yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Cashless & Mobile

by yuswohady October 12, 2013
October 12, 2013

Kantor saya Inventure melalui lembaga think tank-nya CMCS (Center for Middle Class Consumer Studies) barusan merampungkan riset di 6 kota utama Tanah Air (Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Medan, Makassar). Riset tersebut mencoba mengungkap perilaku konsumen kelas menengah bank dan layanan keuangan (termasuk asuransi). Hasil riset tersebut akan diterbitkan dalam bentuk sebuah laporan Indonesia Middle Class Banking Consumer Report: “Getting Cashless and Mobile” dalam beberapa minggu ke depan.

Riset tersebut menarik karena menghasilkan banyak temuan yang mencengangkan. Namun saya hanya akan sharing tiga di antaranya.

The Hot: “Konsumtif + Ngutang”
Konsumen kelas menengah kita kian konsumtif. Sekitar ¾ pengeluran rumah tangga kelas menengah dialokasikan untuk konsumsi mulai dari kebutuhan sehari-hari (41%), mencicil hutang (12%), berkomunikasi seperti telepon dan berinternet (9%), dan menikmati hiburan (7%). Hanya seperempat dari pendapatan ditabung (16%) dan diinvesasikan (3%). Yang menarik, kelas menengah kita sudah cukup sadar asuransi karena sekitar 7% pengeluaran dialokasikan untuk asuransi.

Konsumen kelas menengah kita juga mulai terbiasa berhutang, bahkan kecanduan menyicil. Beli motor dicicil, beli sofa dicicil, beli gadget ponsel dicicil. Ketika mereka ditanya apakah menyicil itu positif, sekitar 89% responden mengatakan baik, sangat baik, dan sangat baik sekali. Saya sering mengatakan, sifat konsumtif dan budaya berhutang ini layaknya percik api dan bensin.

Budaya konsumtif kelas menengah ini tak mengherankan karena massifnya terjangan iklan-iklan menggiurkan di TV, koran/majalah, Twitter/Facebook, dan tentu saja diskon-diskon yang terus merayu di mal-mal. Gaya konsumtif juga membudaya karena pengaruh tetangga atau teman yang bergaya hidup konsumtif. Ingat, konsumtivisme memang bak wabah penyakit yang menular supercepat.

Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga (%)

The Obsolette: “Kantor Cabang Kian Tak Menarik”
Fenomena lain yang menarik adalah semakin tak menariknya kantor cabang sebagai tempat untuk bertransaksi perbankan. Sebagai gantinya, konsumen kelas menengah mulai intensif menggunakan cara bertransaksi elektronik seperti menggunakan kartu kredit, kartu debit, internet banking, mobile banking, dan sebagainya. Dengan tren ini kelas menengah Indonesia siap menyongsong era branchless banking.

Dari total responden sebanyak 1532 orang, sekitar sepertiga (33%) sudah tidak tertarik lagi bertransaksi di kantor cabang bank. Alasannya macam-macam, tapi yang utama karena antrean yang panjang dan mereka bisa melakukannya menggunakan ATM, kartu kredit, atau intenet banking. Memang mereka tetap belum bisa meninggalkan kantor cabang karena masih memerlukannya untuk mencetak buku tabungan dan menyetor dana.

Ketertarikan Bertransaksi di Kantor Cabang (%)

The Techy: Cashless Consumer
Yang membanggakan adalah bahwa konsumen kelas menengah kita makin techy dalam bertransaksi perbankan dengan memanfaatkan layanan transaksi elektronik seperti ATM, kartu debit, kartu kredit, internet banking, mobile banking, dan e-money. Mereka makin cashless dan mobile. Temuan ini mengonfirmasi hipotesis bahwa konsumen kelas menengah adalah konsumen yang berpengetahuan (knowledgeable) dan melek teknologi (techy).

Seperti tampak pada gambar, untuk belanja online cukup siknifikan konsumen yang menggunakan kartu debit (24%), internet banking (23%), dan  kartu kredit (13%). Untuk keperluan makan di luar rumah, kian siknifikan konsumen kelas menengah yang menggunakan kartu debit (21%) dan kartu kredit (14%). Sementara untuk tagihan kartu debit (25%), kartu kredit (10%), dan internet banking (8%) mulai siknifikan mereka gunakan.

Alat Transaksi Pembayaran (%)

Yang membuat saya bungah, adalah adanya kenyataan  bahwa konsumen kelas menengah Indonesia sangat optimis dengan nasib dan masa depannya. Sekitar 90% dari responden merasa optimis, sangat optimis, dan sangat optimis sekali dengan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Optimisme inilah yang menjadi modal tak ternilai bagi bangsa ini untuk menjadi bangsa besar.

Pesan terbesar kolom ini sederhana, bahwa konsumen kelas menengah kita berubah sangat cepat. Para bankir tak bisa tidak harus merespons sama cepatnya. “Change or die!”

Related posts:

  1. Horizontal Mobile Marketing
  2. Candu Kartu Kredit
  3. Kelas Menengah Rapuh
  4. “OKB”
  5. Duit Menganggur… No Way!
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Rakyat Memimpin Diri Sendiri
next post
Ngutang

Baca Juga

Milenial Jaman Now: Penggerak Leisure Economy

November 18, 2017

“Dua Dunia” Otak Kita

October 13, 2017

Best Business Book 2016 – My Picks

December 24, 2016

The Dark Side of the Gen Z

September 24, 2016

Pahlawan Pajak

September 3, 2016

Bukber

June 18, 2016

Sharing Economy dan Koperasi

March 26, 2016

Multi-Tribes Netizen

February 21, 2016

Millennial Trends 2016

January 17, 2016

Brand in Crisis

January 9, 2016

6 comments

iis sabahudin October 13, 2013 - 12:16 am

Yes, change! Or die…

Reply
Zakia Wishbeukhti October 13, 2013 - 3:28 am

Bener banget, jarang sekali datang ke kantor cabang suatu bank, krn sudah bisa pakai atm dan internet banking maupun mobile banking… kecuali terpaksa utk ngurus sesuatu yg mengharuskan datang ke kantor cabang…

Reply
Cashless Society dan Konsumerisme — yuswohady.com November 2, 2013 - 9:41 pm

[…] satu temuan survei tersebut yang membuat saya galau. Salah satu temuan menarik dari survei bertajuk Indonesia Middle Class Banking Consumer Report 2014: “Getting Cashless and Mobile” tersebut adalah kenyataan bahwa nasabah kelas menengah kita kian siap meyongsong era cashless […]

Reply
yoga kurniawan November 8, 2013 - 2:30 am

Tulisan yang bagus gan!. ada juga nih sehubungan dengan cashless consumer topik, ada bacaan menarik di positivemoney.org, Saya malah makin “galau” kalo semakin cashless.

Reply
Keynote Speech | Efi Dyah Indrawati December 24, 2013 - 5:22 am

[…] 2/ Perilaku kelas menengah di 6 kota utama: penghasilan 75% digunakan untuk konsumsi, hanya 25% yang ditabung dan investasi. Hasil riset terbaru oleh Center for Middle Class Consumer Studies. […]

Reply
Manajemen Keuangan Kelas Menengah Mencemaskan January 29, 2014 - 12:43 pm

[…] Perilaku kelas menengah di 6 kota utama: penghasilan 75% digunakan untuk konsumsi, hanya 25% yang ditabung dan investasi. Hasil riset terbaru oleh Center for Middle Class Consumer Studies. […]

Reply

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • WELCOME ERA “CUCI PIRING” HABIS PANDEMI, TERBITLAH RESTRUKTURISASI

    June 21, 2022
  • “SESAT PIKIR” STARTUP DIGITAL

    June 21, 2022
  • KUTUKAN “BAKAR DUIT”

    June 21, 2022
  • REVENGE LEISURE

    June 13, 2022
  • NEW ERA OF STARTUP Post-Pandemic

    June 10, 2022
  • DON’T THINK JUST DO IT

    June 7, 2022
  • KENAPA INDOMARET & ALFAMART SELALU BERDEKATAN?

    June 7, 2022
  • NOSTALGIA MARKETING

    June 3, 2022
  • THE POWER OF 3R “REVIEW, RATING, RECOMMENDATION”

    May 31, 2022
  • PACEKLIK STARTUP DIGITAL

    May 25, 2022
  • GREAT BRAND LAUNCH

    May 23, 2022
  • WOM Adalah API FOMO Adalah BENSIN

    May 23, 2022
  • BRAND MEMECAT KONSUMEN

    May 20, 2022
  • INVESTASI STRATEGIS “TLKM X GoTo”

    May 17, 2022
  • THE DARK SIDE of WORD OF MOUTH MARKETING

    May 17, 2022
  • KENAPA FILM “KKN DESA PENARI” SUKSES?

    May 13, 2022
  • RIP iPod 3 Pelajaran Disrupsi

    May 12, 2022
  • SHAREABLE CONTENT

    May 11, 2022
  • DEMAND SHOCK MUDIK

    May 11, 2022
  • WORD OF MOUTH KHONG GUAN & MARJAN

    May 10, 2022

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • WELCOME ERA “CUCI PIRING” HABIS PANDEMI, TERBITLAH RESTRUKTURISASI
  • “SESAT PIKIR” STARTUP DIGITAL
  • KUTUKAN “BAKAR DUIT”
  • REVENGE LEISURE
  • NEW ERA OF STARTUP Post-Pandemic
  • DON’T THINK JUST DO IT
  • KENAPA INDOMARET & ALFAMART SELALU BERDEKATAN?
  • NOSTALGIA MARKETING
  • THE POWER OF 3R “REVIEW, RATING, RECOMMENDATION”
  • PACEKLIK STARTUP DIGITAL
  • GREAT BRAND LAUNCH
  • WOM Adalah API FOMO Adalah BENSIN
  • BRAND MEMECAT KONSUMEN
  • INVESTASI STRATEGIS “TLKM X GoTo”
  • THE DARK SIDE of WORD OF MOUTH MARKETING
  • KENAPA FILM “KKN DESA PENARI” SUKSES?
  • RIP iPod 3 Pelajaran Disrupsi
  • SHAREABLE CONTENT
  • DEMAND SHOCK MUDIK
  • WORD OF MOUTH KHONG GUAN & MARJAN
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top