Setiap minggu secara rutin saya membuat 2-3 kolom untuk berbagai media cetak maupun online. Rutinitas ini sudah saya jalani selama 15 tahun terakhir. Dulu, saat saya belum punya blog, aktivitas menulis di media cetak terasa “hambar”. Kenapa? Karena setiap kali selesai menulis dan diserahkan ke redaksi, saya tidak tahu tulisan itu juntrungannya ke mana.
Saya tidak tahu siapa yang membaca tulisan tersebut. Saya tidak tahu apakah tulisan itu menarik minat pembaca atau tidak. Saya tidak tahu apakah tulisan itu bermanfaat bagi pembaca. Ya, karena saya tak pernah mendapatkan feedback dari pembaca saya. Celakanya lagi, bahkan saya tidak tahu apakah tulisan itu dimuat atau tidak. Ya, karena jarang koran atau majalah yang mengirimi saya tulisan tersebut setelah dimuat. Jadi, pokoknya saya hanya sebatas menjalankan tugas menulis, titik!
The Power of Blog
Semua itu berubah 180 derajat begitu tahun 2008 saya punya blog. Begitu punya blog saya menemukan enlightenment dari kegiatan saya menulis. Menulis bukan lagi sebuah tugas yang harus saya jalankan karena kewajiban saya kepada redaksi dan pembaca, tapi kini menjadi sebuah aktivitas cool yang membuat hidup saya menjadi lebih hidup (hehe.. kayak iklan saja). Kenikmatan menulis bukan hanya saya dapatkan pada saat menulis, tapi justru saya temukan saat kolom tersebut selesai ditulis dan kemudian dibaca dan mendapat respons dari pembaca. Dari one-way menjadi two-way dan dialog. Dari broadcasting menjadi conversations. Dari boring menjadi cool & engaging. Sejak saat itu pula saya menjadi a passionate blogger.
Ambil contoh kolom “Chief Community Officer” yang saya tulis di blog ini minggu lalu. Begitu diunggah, selama 3 hari berturut-turut kolom tersebut didiskusikan secara bertubi-tubi di Twitter dan Facebook. Bagi saya, mendiskusikan kolom-kolom di blog, Twitter, atau Facebook bersama followers & friends adalah sebuah kenikmatan luar biasa yang priceless, yang tak akan terbeli oleh duit 1 miliar sekalipun (apalagi kalau duitnya dari hasil suap daging impor, upsss…). Dan setiap kali didiskusikan di Twitterland saya selalu terperanjat. Kenapa? Karena selalu saja saya temukan perspektif yang fresh dan berbeda dari apa saya pikirkan sebelumnya. Sekonyong-konyong ide liar pun membuncah dari setiap diskusi itu.
Dan ide-ide fresh itulah yang kemudian memicu ide-ide hot untuk kolom-kolom saya berikutnya. Setiap kali diskusi biasanya “beranak” menghasilkan 3-5 ide kolom berikutnya. Itulah sebabnya saya tidak pernah kekurangan ide untuk kolom-kolom saya. Banyak teman-teman sering heran menanyakan, apakah saya tak pernah paceklik ide untuk menulis 2-3 kolom di blog tiap minggu. Saya jawab nggak pernah, karena ide itu begitu banyak saya dapatkan dengan melakukan conversations dengan followers di Twitter, atau friends di Facebook, atau para pembaca blog setia saya.
Conversations Is a Diamond
Melalui blog saya memicu conversations. Melalui blog saya menciptakan cocreation dengan melibatkan followers dan friends dalam penulisan kolom-kolom saya. Mereka menyumbangkan ide-ide brilian melalui diskusi-diskusi yang kita lakukan di Twitter dan Facebook, lalu saya mengkristalisasi ide-ide tersebut dan mewujudkannya dalam bentuk kolom-kolom yang insightful. Semakin banyak kita melakukan conversation dengan komunitas konsumen kita di media sosial maka semakin powerful pula cocreation yang bisa kita lakukan.
Inilah hebatnya sebuah conversations. Bagi saya conversations tak hanya menjadi medium untuk menjalin relationship dengan konsumen, tapi lebih jauh lagi saya manfaatkan untuk melakukan riset guna mengetahui kebutuhan-kebutuhan kolom yang mereka inginkan dan mereka sukai. Melalui conversations saya mendapatkan insight-insight berharga yang merupakan cermin dari anxiety & desire pembaca-pembaca saya. Ambil contoh bagaimana saya tahu tema-tema kolom yang mereka suka. Caranya gampang saja, semakin banyak kolom-kolom saya dikomentari dan didiskusikan, maka itu artinya konten dari kolom itu menarik bagi para konsumen.
Inilah yang saya sebut “engaging content”, yaitu konten-konten yang mempu menarik perhatian konsumen sehingga mereka mau meresponnya, mengkritisinya, me-retweet (RT), atau bahkan merekomendasikannya ke teman-teman lain. Jadi, semakin saya banyak melakukan conversations, maka semakin ampuh pula saya menciptakan engaging content. Harus diingat, engaging content merupakan faktor kunci kesuksesan untuk membentuk sebuah komunitas konsumen yang solid. Dan kita bisa memproduksi engaging content jika kita mencebur dan menyelam di dunia/kehidupan konsumen; jika kita bisa menghayati common interest dari komunitas konsumen kita.
Yes, You’re a Blogger
Saya menceritakan aktivitas blogging saya di atas bukannya bermaksud untuk menyombongkan diri atau menunjukkan kepada para pembaca bahwa saya hebat. Apa yang saya lakukan di atas hanyalah hal kecil. Namun saya melihat, dari hal yang kecil tersebut tersimpan sebuah ide besar yang bisa diterapkan oleh produk, layanan, dan bisnis Anda. Kalau saya bisa memanfaatkan komunitas followers dan friends untuk menciptakan conversations, cocreation, dan membangun komunitas yang solid, maka tentu saja hal yang sama bisa dilakukan untuk produk, layanan, atau bisnis apapun yang Anda kelola.
Tak peduli apakah Anda menjual mie instan, memproduksi mobil, memberikan layanan perbankan, atau menggauli bisnis restoran, prinsipnya tetap sama. Yaitu bahwa Anda harus bisa membentuk komunitas konsumen (yup, followers dan friends), lalu Anda ciptakan conversations yang intens dengan mereka, dan dari situ Anda ciptakan cocreation dengan melibatkan mereka dalam memberikan ide-ide produk, layanan, dan bisnis yang brilian. Harusnya ide-ide produk, layanan, dan bisnis hebat Anda datangnya dari conversations yang muncul dari aktivitas blogging.
Karena itu saya konfiden mengatakan, apapun bisnis yang Anda masuki, Anda harus punya blog dan menjadi passionate blogger seperti saya. Anda harus bangun komunitas konsumen melalui blog tersebut, dan Anda perkuat jalinan pertemanan antar konsumen Anda dengan menggunakan Twitter, Facebook, atau YouTube. Itu artinya, blogging dan produksi engaging content kini harus menjadi jantung dari aktivitas bisnis Anda.
Sama seperti saya, Anda harus memicu conversations melalui engaging content yang Anda produksi. Sama seperti saya, Anda harus membangun keintiman dengan konsumen melalui conversations tersebut. Sama seperti saya, Anda harus membuka telinga lebar-lebar untuk mendengarkan voice of customer yang terbersit dari setiap coversations itu. Kalau itu bisa terwujud maka conversations yang intens tersebut harus bermuara menjadi cocreation yang mampu mendongkrak kinerja produk, layanan, dan bisnis Anda. Dan akhirnya, kalau itu Anda lakukan berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun maka dengan sendirinya Anda telah membangun sebuah komunitas konsumen yang solid. Komunitas konsumen inilah harta karun Anda untuk mencapai kesuksesan yang sustainable.
Tahun 2008 saat meluncurkan buku saya “CROWD: Marketing Becomes Horizontal”, waktu itu saya sudah berani mengatakan bahwa: “the future of marketing is community marketing”. Kini, setelah lewat lima tahun, keyakinan saya semakin mengkristal bahwa komunitas akan menjadi mainstream pemasaran masa depan. Kalau komunitas menjadi demikian penting, maka conversations, listening the voice of customers, engaging content, cocreation, dan yes, di atas itu semua blogging akan menjadi pilar pemasaran masa depan.
Kalau demikian adanya, maka kini saya berani mengatakan: “every business is a blogging business”. Apapun bisnis Anda, apakah bikin pesawat terbang canggih, bikin gadget yang cool, bikin mi instan, atau bahkan bikin nasi goreng, Anda harus menjadi passionate blogger.
15 comments
100% agree!
Go Blog! 🙂
“Every business is a blogging business”.Saya wajib menulis blog mulai sekarang.
let’s blog… now
Ini bakal jadi boom ke depannya. Anyway, ada satu fenomena lagi sih yang saya lihat. Berhubung orang Indonesia minat baca tulisnya masih rendah (hehe, kenyataan nih), mereka beralih tuh sebagiannya ke kultwit di Twitter (kayak @HandryGE) atau nulis update status panjang di FB (kayak Darwis Tere-Liye). Ini menurut saya fenomena yang lain. tapi FB dan twitter kan bisa dibilang blog juga, cuma lebih simpel dan gampang ajah. every business is social media business huehehe
Memang, Twitter dan FB lebih enak, pendek-pendek nggak perlu tulisan panjang, cuma konten yang kita produksi di Twitter dan Fb bisa hilang setiap saat. Padahal aset utama strategi kita di socmed adalah konten bagus yang terakumulasi dalam kurun waktu lama. Ini kenapa kita perlu blog. Kalau mau pendek-pendek tulisan blog kita kayak di Twitter sesungguhnya tak masalah. Seth Godin misalnya, blog nya justru pendek-pendek. Tx input nya.
Bikin Rendang Padang Tenderloin harus ngeblog juga mas 🙂
yes, whatever your business, you must be a passionate blogger
Yes! Saya setuju sekali dengan pak Yuswohady.
Finally you write about it bro 😉
Sip!
Ada sisi lain dr blog, tidak hanya jadi media kita untuk menulis yg kita tau, tapi lebih jauh lagi yaitu mengembangkan ide dr apa yg kita tulis di blog. Luar biasa pak..
True!!!
nice post, sering2 mampir ah biar nambah pengetahuan
Sip!!
Setuju sekali Mas, umpan balik dari komunitas atau relasi atau pertemanan di dunia blog bikin tambah semangat menulis. Tulisan yang sangat mencerahkan dan semakin cinta saya pada dunia blogging..
Hidup menjadi lebih hidup dengan blogging 🙂
Berawal dari blog menjadi media, ahh..kenapa terlambat membaca tulisan ini..:)) Oksip.
Upsss… 😀
Saya setuju mas, blog itu adalah salah satu pemicu percakapan digital terbaik (selain video.)
Di Yukbisnis.com, setiap hari saya mendapatkan ribuan organic traffic GRATIS dari blog yang kami update setiap hari.
Brand Journalism akan menjadi kebutuhan setiap perusahaan di masa depan, bahkan brand sebesar Coca Cola (http://www.coca-colacompany.com/) dan Redbull (http://www.redbull.com/en) sudah sudah membuat website mereka untuk mengakomodir Brand Journalism yang tulang punggungnya di content blog.
@ Mas Wahyu
Benar bahwa Twitter adalah layanan microblogging, dan setiap tweet kita memiliki permalink sendiri. Namun artikel blog bisa di optimasi secara SEO dan dari sisi tampilan bisa sangat kaya akan visualisasi seperti gambar dan video.
Jadi dampak pemasarannya bisa lebih optimal mas.
Terimakasih mas Siwo sudah menyuarakan isi hati kami para business blogger 😀
Yup, karena itu saya menempatkan blog sebagai HOME (main page), sementara microblogging sebagai CHANNEL untuk mendekati mass konsumen. Great!!!
great idea Pak Yuswo…saya punya bisnis kecil-kecilan tapi ga tau memasarkannya ..baca tulisan ini saya jd punya keinginan untuk buat blog untuk memasarkan hasil karya saya. Terimakasih banyak.
Let’s blog… act NOW!!!
Mantab mas, memang membangun sebuah komunitas dengan pembaca blog yg setiah agak susah-susah gampang, akan tetapi apabila kita terus mengembangkan blog kita maka akan menjadi sesuatu yang berharga pada masa mendatang, thanx mas tulisanya memberikn inspirasi..
it’s a longterm investment… harus disabar-sabarin, hasilnya nggak bisa instan. Yang penting ditekunin terus
Bener mas… Saya juga merasakan banget jika berurusan dengan print media.. Jadinya ketawa sendiri baca artikel ini :))
Juga dulu istilah Co Creation terkesan “alien” sekali…
Belakangan sudah banyak sekali success story-nya. Baik studi kasus kelas berat maupun studi kasus yang ringan.
From alien now becomes mainstream
setuju banget mas… jadi mau belajar ngeblog lg. tenkyu
Bener juga nih mas, aktifitas ngeblog bagi para blogger yg memang ‘hobi’ nulis merupakan aktifitas yang mengasyikan..
Seperti ada yang kurang jika dalam satu pekan belum mengeluarkan tulisan..:D