Salah satu ciri tipikal kelas menengah Indonesia (consumer 3000) adalah bahwa mereka masuk menjadi anggota kelas menengah setelah melalui perjuangan heroik meningkatkan derajat sosial-ekonomi. Mereka menjadi kaum mapan berkecukupan di Jakarta setelah melalui kerja keras mendongkrak status sosial-ekonomi selama belasan bahkan puluhan tahun.
Awalnya mereka dari keluarga miskin tinggal di kampung (yes, Klaten, Gunung Kidul, Wonogiri, Blora, Pacitan, Pasuruan, Nganjuk, dsb) tapi bercita-cita luar biasa untuk menjadi orang sukses. Mereka belajar SD, SMP, SMA, hingga universitas super giat karena yakin itulah senjata pamungkas untuk mendongkrak status sosial-ekonomi. Setelah sukses belajar, lalu mereka berurbanisasi ke Jakarta mengadu nasib mencari sesuap nasi dan sebongkah berlian. Mereka berkarir di Jakarta dengan etos kerja kampung yang bersahaja: prihatin dan ngirit, tak banyak menuntut, jujur dan tidak neko-neko, kerja ulet, tahan banting, dan semangat membaja untuk menjadi kaya. Berbekal itu semua, maka jadilah mereka orang sukses di Jakarta. Jadilah mereka anggota masyarakat kelas menengah yang mapan dan berpengetahuan.
Perjuangan heroik belasan/puluhan tahun itu kini telah berbuah ranum berupa kesuksesan hidup dan karir di Jakarta. Ada yang menjadi direktur perusahaan periklanan. Ada yang menjadi entrepreneur waralaba kedai kopi; ada yang menjadi dokter yang prakteknya kebanjiran pasien hingga dini hari. Ada yang menjadi kepala divisi salah satu BUMN papan atas. Ada yang menjadi konsultan bisnis online. Ada yang menjadi pejabat di kantor departemen. Ada yang menjadi kepala cabang bank terbesar di seantero negeri.
Perjuangan heroik penuh cucuran keringat itu harus dirayakan. Buah ranum kesuksesan itu harus ditunjukkan. Kisah jatuh-bangun yang berujung happy-ending yang membanggakan itu harus dipertontonkan. Maka jadilah mudik sebagai medium yang menggiurkan untuk โmementaskanโ kesuksesan kita. Mudik is about story of success. Mudik is about celebration of success. Mudik adalah โpanggungโ untuk mementaskan kesuksesan. Mudik menjadi medium yang luar biasa untuk pamer kesuksesan kita.
Anatomi Pamer
Pamer sesungguhnya merupakan manifestasi dari โberkomunikasiโ, yaitu menyampaikan suatu pesan dari satu orang kepada orang lain. Bicara mengenai berkomunikasi maka tentu ada sasaran komunikasi (target audience) dan pesan-pesan (message) komunikasi yang hendak disampaikan. Ketika kita mudik, siapa-siapa saja target audience yang menjadi sasaran dari pamer kesuksesan kita?
Yang pertama tentu orang tua. Orang tua kita telah berjuang luar biasa sampai titik darah penghabisan untuk membentuk, menggembleng, dan mengantarkan anaknya meraih kesuksesan. Karena itu sebagai anak kita pasti akan berpikir bahwa orang tua kita tentu ingin tahu apa hasil perjuangan dan jerih-payah mereka. Hasil perjuangan tersebut tak lain adalah kesuksesan yang kita raih. Mereka tentu ingin melihat kita, anak-anak mereka, pulang kampung dengan segudang kesuksesan. Semakin sukses kita, semakin confident pula kita sungkem kepada mereka.
Target audience kedua adalah saudara-saudara dan kerabat. Karena itu, mudik adalah ajang persaingan antar saudara/kerabat untuk menunjukkan kepada orang tua dan tetangga, mana di antara mereka yang lebih sukses. Yang menjadi manajer perusahaan terkemuka tentu lebih confident mudik dibanding yang cuma jadi sopir taxi. Yang menjadi dokter atau bankir tentu lebih bangga dibanding yang hanya menjadi satpam atau buruh pabrik.
Target audience ketiga adalah tetangga di kampung atau desa. Dilihat tetangga sebagai orang sukses adalah cool. Dipandang tetangga sebagai orang yang hidup berkecukupan di ibukota adalah kepuasan yang tak ternilai harganya. Karena itu tampil all out sebagai sosok yang sukses di depan tetangga dan masyarakat desa merupakan sesuatu yang sangat penting di saat mudik. Alangkah senangnya jika cerita kesuksesan kita menjadi viral word of mouth (layaknya WOM klinik Tong Fang) di seantero desa. Pencitraan sebagai sosok yang sukses di mata tetangga adalah sumber eksistensi kita.
It Is the Show Time!!!
Lalu pesan-pesan apa yang kita sampaikan saat kita pamer kesuksesan di kampung? Pesannya tentu adalah indikator–indikator atau simbol-simbol kesuksesan yang kita raih. Indikator dan simbol kesuksesan yang paling gampang tentu saja adalah capaian-capaian material. Oleh-oleh yang kita bawa; baju, sepatu, dan jam tangan yang kita kenakan; mobil yang kita kendarai; atau gadget yang kita bawa ke kampung merupakan simbol-simbol material kesuksesan kita.
Mobil adalah simbol kesuksesan paling strategis yang bisa kita pamerkan di kampung. Laju kesuksesan kita tentu akan kasat mata jika misalnya, lima tahun lalu kita mudik masih pakai Avanza; dua tahun lalu pakai Kijang; dan tahun ini Alphard kinyis-kinyis begitu gagah menelusuri jalanan kampung yang becek dan berlubang. Rumah sesungguhnya juga menjadi simbol kesuksesan ideal, cuma sayang tidak bisa diboyong dan dipamerkan di kampung (hehehe… :D).
Kalau beli mobil masih belum kuat, jangan khawatir, masih banyak jalan lain menuju Roma. Oleh-oleh yang kita bawa ke kampung juga bisa menjadi indikasi seberapa sukses kita di Jakarta. Itu sebabnya sejak awal puasa Pasar Tanah Abang selalu penuh oleh ibu-ibu yang memborong baju untuk oleh-oleh mudik. Belasan bahkan puluhan potong baju dibeli untuk seluruh sanak-keluarga di kampung. Bujet oleh-oleh 1 juta rupiah tentu berbeda dengan 10 juta. Yang membelanjakan 10 juta tentu saja akan dilihat sanak-kerabat lebih sukses dibanding yang cuma 1 juta.
Selain simbol material, cerita-cerita mengenai pekerjaan, sekolah anak-anak, atau gaya hidup di Jakarta juga bisa menunjukkan seberapa sukses kita di Jakarta. Saat di kampung, kita misalnya, begitu passionate menceritakan tempat kerja kita: sebuah perusahaan multinasional yang gajinya dolar, memiliki kantor cabang di ratusan negara, dengan headquarter di Time Square New York. Kita juga bisa cerita mengenai anak-anak kita yang sekolah di internasional school yang bahasa percakapannya Inggris dan Mandarin. Atau kita juga bisa cerita mengenai enak dan wah-nya hidup di Jakarta: tiap minggu belanja di Carrefour, seminggu tiga kali nge-gym di Celebrity Fitness, rutin nge-mall di Grand Indonesia atau Pacific Place, atau sesekali ngopi sore hari di Starbucks.
Selamat mudik, mari sama-sama kita pentaskan kesuksesan kita.
Note: About Consumer 3000 book
8 comments
Hehe…cukup akurat mas analisisnya….banyak belajar dari blog ini saya…, trimakasih
mudik u/ memotivasi org lain.. waah bagus itu.. ๐ tinggal d jaga jgn sampe berlebihan.. tp yg pake mobil sewaan juga banyak lho, demi terlihat ‘wah’ tadi.. selamat mudik, jakarta tak jagain deh.. hihihi..
Sejak lahir yg aku tau ibu bapak ku gg pernah mudik. Gg ada budaya mudik khusus d keluarga ku, beda dgn sepupu2ku yg tetap mudik entah ke rmh mbah yg sama atau mbah dari pihak ibu/bapak yg tidak satu keluarga besar dgn ku
Nggak pernah ngerasain tuh susah cari tiket, suk2an d kereta or bis, trus ketemuan keluarga besar..
Setelah beberapa hari lebaran, yg mudik satu2 dtg k rmh, mgkn krn bapak/ibu ku termasuk yg tertua utk d sambangi, jadi aja klo mrk gg mudik mrk yg dtg k rumah..
(Ini knp jd curcol ya? ๐ … )
Inti nya aku gg pernah ngerasain hal2 yg d sebut dlm ulasan mas siwo, tp mg2 msk dlm kategori sukses hahahahahaha.. Periode “pamer kesuksesan” udh sepanjang tahun.. dan saat mudik saatnya menikmati sepi nya Jekardaaa … :))
Ayo buat Mudik Gag Mudik Tetap Asyik ๐
Kalau kata iklan: enjoy aja lagi…
hehe,,konyol tapi bener juga nih. Asal niatnya bener untuk memotivasi anak-anak muda supaya rajin kerja, berbagi rejeki angpau buat orang sekampung, atau untuk bikin orangtua dan kerabat bangga, itu sah-sah aja menurut saya. Asal jangan buat sombong-sombongan. Ditambah bawa lowongan kerja buat orang di kampung bakal kinclong juga tuh ๐
Mudik merupakan momen dimana perekonomian di tiap2 daerah meningkat. Milyaran uang akan bergeser dari kota ke desa. Ini peristiwa yang gak akan di temui di belahan dunia manapun. ๐
Tapi mudik selalu membawa kesan orang pulang dari Hingar Bingar nya kehidupan keras di Kota besar menuju ke Kampung halaman yang penuh memori masa kecil. What the epic ending!
True… ๐
Mudik sudah merupakan simbol dari salah satu bangsa ini… Dan Mudik adalah relevan dari jakarta ke kota lain….
Mudik merupakan sarana bertemu semua sanak saudara dari seluruh penjuru negeri bahkan dari LN di kampung halaman. Karena hanya di moment Lebaran-lah semua lengkap hadir di kampung halaman. Pamer kesuksesan? No way ! Orang lain tidak perlu tahu seberapa kaya/sukses kita.
yang bener harusnya memang begini… ๐
Yang terpenting itu g cuma terlihat sukses mas, namun sukses beneran… G enak juga kan mudik cm bwt gengsi2an, mobil rental ntr di bilang punyanya, oleh2 hasil hutang hem.. Slmt lebaran mas yuswo ๐
Menurut saya pamer kesuksesan saat mudik lebaran tak masalah asal memang kita bener-bener sudah sukses. Kalau pamer kesuksesan menjadi pemacu kita untuk mencapai kesuksesan berikutnya, itu juga tak masalah, malah bagus. Yang jadi masalah adalah kalau belum sukses maksain menciptakan image sukses dengan ngutang sana sini. Jadi orang apa adanya itu enak banget, plong, nggak stress… ๐