• Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Social Proof

by yuswohady November 23, 2013
November 23, 2013

Saat saya liburan bareng istri dan anak-anak ke luar kota, ada kiat jitu yang kami pakai untuk memilih tempat makan yang tidak kami ketahui apakah sajiannya enak atau nggak. Biasanya kami muter-muter, kami telusuri satu-persatu warung atau restauran yang ada di kota itu, lalu kami cari mana dari warung atau restoran itu yang dikerumuni pengunjung. Kiat jitu itu adalah, memilih warung atau restoran mana yang paling ramai. Makin ramai, makin kami pilih.

Dari pengalaman kami, memang kiat itu terbukti jitu. Dari kasus-kasus yang kami alami, memang terbukti sebagian besar memang sajiannya enak. Tapi, pertanyaannya, apakah warung yang dikunjungi banyak orang itu pasti enak? Tentu tidak!

Fast Thinking
Itulah fenomena yang di kalangan pakar psikososial disebut sebagai “social proof”. Intinya, kita akan merasa bersikap dan berperilaku benar jika kita bertindak sama dengan kebanyakan orang lain. Itu artinya, semakin banyak tindakan atau ide diikuti orang, maka semakin baik dan benar tindakan atau ide tersebut. Apakah pernyataan terakhir ini benar? Absolutely not!

Itulah bias dan kerancuan yang melekat dalam pikiran kita. Itulah kekeliruan yang secara konsisten kita lakukan sehingga penilaian (judgement), pilihan (choice), atau keputusan (decision) yang kita ambil menjadi melenceng dari koridor rasionalitas dan obyektivitas.

Saya punya contoh lain. Suatu saat Anda jalan ke kantor, asik sambil bersiul-siul. Lalu Anda mendapati ada sepuluh orang berdiri di pinggir jalan. Kesepuluh orang itu semuanya menengadahkan muka dan melihat ke langit. Melihat hal tersebut, apa yang akan Anda lakukan. Spontan Anda pasti ikutan-ikutan melihat ke langit, tanpa mikir terlebih dahulu kenapa ke sepuluh orang itu melihat ke langit.

Contoh lain lagi. Pada saat terjadi krisis tahun 1998 kita menyaksikan orang-orang panik menarik dananya dari ATM. Bagaimana awalnya rush itu terjadi? Awalnya ada segelintir orang menarik dananya dari mesin ATM. Lalu aksi segelintir orang itu diikuti beberapa orang lain. Kemudian makin banyak lagi orang yang ikutan menarik dana. Dan sampai akhirnya seluruh penduduk kota ikutan-ikutan panik menarik dananya.

Inilah yang disebut Daniel Kahneman, pemenang nobel ekonomi dalam buku legendarisnya Thinking, Fast and Slow, sebagai “pikiran cepat” (fast thinking) sedang menguasai “pikiran lambat” (slow thinking). Ketika kita melihat ke langit mengikuti sepuluh orang di pinggir jalan; atau kita memilih restoran yang paling ramai dikunjungi; atau saat kita panik menarik dana dari ATM; maka sesungguhnya pada saat itu slow thinking kita yang rasional seperti “ditawan” oleh fast thinking kita yang emosional, gegabah, dan hantam kromo.

Taktik Pemasaran
Karena saya menyukai dan menekuni dunia pemasaran, maka saya mencoba mengaitkan kerancuan pikiran manusia itu ke dalam konteks pemasaran, yaitu aspek perilaku konsumen. Dengan kejelian memanfaatkan kelemahan melekat yang ada pada pikiran manusia tersebut, sesungguhnya marketer bisa memanfaatkannya untuk menjalankan taktik pemasaran jitu.

Sejak lama para produser acara TV serial komedi rupanya sudah piawai menggunakan trik ini. Untuk apa? Untuk memicu penonton tertawa. Caranya gimana? Coba lihat serial TV Friends atau Mr. Bean di YouTube. Dalam adegan-adegan tertentu yang menurut sang sutradara lucu, ia menyelipkan suara orang-orang tertawa. Tujuannya tak lain agar Anda para penonton juga ikutan tertawa.

Kalau Anda adalah pembicara seminar yang sedang mencari popularitas, ikutilah kiat jitu ini. Anda tempatkan dua atau tiga orang Anda di kerumunan peserta. Lalu atur agar dua-tiga orang itu berurutan bertepuk tangan setiap kali Anda memaparkan hal-hal yang menarik. Maka dua tiga tepukan itu akan memicu seluruh peserta untuk juga ikutan bertepuk tangan, tanpa berpikir kenapa mereka bertepuk tangan.

Dalam dunia penerbitan stempel “best seller” adalah nyawa pemasaran sebuah buku. Ya, karena saat kita berkunjung ke toko buku, seringkali pertimbangan utama kita adalah membeli buku-buku dengan stempel best seller. Artinya, ketika kebanyakan orang lain telah membaca buku itu, maka itu lebih dari cukup untuk menjadi pembenaran bagi kita untuk membelinya. Apakah buku-buku best seller itu memang bagus? Dalam kasus buku-buku terbitan Indonesia, seringkali saya temui justru buku-buku best seller itu lemah dalam hal kualitas isi.

Mizone cerdik menggunakan social proof untuk membesut kampanye viral dengan menggunakan medium flash mob di Bunderan HI beberapa waktu lalu. Caranya, sengaja Mizone menempatkan beberapa orang untuk menari flash mob di tengah kerumunan orang saat car-free day. Mizone juga menempatkan beberapa orang berikutnya untuk menirukan flash mob. Maka tanpa diminta orang-orang yang tumplek-blek di Bunderan HI pun serta-merta ikut-ikutan menari flash mob.

Sukses 7-Eleven menjadi tempat nongkrong anak-anak  muda juga tak lepas dari kejeliannya memanfaatkan bias dan kerancuan pikiran kita. Sengaja Sevel menyediakan meja-kursi (plus colokan listrik dan wifi) di depan gerainya agar para anak muda dan mahasiswa betah kongko-kongko di situ. Sevel juga menyediakan halamannya untuk parkir kendaraan, khususnya sepeda motor agar muat banyak. Dengan “modal” kerumunan anak-anak nongkrong dan kerumunan sepeda motor di halaman, Sevel membiarkan efek social proof bekerja. Hasilnya, dari waktu ke waktu Sevel tak pernah sepi. Orang berduyun-duyun latah nongkrong di Sevel.

So, pelajaran apa yang bisa Anda peroleh dari fenomena perilaku konsumen yang menarik ini? Kalau Anda adalah marketer cerdik, maka Anda harus piawai memanfaatkan efek social proof yang saya uraikan di atas untuk menyukseskan brand Anda. Let’s try!!!

Related posts:

  1. Social Customer
  2. Merayakan Tahun Baru
0 FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Spiritual Company
next post
“Biotech for UKM” – Bio Farma Visit

Baca Juga

Angry Customers

May 30, 2021

Megashift #5: Comeback of Homecooking

March 26, 2021

Megashift #4: Healthiness Is the New Caring

March 24, 2021

Megashifts #3: Deeper Family Bond

March 21, 2021

Megashift #2: Insurance Becomes Necessity

March 20, 2021

Megashift #1. Family Is Living in Anxiety

March 18, 2021

Consumer Megashifts 10X10

March 14, 2021

Konsumen Indonesia Optimis

November 28, 2020

New Omni Marcomm

October 1, 2020

Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

September 4, 2020

2 comments

abdi sastra November 23, 2013 - 9:38 pm

Sangat setujuu,Mas Siwo 🙂
Perception is the true reality…

Reply
NotedCupu December 24, 2013 - 1:37 pm

Wah….. Apik banget. Rerportase yang sangat mendalam Pak.

Reply

Leave a Comment

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • KENAPA REPUBLIKA CETAK HARUS TUTUP?

    January 30, 2023
  • MAL SEPI BAK KUBURAN

    January 30, 2023
  • KENAPA TIKTOK LEBIH POWERFUL DARI INSTAGRAM?

    January 30, 2023
  • FOMO (Fear Of Missing Out) Memicu EFEK DOMINO Menyebarkan Foto BOM BUNUH DIRI

    January 30, 2023
  • FOMO MOBIL LISTRIK

    January 30, 2023
  • Otentisitas bisa Menjadi Alat Diferensiasi Bisnis

    January 30, 2023
  • SLOGAN BARU JAKARTA

    January 19, 2023
  • RELIABILITY SPBU PERTAMINA

    January 19, 2023
  • MENDADAK TENIS ” FOMO Marketing Matters “

    December 5, 2022
  • PAMALI MARKETING PLAN 2023 PESIMIS

    December 5, 2022
  • 2023 TAHUN TERANG The Power of Self-Fulfilling Prophecy

    December 5, 2022
  • AKANKAH STARTUP BUBBLE PECAH?

    December 5, 2022
  • HABIS TERANG TERBITLAH GELAP FOMO matters.

    December 5, 2022
  • PHK META “Pelajaran Berharga”

    December 5, 2022
  • BAGAIMANA KONSUMEN PINDAH KE LAIN HATI?

    November 29, 2022
  • BIROKRASI MELAYANI BUKAN MENYULITKAN

    November 29, 2022
  • BLUNDER BAIM WONG Brand Harus Punya “Netizen Sensitivity”

    November 29, 2022
  • BRAND REPOSITIONING POLRI

    November 29, 2022
  • MENYIKAPI BRAND TERRORIST “Pelajaran dari Esteh Indonesia”

    November 29, 2022
  • FOMO MARKETING HYUNDAI IONIQ 5

    November 29, 2022

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • KENAPA REPUBLIKA CETAK HARUS TUTUP?
  • MAL SEPI BAK KUBURAN
  • KENAPA TIKTOK LEBIH POWERFUL DARI INSTAGRAM?
  • FOMO (Fear Of Missing Out) Memicu EFEK DOMINO Menyebarkan Foto BOM BUNUH DIRI
  • FOMO MOBIL LISTRIK
  • Otentisitas bisa Menjadi Alat Diferensiasi Bisnis
  • SLOGAN BARU JAKARTA
  • RELIABILITY SPBU PERTAMINA
  • MENDADAK TENIS ” FOMO Marketing Matters “
  • PAMALI MARKETING PLAN 2023 PESIMIS
  • 2023 TAHUN TERANG The Power of Self-Fulfilling Prophecy
  • AKANKAH STARTUP BUBBLE PECAH?
  • HABIS TERANG TERBITLAH GELAP FOMO matters.
  • PHK META “Pelajaran Berharga”
  • BAGAIMANA KONSUMEN PINDAH KE LAIN HATI?
  • BIROKRASI MELAYANI BUKAN MENYULITKAN
  • BLUNDER BAIM WONG Brand Harus Punya “Netizen Sensitivity”
  • BRAND REPOSITIONING POLRI
  • MENYIKAPI BRAND TERRORIST “Pelajaran dari Esteh Indonesia”
  • FOMO MARKETING HYUNDAI IONIQ 5
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top
yuswohady.com
  • Home
  • Biography