yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

The Indonesian Dream

by yuswohady June 8, 2013
June 8, 2013

“The American Dream” adalah sebuah ungkapan sangat populer yang menggambarkan etos bangsa Amerika dalam melakukan mobilitas sosial untuk menggapai puncak kesuksesan terlepas dari kelas, kasta, ras, agama, atau dari etnik mana mereka berasal. Dalam karya klasiknya Epic of America (1931), penulis James Truslow Adams mendefinisikan The American Dream sebagai berikut: “Life should be better and richer and fuller for everyone, with opportunity for each according to ability or achievement, regardless of social class or circumstances of birth.”

Dengan spirit “all men are created equal” setiap rakyat Amerika, apapun latar belakang mereka, punya kesempatan yang sama untuk menjadi milyarder, bintang Hollywood yang moncer di seluruh jagad, atau tokoh politik yang berlimpah kekuasaan. Karena itu The American Dream kemudian menjadi sebuah obsesi bagi setiap rakyat Amerika dalam berjuang melakukan mobilitas sosial. Obsesi ini mulai menjadi populer setelah Great Depression tahun 1930-an dan mencapai critical mass menyusul berakhirnya perang Dunia II yang kemudian diikuti boom ekonomi Amerika.

Sosok-sosok “rakyat jelata” yang berjuang dari nol hingga menjadi tokoh sukses (from zero to hero) biasanya didapuk sebagai ikon dari The American Dream. Sebut saja tokoh-tokoh hebat seperti Sam Walton, Elvis Presley, Bill Gates, Steve Jobs, Donald Trump, Barrack Obama, Oprah Winfrey, hingga Mark Zuckerberg. Mereka sering disebut sebagai ikon-ikon yang sukses mewujudkan The American Dream karena kerja keras sampai titik darah penghabisan.

The Chinese Dream
Seiring dengan munculnya keajaiban ekonomi China, ide The American Dream pun kemudian diekspor ke negeri Tirai Bambu ini. Seperti kita tahu, selama 15 tahun terakhir China menikmati pertumbuhan yang luar biasa. Kalau pada tahun 1995 pendapatan perkapitanya hanya sekitar $600, tahun lalu telah naik hingga 10 kali lipat di atas $6000. Dalam kurun waktu yang sama proporsi masyarakat kelas menengahnya (dengan pengeluaran rata-rata sehari sebesar $2-20) meroket dari 55% menjadi di atas 90%.

Kemajuan ekonomi luar biasa itu mendorong rakyat China memiliki obsesi mobilitas sosial persis seperti yang terjadi di Amerika. “The Chinese Dream” dalam bentuk obsesi untuk menjadi kaya raya kini melanda masyarakat China. Dalam bukunya, The Chinese Dream, Helen Wang menemukan bahwa kalangan kelas menengah China kini banyak yang terobsesi oleh apa yang ia sebut “the Chinese dream” yang menjadi simbolisasi masyarakat mengenai kesuksesan yang ideal: memiliki rumah besar, mobil mewah, rekening gendut, dan hidup bergelimang harta.

Tak heran jika kelas menengah China sangat American-minded. Ujar Helen Wang, “Many middle class Chinese are influenced by the American way of life. They are bombarded by many material temptations and proliferating choices. TV commercials, the Internet, and Hollywood movies give them a rosy picture of the American middle class.” Sosok-sosok sukses bergelimang harta seperti Bill Gates atau Mark Zuckerberg selalu mengiang-ngiang, menggoda otak dan sanubari mereka.

Peluang ekonomi luar biasa yang muncul akibat era keemasan China menjadikan masyarakat di negeri Panda ini tak mau kehilangan momentum berharga untuk mendongkrak status sosial ekonomi. Mereka yang menjadi profesional bekerja keras hingga larut malam untuk mendapatkan promosi dan kenaikan gaji. Sementara mereka yang membangun usaha berjuang keras untuk mencari peluang-peluang agar bisnisnya mereka maju pesat. Hanya satu “agama” mereka, yaitu: “s-u-k-s-e-s”

Obsesi Kaya Raya
Nah, melihat perkembangan ekonomi Indonesia yang luar biasa sejak 5 tahun terakhir, saya mengamati, The American Dream rupanya tak hanya mempengaruhi China, tapi juga mulai merasuki masyarakat kelas menengah Indonesia. Spirit masyarakat kelas menengah kita untuk berjuang menaikkan status sosial kini sedang hot-hot nya. Mereka berlomba-lomba bekerja keras untuk mewujudkan mimpi mencapai kemapanan ekonomi. Mereka terobsesi untuk mewujudkan “The Indonesian Dream”.

Tak mengherankan jika hasil survei terhadap konsumen kelas menengah yang saya lakukan akhir tahun lalu menghasilkan temuan yang mengkonfirmasi hal ini. Dari delapan segmen konsumen kelas menengah yang saya identifikasi, dua segmen dengan ukuran terbesar yaitu climber (21,5%) dan performer (18%) adalah kelompok masyarakat yang berorientasi menaikan status sosial dan kesuksesan ekonomi. Mereka terobsesi oleh The Indonesian Dream: rumah besar, mobil mewah, rekening gendut, hidup bergelimang harta.

Komposisi Konsumen Kelas Menengah Indonesia

Saya punya contoh gampang betapa obsesi The Indonesian Dream itu telah merasuki masyarakat kita. Pertama adalah seminar. Coba buka koran, lalu cari apa saja jenis seminar yang sedang hot dan diminati masyarakat? Pasti Anda akan mendapati bahwa yang diminati masyarakat tak jauh-jauh dari seminar motivasi dan workshop yang memberikan trik-trik jitu untuk menjadi kaya-raya. Bisa melalui jual beli saham, investasi emas (ups… banyak yang tertipu!?!), atau tentu yang paling hot adalah melalui jual-beli properti.

Yang paling ideal tentu adalah obsesi menjadi kaya raya diwujudkan melalui kerja keras dan ketekunan. Dan itulah yang juga saya lihat kini terjadi di Indonesia. Setidaknya di Jakarta, coba saja lihat di gerai-gerai Starbucks, McCafe, atau 7-Eleven pada pukul 12 malam atau 1 dini hari. Di situ kita temui gerai tersebut penuh sesak orang-orang yang sibuk bekerja: ada yang bersibuk ria dengan laptopnya, ada yang sedang meeting, atau ada yang mendiskusikan pekerjaan atau bisnis dengan kolega.

Karena itu saya berharap, seperti halnya yang terjadi di Amerika dan China, obsesi The Indonesia Dream ini akan menjadi “lokomotif” dari kemajuan ekonomi Indonesia di tengah momentum revolusi kelas menengah dan bonus demografi beberapa tahun ke depan. Ketika semua orang berpikir untuk melakukan mobilitas sosial untuk menaikan kualitas hidupnya, maka daya kreasi, inovasi, kewirausahaan, dan etos kerja keras akan tumbuh subur di negeri ini. Ketika semua orang di negeri ini optimis dan percaya diri bahwa kehidupan mereka akan lebih baik di masa depan, maka itu merupakan “bahan bakar” yang luar biasa bagi negeri ini untuk menggulirkan ekonomi lebih kencang lagi.

Tapi segala sesuatu selalu ada sisi gelapnya. Barangkali korupsi adalah sisi gelap dari The Indonesia Dream. Terus terang saya curiga, kenapa para koruptor kita selalu punya semangat baja pantang-menyerah untuk mengkorupsi harta negara. Saya juga heran kenapa para koruptor itu tak kunjung punya budaya malu menyunat uang rakyat, padahal sudah puluhan bahkan ratusan koruptor dijebloskan ke penjara dan diekspose di TV besar-besaran.

Kesimpulan sementara saya hanya satu: barangkali budaya malu itu terkalahkan oleh obsesi The Indonesian Dream yang begitu membara di dada para koruptor… obsesi untuk punya rumah besar, mobil mewah, rekening gendut, hidup bergelimang harta. Uppsss…

Related posts:

  1. Ruarrr Biasa… Kelas Menengah Cina
  2. Marketing Dream Team
  3. Marketing Dream Team
  4. China’s Upper Middle Class Hungry for Luxury Product
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Aku Cinta Merek (Bukan Produk) Indonesia
next post
Vicious Circle Merek Lokal

Baca Juga

Milenial Jaman Now: Penggerak Leisure Economy

November 18, 2017

“Dua Dunia” Otak Kita

October 13, 2017

The Dark Side of the Gen Z

September 24, 2016

Bukber

June 18, 2016

Multi-Tribes Netizen

February 21, 2016

Strategy in Crisis

September 12, 2015

Consumers in Crisis

September 5, 2015

#C3000 dan Value Innovation

June 13, 2015

Value Innovator

May 31, 2015

Jomblo Lifestyle

October 25, 2014

2 comments

santi djiwandono June 9, 2013 - 8:33 am

Menurut saya Pak, di Indonesia masih kurang penghargaan terhadap proses, hasil akhir doang, persis seperti yg selama ini ‘di didik’ – nilai UAS! Saya tertarik, China dan Amerika, apakah seimbang menghargai proses dan hasil ya Pak? Saya pikir itu kunci penting juga, untuk mencapai “dream” yang sesungguhnya. Relevan gak ya? hmmm…

Reply
ibe BajuSeragamJakarta.Com June 14, 2013 - 2:03 am

membakar sekali artikelnya pak,
keren

Reply

Leave a Reply to ibe BajuSeragamJakarta.Com Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Megashift #5: Comeback of Homecooking

    March 26, 2021
  • Megashift #4: Healthiness Is the New Caring

    March 24, 2021
  • Megashifts #3: Deeper Family Bond

    March 21, 2021
  • Megashift #2: Insurance Becomes Necessity

    March 20, 2021
  • Megashift #1. Family Is Living in Anxiety

    March 18, 2021
  • The 4 Consumer Megashifts

    March 18, 2021
  • Consumer Megashifts 10X10

    March 14, 2021
  • City Will Be Killed by COVID-19

    March 12, 2021
  • Agility Is Your Most Valuable Asset

    March 7, 2021
  • Corona: A Serial Killer

    February 26, 2021
  • Sharing Economy in the Pandemic

    February 19, 2021
  • Syariah Universal

    February 12, 2021
  • Stay @ Home Lifestyle

    February 7, 2021
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks

    December 27, 2020
  • Best Business Books 2020: My Picks

    December 24, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (3)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (2)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (1)

    December 14, 2020
  • 6 Forces of Change 2021

    December 13, 2020
  • Konsumen Indonesia Optimis

    November 28, 2020

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • Megashift #5: Comeback of Homecooking
  • Megashift #4: Healthiness Is the New Caring
  • Megashifts #3: Deeper Family Bond
  • Megashift #2: Insurance Becomes Necessity
  • Megashift #1. Family Is Living in Anxiety
  • The 4 Consumer Megashifts
  • Consumer Megashifts 10X10
  • City Will Be Killed by COVID-19
  • Agility Is Your Most Valuable Asset
  • Corona: A Serial Killer
  • Sharing Economy in the Pandemic
  • Syariah Universal
  • Stay @ Home Lifestyle
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks
  • Best Business Books 2020: My Picks
  • Industry Megashifts 2021 (3)
  • Industry Megashifts 2021 (2)
  • Industry Megashifts 2021 (1)
  • 6 Forces of Change 2021
  • Konsumen Indonesia Optimis
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top