yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Revolusi Konsumen

by yuswohady September 28, 2012
September 28, 2012

Dalam buku baru saya Consumer 3000, saya menggunakan sub-tittle: “Revolusi Konsumen Kelas Menengah Indonesia”. Di cover bahkan saya tulis: “Consumer 3000 merupakan revolusi terbesar dalam sejarah pemasaran di Indonesia”. Sub-title itu bukanlah sembarangan saya tulis untuk memicu sensasi agar buku saya populer atau agar laris manis di pasar.

Sub-title itu saya tulis karena sebuah keyakinan bahwa revolusi kelas menengah di Indonesia akan menghasilkan revolusi perilaku konsumen yang akan mengubah secara sangat mendasar rule of the game pemasaran di Indonesia. Dan perubahan rule of the game itu ujung-ujungnya akan merevolusi strategi yang dijalankan pemasar. Ingat hukum paling dasar di pemasaran: Ketika konsumen berubah, maka strategi harus diubah. Ketika konsumen mengalami revolusi, maka strategi pemasaran Anda pun harus direvolusi.

Bagaimana pergeseran perilaku yang terjadi ketika sebuah masyarakat naik kelas dari kelas bawah menjadi kelas menengah? Mari kita ungkap satu-persatu.

Beyond Basic
Ketika seseorang naik kelas dari miskin menjadi lebih kaya, maka naiknya daya beli tersebut akan mempengaruhi perilaku mereka dalam membeli dan mengkonsumsi barang dan jasa. Karena itu pergeseran massif suatu negara dari negara miskin menjadi negara perpendapatan menengah juga membawa dampak perubahan perilaku konsumen yang luar biasa.

Kecenderungan umum yang terjadi di berbagai negara, seiring meningkatnya daya beli, porsi pengeluaran kelas menengah untuk dibelanjakan makanan dan minuman akan turun. Seiring dengan penurunan tersebut, konsumen kelas menengah juga bergeser ke produk makanan-minuman yang lebih berkualitas dan lebih mahal. Akibatnya, kalori yang mereka konsumsi tumbuh lebih lambat dibanding  pertumbuhan pengeluaran untuk makanan-minuman.

Kalau porsi pengeluaran untuk makanan-minuman kian mengecil, pertanyaannya kemudian, kemana larinya uang mereka? Salah satu yang besar adalah dialihkan untuk hiburan (entertainment). Itu sebabnya penjualan televisi di negara-negara berpendapatan menengah (middle-income countries) melonjak drastis seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat. Kenaikan yang siknifikan juga terjadi untuk berbagai produk dan kebutuhan sekunder (non-essential categories) lain seperti pendidikan, kesehatan, dan perlengkapan rumah tangga advance, hingga barang-barang mewah.

Amazing China
Ambil contoh Cina. Cina adalah produsen kelas menengah terbesar di dunia. Dengan acuan pengeluaran $2-20 perhari, menurut Asian Development Bank (ADB) selama kurun waktu 1997-2007 Cina menghasilkan sekitar 500 juta penduduk kelas menengah baru. Dengan munculnya ledakan kelas menengah di Cina, maka perilaku membeli dan mengkonsumsi mereka juga bergeser. Dengan meningkatnya daya beli, pengeluaran untuk makanan dan pakaian (essential needs) tak tumbuh secara berarti. Sebaliknya pengeluaran untuk produk-produk yang lebih sekunder seperti produk kosmetik dan perawatan kulit, produk dekorasi rumah (home decoration), atau mobil mulai meningkat secara siknifikan.

Satu fenomena yang menarik dari perilaku konsumen kelas menengah di Cina adalah konsumsi terhadap barang-barang mewah. Dengan kian menggembungnya pundi-pundi, kelas menengah Cina (khususnya untuk upper middle-class) mulai “rakus” membeli merek-merek mewah top macam LV atau Guci. Kini Cina mulai menggeser Jepang sebagai pasar terbesar barang-barang mewah di dunia. Menurut McKinsey&Co, tahun 2015 Cina menguasai sekitar 22% pasar barang-barang mewah dunia. Mereka mulai membeli barang-barang mewah seperti pakaian (ready to wear), produk-produk kulit, jam tangan, hingga berlian baik melalui internet, bepergian ke luar negeri, atau membeli langsung di butik-butik kelas atas yang kini menjamur di Cina.

Knowledgeable
Kelas menengah cenderung memiliki anak yang lebih sedikit dibandingkan kelompok masyarakat miskin dan cukup besar porsi pendapatannya dialokasikan untuk pendidikan. Mereka umumnya memiliki kesadaran untuk berinvestasi di bidang SDM (investing in human capital) dengan menyekolahkan anak mereka, tak hanya di tingkat dasar, tapi juga ke jenjang yang lebih tinggi. Dibanding masyarakat miskin, kelas menengah juga lebih sering ke dokter dan menikmati layanan kesehatan yang lebih mahal. Tak mengherankan porsi pengeluaran mereka untuk kesehatan meningkat tajam seiring meningkatnya pendapatan.

Karena kenyataan ini salah satu definisi yang saya berikan untuk mengidentifikasi kelas menengah adalah bahwa mereka adalah kelompok masyarakat yang berpengetahuan dan berwawasan (knowledgeable). Tak hanya itu, lebih jauh lagi mereka adalah juga kelompok masyarakat yang berperadaban (civilized) berkat dasar pengetahuan yang lebih tinggi tersebut.

Mengingat pertumbuhan kelas menengah Indonesia yang sangat fantastis dan kian dominan, saya optimis masyarakat kita semakin civilized (tidak seenaknya melanggar lampu merah traffic light, tidak sembarangan buang sampah di jalan, tidak sembarangan memakai perangkat lunak bajakan, dan tidak permisif terhadap korupsi) menyusul negara tetangga Singapura atau Malaysia yang lebih terdepan dari kita.

Mengelola Aset
Lebih jauh lagi, kebutuhan masyarakat terhadap beragam layanan keuangan meningkat seiring dengan tumbuhnya kelas menengah di suatu negara. Mereka memiliki akses yang lebih baik kepada modal dan pinjaman. Studi yang dilakukan di negara-negara Asia menunjukkan, seiring dengan menggelembungnya kelas menengah di kawasan ini permintaan terhadap produk-produk keuangan seperti kartu kredit, KPR, hingga produk-produk investasi (Deutsche Bank Research, 2009).

Masyarakat kelas menengah adalah kelompok masyarakat yang mulai sadar mengelola aset-aset mereka secara sistematis. Prosesnya berjalan secara natural. Karena mereka mulai memiliki dana menganggur yang cukup besar, akan sayang jika dana berlebih tersebut tidak berkembang. Kalau dana mereka masih kecil, maka menyimpan dana tersebut dalam bentuk tabungan biasa tidak menjadi masalah. Namun ketika dananya sudah cukup besar maka mereka mulai berpikir bagaimana dana tersebut bisa menghasilkan return yang lebih besar.

Karena itu mereka mulai mencari instrumen-instrumen investasi yang sesuai dengan kebutuhan keuangan mereka. Pilihannya beragam, mulai dari memilih saham atau reksadana yang berisiko. Ada yang memilih investasi melalui pembelian properti. Atau pilihan yang aman seperti deposito atau obligasi pemerintah. Riset yang dilakukan oleh Knight Frank dan Citi Private misalnya, menemukan sasaran investasi mereka terutama adalah obligasi pemerintah, dana tunai, dan emas yang relatif lebih aman. Intinya mereka mulai berpikir bahwa duit menganggur tersebut harusnya bekerja untuk mereka; bukannya mereka yang bekerja untuk mencari duit.

Apa pesan penting dari tulisan ini? Ringkas dan jelas. Revolusi konsumen sudah di depan mata. Rule of the game sudah berubah. Dalam kondisi seperti ini pilihan Anda cuma satu: revolusi strategi pemasaran.

Related posts:

  1. Consumer 3000: Revolusi Konsumen Kelas Menengah Indonesia
  2. Revolusi Amfibi
  3. China’s Upper Middle Class Hungry for Luxury Product
  4. Nasionalisme Konsumen
  5. Konsumen Narsis
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
“10:90 Marketing”
next post
Family 3000: Alien @ Home

Baca Juga

Milenial Jaman Now: Penggerak Leisure Economy

November 18, 2017

“Dua Dunia” Otak Kita

October 13, 2017

The Dark Side of the Gen Z

September 24, 2016

Bukber

June 18, 2016

Multi-Tribes Netizen

February 21, 2016

Strategy in Crisis

September 12, 2015

Consumers in Crisis

September 5, 2015

#C3000 dan Value Innovation

June 13, 2015

Value Innovator

May 31, 2015

Jomblo Lifestyle

October 25, 2014

4 comments

ilmu komunikasi September 28, 2012 - 9:34 pm

Saya browsing mencari referensi perilaku konsumen ternyata smua ada disini..terimakasih mas…

Reply
Motty si Burung ZUPER! September 29, 2012 - 8:04 pm

Nice view Mas Siwo ^^

Bisa banget jadi pegangan buat mengolah #Peluang3000 jadi bisnis masa depan ya ^^

Keep on inspiring

Reply
Melia Oktarini October 9, 2012 - 6:49 pm

Sharing yang sangat bagus, terima kasih banyak pak.
Saya juga sudah membeli buku Consumer 3000.
Saya semakin yakin dengan bisnis saya di bidang kesehatan & pengelolaan berat badan http://www.badanideal.com.

Reply
28 Oktober: Momentum Membangkitkan Lagi Nasionalisme Ekonomi « Blognyakrisniy October 26, 2012 - 10:04 pm

[…] buku terbarunya, Consumer 3000, Pak Yuswohady menyebut, Klas Menengah Indonesia ini adalah pencetus Revolusi Konsumen. Yang berdampak mengubah lansekap industri. Mengubah strategi komunikasi. Sekaligus menjadi kunci […]

Reply

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks

    December 27, 2020
  • Best Business Books 2020: My Picks

    December 24, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (3)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (2)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (1)

    December 14, 2020
  • 6 Forces of Change 2021

    December 13, 2020
  • Konsumen Indonesia Optimis

    November 28, 2020
  • Prospective Businesses for UKM

    October 14, 2020
  • UKM Outlook 2021

    October 11, 2020
  • New Omni Marcomm

    October 1, 2020
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

    September 4, 2020
  • Family Life in the Pandemic Era

    September 4, 2020
  • 5 Digital Consumer Megashifts

    August 26, 2020
  • 15 Banking Consumer Megashift

    August 10, 2020
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends

    July 26, 2020
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends

    July 24, 2020
  • 25 Retail Megashifts

    July 18, 2020
  • New Marcomm Paradigm

    July 18, 2020
  • #IBF2020: The Inside Story

    July 9, 2020
  • #IBF2020 – ReBound, ReBoot, ReBorn

    June 27, 2020

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks
  • Best Business Books 2020: My Picks
  • Industry Megashifts 2021 (3)
  • Industry Megashifts 2021 (2)
  • Industry Megashifts 2021 (1)
  • 6 Forces of Change 2021
  • Konsumen Indonesia Optimis
  • Prospective Businesses for UKM
  • UKM Outlook 2021
  • New Omni Marcomm
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi
  • Family Life in the Pandemic Era
  • 5 Digital Consumer Megashifts
  • 15 Banking Consumer Megashift
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends
  • 25 Retail Megashifts
  • New Marcomm Paradigm
  • #IBF2020: The Inside Story
  • #IBF2020 – ReBound, ReBoot, ReBorn
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top