkena imbas memang. Mereka yang sigap manfaatkan tikungan untuk bangkit dari masa kebimbangan-lah yang mampu survive dan patut menjadi teladan. Sebut contoh […]