yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Orang Beken Baru

by yuswohady March 9, 2013
March 9, 2013

Selama ini kita mengenal istilah “orang kaya baru” disingkat OKB. Kini, saya punya “mahluk baru” lain di era Consumer 3000. Mahluk baru tersebut saya beri nama “orang beken baru”, disingkat: OBB.

OKB adalah orang yang sebetulnya belum kaya-kaya amat, tapi sudah merasa kaya. Akibatnya lagak-gayanya sudah kayak orang kaya, bahkan melebihi orang kaya yang beneran.

Misalnya, punya kartu kredit nggak cukup satu, tapi lima atau bahkan sepuluh. Ditaruh berjejal-jejal di dompet agar waktu membayar di mal kartu kreditnya kelihatan semua. Misalnya lagi, punya smartphone nggak cukup satu. Bisa dua, bisa tiga: satu untuk nelpon, satu untuk BBM-an, satu lagi untuk berburu apps.

OBB setali tiga uang. Mereka sebetulnya belum beken-beken amat. Tapi lagak-gayanya sudah kayak orang beken, bahkan melebihi artis dan selebriti kondang. Jaim (“jaga image”) abis. Pokoknya sok beken abiiiissss!!!

Di era “revolusi media sosial”, dimana Twitter, Facebook, atau Youtube memungkinkan seseorang begitu gampang menjadi beken, wabah OBB menjalar begitu cepat layaknya wabah kolera. Di era “revolusi narsis”, dimana siapapun kini punya kesempatan untuk menjadi pusat perhatian dan sorotan khalayak, wabah OBB meluas begitu cepat layaknya wabah flu burung. Ingat, “connected customers create a narcissistic world”.

Dulu, untuk menjadi orang beken jalan yang ditempuh begitu panjang-berliku. SBY misalya, untuk bisa beken seperti sekarang harus berpuluh tahun merintis karir di kemiliteran, mendirikan Partai Demokrat, berjuang memenangkan pemilu, hingga kemudian menjadi presiden. Agnes Monica untuk bisa beken seperti sekarang harus merintis sejak dini menjadi penyanyi anak-anak, bertransformasi menjadi penyanyi remaja, hingga akhirnya menyandang sebutan sebagai diva pop. Atau, Anas Urbaningrum untuk bisa beken seperti sekarang harus merintis karir politik sejak mahasiswa di HMI, nyemplung di partai Demokrat hingga menduduki posisi puncak, dan akhirnya tersandung kasus Hambalang dan keluar pameo: “Gantung Anas di Monas” yang meroketkan popularitas.

Kini, untuk menjadi beken gampangnya minta ampun. Cukup punya 1000 follower di Twitter, kita sudah memproklamirkan diri sebagai orang beken. Cukup punya teman 1000 orang di Facebook, kita sudah memproklamirkan diri sebagai orang beken. Cukup pasang video di Youtube dilihat 1000 orang, kita sudah memproklamirkan diri sebagai orang beken.

Makanya di ranah Twitter, Facebok, atau Youtube kini penuh berjejal orang-orang yang menganggap dirinya beken. Dan mereka memutar otak melakukan personal branding, social media marketing, Twitter marketing, atau apapun namanya, untuk menjadi kian beken dan menjadi yang terbeken di antara orang-orang beken lain. Di tengah perlombaan orang beken tersebut narsis menjadi panglima: “narsis becomes way of life”

Seperti layaknya artis dan seleb kondang, para OBB ini jaim minta ampun. Pas ia sarapan di warteg kolong gang, twit tiarap, diam seribu basa. Tapi giliran ia nongkrong di Starbucks atau Sevel, twit seperti mitraliur memuntahkan peluru memberondong musuh. Ditel-ditel ia ceritakan: mulai dari Iced Caramel Macchiato yang dipesan, cewek yang jadi teman ngobrol, gadget yang dibawa, di samping tentu, “jepret-jepret-jepret” foto narsis untuk update status.

Pas nonton plus joget dangdut di hajatan sunatan tetangga twit berhenti berkoar. Tapi giliran nonton Java Jazz di JIExpo Kemayoran twit tak hentinya berkoar-koar. Panggung yang dikunjungi, artis yang ditonton, lagu-lagu yang dimainkan, merchandise yang dibeli, semuanya diobral ke followers. Tentu saja tak ketinggalan, “jepret-jepret-jepret” foto narsis untuk update status.

Tiap kali ada OBB yang obral narsis seperti ini, dalam hati saya selalu bergumam: “Terus gue harus bilang WOW gitu!?!”

Di Twitter dan Facebook, OBB adalah sosok yang baik hati dan tidak sombong. Pokonya mirip sosok “Boy” dalam film “Catatan Si Boy” jaman saya muda dulu. Di Twitter atau Facebook mereka harus tampil all-out sehingga pantas dipuja dan dikagumi oleh followers. Tipenya ada dua. Pertama, ada yang selalu bertutur halus, bijak, suka menasehati, banyak ilmu, menginspirasi, suka mengutip puisi-puisi cinta Khalil Gibran atau Taufik Ismail. Kedua, ada yang slengekan, nyentrik, jahil, usil, sok akrab. Walaupun selintas berbeda, sesungguhnya tujuan mereka sama: membangun citra berkilau yang pantas dikagumi dan digilai followers.

Sosok OBB paling gampang terlihat dari foto profil di Twitter atau Facebook. OBB paling suka gonta-ganti foto profil dan setiap foto tersebut selalu tampil prima. Tak peduli wajah berantakan, dipermak kanan-kiri pakai Photoshop, tampilan wajah pun berubah menjadi kinclong. Jerawat dihilangkan, hidung sedikit dimancungkan, jidat diratakan. Atau kalau wajah sudah terlalu berantakan dan tak tertolong lagi, berbagai efek Photoshop atau Instagram siap memanipulasi: dikaburkan, efek siluet, efek black & white, efek glow, dsb.

OBB juga paling gila sapaan, retweet, atau mention dari para followers atau teman. Sejam saja nggak mendapat sapaan atau mention dari followers atau teman, rasanya dunia mau kiamat. Ya karena itu berarti dia tidak menjadi sorotan, dia tidak sedang menjadi pusat perhatian, ia tidak sedang menjadi bintang.

Anda OBB? Tak usah malu, tak usah takut, tak usah sungkan-sungkan. Anda punya teman. Ya, karena perasaan saya juga mulai kejangkitan wabah OBB, uppss! Ssssst… jangan bilang-bilang!!! 😀 😀 😀

Related posts:

  1. Merayakan Tahun Baru
  2. Radar Map of Influence on Twitter – 140 Orang Paling Berpengaruh di Twitter
  3. Social Customer
  4. Human Brand
  5. Social Experience
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
Java Jazz, Gamelan, #Stayrelevant
next post
Social Business Transformation

Baca Juga

Memberi eTalk: Surveillance Economy

April 20, 2018

Setiap Orang Berbohong di Facebook

March 10, 2018

Milenial Jaman Now: Penggerak Leisure Economy

November 18, 2017

“Dua Dunia” Otak Kita

October 13, 2017

Facebook: Guru Menulis Terbaik di Dunia

September 9, 2017

Best Business Book 2016 – My Picks

December 24, 2016

The Dark Side of the Gen Z

September 24, 2016

Pahlawan Pajak

September 3, 2016

“Mukidi Effect”

August 27, 2016

Bukber

June 18, 2016

9 comments

Heri March 9, 2013 - 10:00 am

bikin buku “Beken for Dummies” kayaknya bakal laris 😀

Reply
Bagus Abdurrahman Wahid March 9, 2013 - 10:09 am

Hehehe…
Kalau di Twitter pengen dibilang Selebtweet. ^^

Reply
marsudi March 9, 2013 - 7:59 pm

Wow!an amazing awesome article….. Gud luck bro yus!

Reply
lelita March 10, 2013 - 5:44 am

Lha nek sampeyan kan emang udah lama jadi orang beken to mas siwo..lha nulis buku wae wis seket…sukses terus dan makin beken ya….mas…

Reply
Zakia March 12, 2013 - 12:00 pm

sempet deg-degan.. duh jangan2 termasuk nih… *fiuh*
eh bagian terakhirnya mas yuswo bikin mesem 😀

Reply
adil fadillah March 15, 2013 - 7:11 am

selama baca artikel ini..saya ga brenti ketwa

Reply
Jayanti April 22, 2013 - 11:18 pm

hahaha…. nice sharing 😀

Reply
Wasis Handayanto December 23, 2013 - 3:15 am

keren. tp to lah contoh kecil, kalo orang beken nulis apa aja selalu di pandang keren.

Reply
iwan yunani May 31, 2015 - 11:21 am

Hahaha..saya smpai tertawa terbahak-bahak baca artikel ini,,sungguh lucu dn masuk rumus..lucunya OBB ( termasuk saya) ini rata2 ngakunya gak suka di puji dn gak mau ingin beken,,pdahal dlm hatinya WOW..mantap dn mhibur artikelnya Mas Yuswo…

Reply

Leave a Reply to adil fadillah Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Megashift #5: Comeback of Homecooking

    March 26, 2021
  • Megashift #4: Healthiness Is the New Caring

    March 24, 2021
  • Megashifts #3: Deeper Family Bond

    March 21, 2021
  • Megashift #2: Insurance Becomes Necessity

    March 20, 2021
  • Megashift #1. Family Is Living in Anxiety

    March 18, 2021
  • The 4 Consumer Megashifts

    March 18, 2021
  • Consumer Megashifts 10X10

    March 14, 2021
  • City Will Be Killed by COVID-19

    March 12, 2021
  • Agility Is Your Most Valuable Asset

    March 7, 2021
  • Corona: A Serial Killer

    February 26, 2021
  • Sharing Economy in the Pandemic

    February 19, 2021
  • Syariah Universal

    February 12, 2021
  • Stay @ Home Lifestyle

    February 7, 2021
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks

    December 27, 2020
  • Best Business Books 2020: My Picks

    December 24, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (3)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (2)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (1)

    December 14, 2020
  • 6 Forces of Change 2021

    December 13, 2020
  • Konsumen Indonesia Optimis

    November 28, 2020

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • Megashift #5: Comeback of Homecooking
  • Megashift #4: Healthiness Is the New Caring
  • Megashifts #3: Deeper Family Bond
  • Megashift #2: Insurance Becomes Necessity
  • Megashift #1. Family Is Living in Anxiety
  • The 4 Consumer Megashifts
  • Consumer Megashifts 10X10
  • City Will Be Killed by COVID-19
  • Agility Is Your Most Valuable Asset
  • Corona: A Serial Killer
  • Sharing Economy in the Pandemic
  • Syariah Universal
  • Stay @ Home Lifestyle
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks
  • Best Business Books 2020: My Picks
  • Industry Megashifts 2021 (3)
  • Industry Megashifts 2021 (2)
  • Industry Megashifts 2021 (1)
  • 6 Forces of Change 2021
  • Konsumen Indonesia Optimis
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top