yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Branding Kopi

by yuswohady December 7, 2013
December 7, 2013

Hari Jumat sore (6/12) lalu saya mendapat berkah ilmu dari pak Priyantono Rudito dalam sebuah acara sesi sharing dengan Komunitas @memberiID. Dia adalah teman lama yang sejak 1,5 tahun lalu menjadi direktur SDM PT.Telkom. Lebih setahun lalu saat membaca di koran Pak Pri diangkat menjadi direktur SDM, saya kaget nggak percaya. Ya, karena setahu saya Pak Pri adalah pakar marketing, karena sejak hampir sepuluh tahun lalu kita sering mengajar bareng mengenai marcomm (marketing communication).

Sejak dia mengambil kuliah master dan doktor di Australia hubungan kami terputus. Sekitar lima tahunan kami tidak bersua, eh tiba-tiba baca di koran ia menjadi direktur SDM. Padahal master dan doktornya (dari Universitas RMIT) adalah marketing dan kini ia mengajar di sekolah bisnis ITB pun untuk mata kuliah marketing.

Beberapa bulan terakhir saya intens ketemu pak Pri karena berencana menulis buku bareng mengenai marketing untuk industri telekomunikasi. Nah, dari banyak ngobrol belakangan saya tahu ia adalah seorang pakar kopi juga. Tidak main-main, ia adalah pemegang sertifikasi barista (peracik kopi) internasional. Karena alasan itulah kemudian muncul ide saya mengajak ia berbagi ilmu mengenai bagaimana membranding kopi lokal Indonesia.

Nilai Tambah
“Kopi adalah salah satu produk paling kompleks untuk bisa menjadi yang terbaik dihidangkan di meja,” ujar Pak Pri, Ya, karena kopi memiliki banyak ragam dan rasa. Untuk menjadikannya the best coffee, diperlukan tahapan-tahapan kompleks untuk mengolah dan meraciknya dari biji kopi hingga terhidang di meja kafe atau ruang tamu kita.

Pak Pri bercerita, setidaknya ada 7 langkah yang harus dijalankan dengan sangat teliti dan disiplin untuk menghasilkan secangkir kopi terbaik. Di mulai dari memetik biji kopi di kebun, mengeringkan dan menyimpan, memanggang (roasting), menggiling (grinding), mengekstrasi (extracting) untuk mengasilkan espresso, menguapkan susu (frothing) untuk membuat latte atau cappuccino, hingga menuangkan ke cangkir (latte art).

“Kopi itu manja, sedikit saja kita salah memperlakukannya, maka rasa dan aromanya akan berbeda,” ujarnya. Menyimpan biji kopi misalnya, tidak bisa sembarang suhu. Atau, menggiling kopi, tak bisa asal giling. Begitu pula menguapkan susu atau frothing harus dilakukan dalam rentang waktu yang presisi. Semua itu ada tekniknya. Nah, kepiawaian dalam mengolah dan meracik kopi inilah yang menjadikan secangkir kopi bisa cuma dihargai Rp.4000, ada yang Rp.40.000, atau bahkan ada yang Rp.400.000.

Kopi Branded
Mengetahui betapa proses pembuatan secangkir kopi demikian “canggih”, saya kemudian sadar bahwa pengusaha kopi kita (khususnya UKM) haruslah menguasai ilmu ini. Indonesia dikenal memiliki modal kekayaan biji kopi yang luar biasa mulai dari kopi Lampung, Ungaran, Toraja, Medan, hingga kopi Gayo Aceh. Sedihnya, biji-biji kopi hebat itu hanya diolah dengan cara tradisional. Walhasil, di warung paling banter laku lima ribu perak. Kalau biji-biji kopi berkualitas dunia itu diolah dan diracik dengan teknik-teknik modern, maka ia akan menghasilkan “kopi branded” yang bisa mendunia dengan harga puluhan bahkan ratusan ribu per cangkir.

Pak Pri membandingkan, “Di negara-negara Skandinavia, mereka tidak punya pohon kopi seperti kita. Tapi mereka menguasai teknik meracik kopi untuk menghasilkan espresso, latte, atau cappucinno paling enak di dunia. Akibatnya, mereka bisa mendapatkan marjin sangat tinggi.” Kita sebaliknya, memiliki biji kopi hebat, tapi tidak punya knowledge untuk  mengolah dan meraciknya. Akibatnya kita puas hanya menjual kopi tubruk 3-5 ribu perak secangkirnya.

Diversity, Locality, Equality
Ada satu kalimat Pak Pri yang membuat saya kepikiran terus sepanjang malam. “Coffee is the most trade commodity after oil,” ujarnya. Di seluruh dunia kopi itu laris-manis dan meningkat terus konsumsinya. Potensi pasar dari secangkir kopi itu luar biasa besar dan tak ada matinya, apalagi kalau sudah di-blended dengan gaya hidup (lifestyle) seperti yang dilakukan Starbucks.

Karena itu saya berpikir, seharusnya kopi bisa menjadi senjata ampuh ekonomi kita dalam bersaing di pasar global (ingat, Asean Economic community di depan mata). Syaratnya satu, bukan sekedar jualan komoditas biji kopi, tapi jualan “kopi branded” yang sudah mengalami teknik pengolahan/peracikan modern, yang  kemudian di-blended dengan unsur lifestyle si konsumennya.

Upaya mengembangkan warung kopi branded merupakan pilihan pengembangan brand nasional yang tepat karena beberapa alasan. Pertama, seperti saya uraikan di depan, kita memiliki modal luar biasa berupa diversitas (diversity) biji kopi yang banyak dengan kualitas unggul kelas dunia. Kedua, bisnis ini bisa dilakukan oleh UKM kreatif dalam jumlah yang sangat besar dengan kekuatan ciri lokalnya (locality). Ketiga, bisnis ini juga padat karya, sehingga berpotensi memeratakan kemakmuran (equality).

Dengan begitu, saya lebih setuju ekonomi kita ditopang ribuan UKM yang mampu menghasilkan ribuan warung kopi branded yang padat karya, ketimbang satu industri mobil, kapal, atau pesawat yang padat modal/teknologi. Saya lebih setuju ekonomi kita menciptakan ribuan brand “warung kopi branded nasional” yang memeratakan kemakmuran, ketimbang satu brand “mobil nasional”, “kapal nasional”, atau “pesawat terbang nasional”, yang bisa memicu kesenjangan kemakmuran.

Related posts:

  1. #KelasInspirasi “Membranding Kopi Lokal”
  2. Sadar Branding
  3. Branding UMKM
  4. Membangun Kedaulatan Buah Nasional dengan Branding
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
#KelasInspirasi “Membranding Kopi Lokal”
next post
PPM Book Talk: Great Spirit, Grand Strategy

Baca Juga

Merek Berbahasa Indonesia

October 11, 2019

The Coming of the Asian Age

March 26, 2019

Brand Merah Putih

August 12, 2017

Core Economy-nya Jokowi

September 10, 2016

Transformasi Branding BRI

July 3, 2016

DISRUPT!

June 4, 2016

“Nothing to Lose”

April 27, 2016

The Second Generation Challenges #IBF2016

April 9, 2016

Sharing Economy dan Koperasi

March 26, 2016

Millennial Trends 2016

January 17, 2016

8 comments

sutaji December 7, 2013 - 11:04 pm

Luar biasa pak Yuswo,terima kasih untuk pencerahan kopinya,jadi sedikit melek kopi

Reply
riginoto December 8, 2013 - 4:34 am

Luar biasa mas, setuju sekali , mari kita keroyok rame2 agar Indonesia bisa menjadi Italia kedua ….

Reply
@imaam_s December 8, 2013 - 12:39 pm

Merupakan sebuah PR besar bersama u/ mensosialisasikan kepada masyarakat negeri ini jika kopinegeri-nya memiliki kualitas yang diakui dunia. Kebiasaan turun menurun menyeduh kopi instant cepat saji sudah mendarah daging, kopi itu pahit, dan u/ apa mengikuti teknik seduh modern jika ‘tubruk’ dapat dinikmati dg harga yg lebih murah. Semoga warga negeri segera tersadar dan berdaulat dalam menikmati Kopi.

Reply
desain brosur murah December 10, 2013 - 10:58 pm

Manteb bener pak Yuswohady… semoga Kopi loka bisa lebih berjaya di mancanegara

Reply
WoKay December 22, 2013 - 1:00 am

Om Siwo, kalau diinventarisir keberadaan kedai2 kopi maupun franchise kopi ‘branded’ lokal sudah ratusan. Walau, mungkin, perlakuannya belum se ‘canggih’ tadi dalam mengolah kopi sampai disajikan.

Untuk meningkatkannya secara serentak, mass, perlu adanya buku praktis –bagaimana mengolah kopi tanpa menurunkan kualitas– juga forum2 atau workshop ‘bikin kopi yang benar’ hehe.

Kalau ada aku mau ikut Om, secara penikmat kopi dari kecil 🙂

Reply
meis musida January 31, 2014 - 10:45 pm

Mantap mas, kebetulan saya juga penggemar kopi nasional. Kopi lokal perlu diangkat supaya tidak kalah bersaing dengan kopi dari luar. Bravo mas, jalan terus

Reply
Patrick February 21, 2014 - 1:36 pm

Setuju. Pro-merek kopi lokal sudah seharusnya dilakukan. Saya tulis juga di blog PanaJournal soal Starbucks di Indonesia http://www.panajournal.com/2014/02/indonesia-punya-kopi-starbucks-punya.html

Reply
pameran buku July 15, 2015 - 7:34 am

kopi lokal banyak varietasnya dan itu sangat disukai oleh wisawatan asing.

Reply

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Corona: A Serial Killer

    February 26, 2021
  • Sharing Economy in the Pandemic

    February 19, 2021
  • Syariah Universal

    February 12, 2021
  • Stay @ Home Lifestyle

    February 7, 2021
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks

    December 27, 2020
  • Best Business Books 2020: My Picks

    December 24, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (3)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (2)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (1)

    December 14, 2020
  • 6 Forces of Change 2021

    December 13, 2020
  • Konsumen Indonesia Optimis

    November 28, 2020
  • Prospective Businesses for UKM

    October 14, 2020
  • UKM Outlook 2021

    October 11, 2020
  • New Omni Marcomm

    October 1, 2020
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

    September 4, 2020
  • Family Life in the Pandemic Era

    September 4, 2020
  • 5 Digital Consumer Megashifts

    August 26, 2020
  • 15 Banking Consumer Megashift

    August 10, 2020
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends

    July 26, 2020
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends

    July 24, 2020

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • Corona: A Serial Killer
  • Sharing Economy in the Pandemic
  • Syariah Universal
  • Stay @ Home Lifestyle
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks
  • Best Business Books 2020: My Picks
  • Industry Megashifts 2021 (3)
  • Industry Megashifts 2021 (2)
  • Industry Megashifts 2021 (1)
  • 6 Forces of Change 2021
  • Konsumen Indonesia Optimis
  • Prospective Businesses for UKM
  • UKM Outlook 2021
  • New Omni Marcomm
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi
  • Family Life in the Pandemic Era
  • 5 Digital Consumer Megashifts
  • 15 Banking Consumer Megashift
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top