Kenapa UMKM (usaha mikro-kecil-menengah) harus dibangun mereknya? Karena kalau puluhan juta (yup, puluhan juta!) UMKM kita memiliki merek yang kokoh, mereka akan menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia menjadi big ten ekonomi dunia. Karena kalau merek UMKM kita tangguh, mereka akan menyerap ratusan juta (yup, ratusan juta!) angkatan kerja kita. Karena kalau merek UMKM kita solid, mereka akan memiliki global competitiveness penghasil devisa sekaligus menjadi tameng agar rupiah tidak di KO dolar.
Pekerjaan membangun merek UMKM adalah agenda mahabesar setiap anak negeRI untuk menyongsong dua momentum kesempatan “sekali sepanjang hayat” (saya menyebutnya “Twin Megatren Indonesia”) yaitu: momentum “bonus demografi” dan momentum “revolusi konsumen kelas menengah”. Saya bisa pastikan kita tak akan mampu lolos dari “middle-income trap” alias tak mampu masuk dalam jajaran negara maju baru, kalau UMKM kita hanya menjual komoditas dan produk-produk bernilai tambah rendah. Kenapa bernilai tambah rendah? Karena tidak ada “suntikan” branding di situ. Ingat, Starbucks bisa laku Rp.40.000 (bukan cuma Rp 4.000) berkat suntikan branding ini.
Yang sanggup memanggul agenda mahabesar membangun merek UMKM bukanlah pemerintah, melainkan para entrepreneur yang menjadi pelaku bisnis UMKM di seluruh pelosok Nusantara. Dengan bekal daya juang empat-lima, semangat kemandirian (tidak mengemis-ngemis minta proteksi pemerintah), dan kompetensi berkelas dunia, saya yakin mereka akan sukses mengemban misi mulia ini.
Tulang Punggung
Argumentasi saya mengenai pentingnya membangun merek (building brand) perusahaan-perusahaan di sektor UMKM di atas bukanlah untuk melebih-lebihkan. Itu karena memang sektor ini memiliki kekuatan dan pengaruh yang luar biasa bagi ekonomi Indonesia. Tak percaya? Coba tengok data-data berikut.
Pada tahun 2011 lalu, jumlah UMKM kita mencapai 55,2 juta unit, sebuah jumlah yang luar biasa besar. Itu artinya secara unit sektor-sektor ekonomi kita didominasi oleh sektor UMKM hingga mencapai 99.9%. Ruarrr biasa!!! Sektor usaha besar hanya berjumlah sekitar 5000 unit atau 0,01%. Dengan jumlah sebanyak itu UMKM menyerap sebanyak 101 juta tenaga kerja atau 86,6% dari total tenaga kerja kita sebanyak 117,5 juta dan menghasilkan produk domestik bruto (PDB) Rp. 4.303,6 triliun atau 57,9% dari total PDB kita sebesar Rp.7.427 triliun.
Yang dimaksud usaha mikro adalah perusahaan yang memiliki omset maksimal Rp.300 juta dan aset maksimal Rp.50 juta setahun. Usaha kecil memiliki omset Rp.300 juta sampai Rp.2,5 miliar dan aset antara Rp.50-500 juta. Usaha menengah memiliki omset Rp.2,5 miliar sampai 50 miliar dan aset Rp.500 juta sampai 10 miliar. Sementara usaha besar memiliki omset di atas Rp.50 miliar dan aset di atas Rp.10 miliar. Di antara sektor UMKM, secara jumlah unit, memang sektor mikro sangat mendominasi mencapai 54,6 juta unit atau 98,8%.
Dari gambaran komposisi pelaku ekonomi tersebut, menjadi jelas bahwa bangsa ini harus sadar, harus bangun, harus ambil langkah super cepat untuk memprioritaskan sektor ini secara ekstra serius. Kalau barusan saya sebut “bangsa ini” maka itu bukan melulu pemerintah, yang justru paling berperan adalah para entrepreneur UMKM-nya sendiri. Di tangan merekalah sesungguhnya nasib bangsa ini ditentukan. Karena itu saya tak segan-segan menyebut mereka sebagai pahlawan ekonomi nasional.
Capacity Building
Dengan latar belakang semacam itu, saya kemudian sadar bahwa titik paling lemah dari UMKM kita adalah capacity building, yaitu kemampuan (knowledge, skill, attitude) dari para pelaku UMKM (pemilik dan manajer) dalam membangun merek UMKM Indonesia yang berdaya saing kelas dunia (world-class). “They must be world-class talents that produce world-class brand.” Jadi bagi saya, capacity building para pelaku UMKM merupakan faktor kunci merek-merek UMKM kita berbicara di kancah global.
Harus diingat, yang dimaksud dengan membangun merek di sini bukanlah sekedar menciptakan disain logo yang bagus, promosi produk, atau public relation. Brand building adalah keseluruhan proses membangun daya saing untuk menghasilkan value terbaik bagi konsumen yang mencakup seluruh aspek manajemen dari perusahaan, mulai dari pemasaran, pengembangan produk dan kemasan, layanan pelanggan, penjualan, proses bisnis internal, membangun SDM, hingga manajemen keuangan.
Coba lihat Starbucks. Brand Starbucks hebat bukan semata karena logo atau promosinya, tapi komplit mulai dari produk kopinya yang berkualitas dunia, konsep gerai yang cocok untuk nongkrong, customer experience yang tercipta oleh ambien ruangan yang cool, pengembangan produk, customer service, bahkan budaya kerja dari para pramusajinya.
Nah, saya melihat, hingga saat ini belum banyak UMKM kita yang “sadar merek”, mereka beroperasi sekedar untuk mendapatkan omset dan kurang memikirkan investasi jangka panjang untuk membangun merek. Sebabnya bisa tiga: pertama, karena tidak tahu harus bagaimana. Kedua, sudah tahun tapi tak mampu. Ketiga, sudah tahu tapi tak mau (“emang gue pikirin!!!”).
Itu sebabnya perusahaan-perusahaan besar di seluruh negeRI harus bahu-membahu mengulurkan tangan bagi si kecil. Tujuannya, agar si kecil berkembang layaknya si besar; agar si kecil punya global competitiveness layaknya si besar. Di sinilah spirit of giving mendesak untuk ditumbuh-suburkan di kalangan para profesional perusahaan-perusahaan besar.
Connecting the Dot
Pertanyaannya, bagaimana mewujudkannya? Selama beberapa minggu terakhir saya bersama beberapa teman komunitas menggodog sebuah inisiatif yang diharapkan bisa memecahkan (walaupun kecil) permasalahan capacity building UMKM ini. Inisiatif ini diberi nama: memberiID. Inisiatif ini berupaya merangkul para profesional di perusahaan-perusahaan besar (nasional maupun asing) untuk berkontribusi membagi pengetahuan dan pengalaman mereka kepada para pelaku UMKM (pemilik maupun manajer) dalam rangka membangun merek UMKM yang kokoh dan berdaya saing global.
Kontribusi mereka bukan dalam bentuk finansial atau fasilitas, tapi berupa inspirasi (inspirations/ideas), pengetahuan (knowledge), dan ketrampilan (skill). Saya melihat, para profesional di ribuan perusahaan yang tersebar di seluruh tanah air ini merupakan “aset nasional” karena mereka memiliki ekspertis, kompetensi, dan pengalaman di berbagai bidang manajemen, yang seharusnya bisa di-share ke pihak-pihak yang membutuhkan seperti para pelaku UMKM. Selama ini aset itu “menganggur” karena tak ada wahana yang memanfaatkannya.
Kalau potensi energi dahsyat di perusahaan-perusahaan besar itu bisa “dialirkan” ke UMKM, maka hal ini akan menghasilkan manfaat dahsyat bagi Merah-Putih. Jadi inisiatif ini merupakan upaya “connecting the dot” dari sektor usaha besar ke sektor usaha liliput yang selama ini tak tersambung. Di sinilah spirit “yang besar membantu yang kecil” diharapkan terwujud.
Saya bermimpi UMKM kita mampu menghasilkan merek restoran berkelas dunia, merek buah lokal berkelas dunia, merek batik berkelas dunia, merek online game berkelas dunia, merek baju muslim berkelas dunia. Dan dengan begitu, konsumen kita tak lagi gandrung pada merek impor. Dan dengan begitu, UMKM kita menjadi tameng rupiah agar tak di KO oleh dolar.
*Let’s Act!
Saya mengajak teman-teman untuk mewujudkan ide mulia membangun merek UMKM yang tangguh di pasar global melalui inisiatif capacity building di @memberiID. Bagi para profesional dan entrepreneur sukses bisa menjadi pengajar, bagi para pelaku UMKM bisa menjadi partisipan sesi-sei sharing/coaching (S/C), dan bagi siapapun yang terketuk bisa menjadi volunteer komunitas ini.
Datang saja di acara launching Komunitas Memberi akan diselenggarakan Sabtu, 7 September 2013 pk.09-12.00 di Learning Center PT.JNE, Tomang. Launching event ini sekaligus akan menjadi kelas pertama Komunitas Memberi yang menampilkan sesi sharing bertopik: “Building a Giving Company: The More You Give, The More You Get.” dengan narasumber HM Johari Zein, CEO PT.JNE dan Karman, Owner, sidjibatik.com.
Sebuah Sesi yang sangat menarik, karena JNE dan Sidjibatik merupakan role model dari “the giving company” yang bisa ditiru perusahaan lain di seluruh Tanah Air. Informasinya di: www.memberi.org atau follow: @memberiID.
4 comments
Terima kasih artikelnya mas. Selalu inspiratif. Karena pada hakikatnya, apa yang kita beri itulah sebenarnya milik kita yang abadi.
Wassalam,
Yaser PASS (numpang branding)
Makasih mas, penting buat saya. Saya boleh ikutan ya, pengin belajar banyak. Usaha saya masih sangat kecil.
Salam,
http://www.LadakaHandicraft.com
Yo ikuuut demi kejayaan UMKM Indonesia!!!
[…] fakta menarik diungkap di link ini. Bahwa pada tahun 2011 lalu, jumlah UMKM kita ternyata ada 55,2 juta unit. Atau berarti 99.9% dari […]
jika saya ingin menjadi pengajar daftarnya dimana mas.. thanks