yuswohady.com
  • Home
  • Biography
  • Home
  • Biography
bu zamana kadar sadece babası ile beraber yaşayan mobil porno genç oğlan üniversiteyi bitirdikten sonra hiç bir iş bulamaz porno izle ve evinde pineklemeye başlar Babasının milf bir kadın porno resim ile evlenme kararı ile adeta dumura uğrayan oğlan bunu porno izle ilk başta istemese de belki onunla iyi anlaşacağını seks izle düşünerek evde olduğu zamanlarda canı sıkıldığında üvey annesi sex hikayeleri ile sohbet edeceğini düşünerek kendisini rahatlatır Babasının yeni evlendiği porno izle kadın beklediğinden de çok iyi anlaşan genç oğlan sapık ensest hislerine mobil seks hakim olamayarak üvey annesinin odasına gelip siker
yuswohady.com

Human Brand

by yuswohady June 30, 2012
June 30, 2012

Kemunculan media sosial seperti Facebook, Twitter, dan blog memberikan peluang yang luar biasa bagi marketer untuk “memanusiakan” merek (humanize brand). Dulu saat media komunikasi merek dengan konsumen didominasi oleh media-media satu arah (one-way media) dan media broadcast (TV, surat kabar, billboard, dll) maka merek menjadi layaknya sebuah “tembok” yang tidak bisa diajak bicara, tidak bisa bercanda, atau mendengar keluh kesah konsumen.

Kini ketika media sosial seperti Facebook, Twitter atau blog hadir, merek tak hanya mampu berkomunikasi secara dua arah dengan konsumen, merek juga bisa membangun hubungan secara emosional/personal sehingga  sisi kemanusiaannya bisa terwujud secara utuh, natural, dan otentik (authentic). Melalui hubungan personal jangka panjang di media sosial maka konsumen akan bisa merasakan apakah sebuah merek baik hati, fun, humoris, penuh empati, suka menolong, serius, membosankan, enak menjadi teman, dan sebagainya. Artinya, kini merek bisa betul-betul menjadi manusia seutuhnya.

Bagaimana merek bisa memunculkan sisi manusia secara seutuhnya di media sosial? Berikut ini beberapa tipsnya.

Show People Behind
Kalau perusahaan Anda punya akun korporat Twitter, Facebook, atau blog, tunjukkanlah orang-orang (tim) yang mengelola akun tersebut, jelaskan profil mereka. Ingat hubungan di media sosial adalah hubungan “people to people” bukan “business to people”, bukan “business to business”, apalagi “robot to people”. Artinya sifat hubungan di dalam media sosial adalah “orang bicara dengan orang” bukan “perusahaan bicara dengan konsumen”. Dengan mengetahui sosok-sosok di balik akun Twitter atau Facebook, maka batas (barrier) antara merek dengan konsumen akan hilang, sehingga hubungan personal/emosional bisa berlangsung lebih natural dan otentik.

Create Conversations
Gunakanlah Twitter dan Facebook pada tempatnya, yaitu untuk ngobrol dua arah (conversation), bukannya mem-broadcast pesan. Kebanyakan merek di Indonesia masih menganggap Twitter dan Facebook tak beda dengan TV atau radio. Karena itu seenaknya mereka nge-blast iklan ke teman Facebook atau follower di Twitter. Mereka berpikir, ketika mereka memiliki puluhan ribu teman/followers maka dengan seenaknya mereka bisa “menjejali” mereka dengan pesan-pesan iklan yang memuakkan. Facebook dan Twitter harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk ngobrol dan mendengarkan keluh-kesah konsumen.

30 : 70 Rule
Di depan saya mengatakan bahwa merek harus memanfaatkan media sosial untuk ngobrol. Ngobrol apa? Ngobrol apa saja. Tapi ingat, obrolannya jangan berisi iklan dan jualan melulu. Saya punya “Hukum 30:70” yang bunyinya kira-kira begini: “Kalau Anda ngetwit atau meng-update status di Facebook, maka usahakan 30% berisi jualan, dan 70% berisi non-jualan”.  Apa akibatnya kalau posting Anda di Twitter, Facebook, dan blog pekat beraroma jualan? Lama-lama Anda akan dianggap “monster iklan”, “zombie promosi” atau “mesin jualan”. Namanya monster, zombie, dan mesian, Anda diangga tak punya hati, tak punya empati, tak punya perasaan.

Build Your Personal Style
Gaya ngetwit, update status di Facebook, atau tulisan di blog akan menentukan “sosok” dan “kepribadian” merek Anda di mata konsumen. Kalau twit-twit Anda ngocol, maka merek Anda bercitra ngocol. Kalau status update Anda fun dan penuh humor, maka merek Anda dipersepsi humoris. Sebaliknya jika posting Anda di blog serius dan boring, maka merek Anda dengan sendirinya dipersepsi boring. Karena itu, bangunlah sosok dan kepribadian merek Anda melalui gaya bicara dan gaya menulis di Twitter, Facebook, dan blog. Tapi ingat, sosok dan kepribadian tersebut haruslah diselaraskan dengan brand personality, tidak ngasal.

Don’t Automate
Otomasi Twitter (twitter automation) adalah melakukan posting twit secara otomatis layaknya robot. Twit kita program di-posting setiap hari atau secara terjadwal di waktu-waktu tertentu di mana kita tidak hadir di situ. Misalnya Anda punya 50 twit sehari, lalu Anda program twit tersebut muncul setiap 15 menit. Sepintas rasanya oke-oke saja kita melakukan otomasi Twitter, namun sesungguhnya langkah tersebut secara mendasar menciderai prinsip-prinsip kemanusiaan dalam bermedia sosial. Ya, karena otomasi Twitter sesungguhnya adalah bentuk komunikasi satu arah, komunikasi robot, komunikasi bebal, komunikasi budheg alias tuli. Kenapa begitu? Karena kita maunya nerocos melulu, tapi sama sekali tak mau mendengarkan dan mempedulikan para followers.

Involve Employees
Sejauh mungkin libatkan karyawan untuk menjadi brand ambasador di media sosial. Anda tak perlu membayar Agnes Monica, Sule, atau Dian Sastro ratusan juta perak untuk menjadi brand ambassador. Anda cukup minta sebanyak mungkin karyawan untuk menjadi pembela merek yang fanatik sekaligus otentik. Saya punya teman Twitter, namanya @WarihnyaXL yang sangat aktif bermedia sosial. Saya lihat teman saya ini adalah role model bagi brand ambassador perusahaan di media sosial. Ia menjadi “penjaga citra” XL; ia melakukan fungsi customer service bagi XL; ia menjelaskan dengan sabar kalau ada konsumen komplain ke XL; dst-dst. Alangkah indahnya jika semua karyawan menjadi brand ambassador di Twitter atau Facebook, bukan hanya karena low budget high impact, tapi yang lebih penting lagi, merek menjadi lebih human.

Related posts:

  1. The Nike+ Human Race in China: A Creative CROWD Strategy
  2. CROWD “Marketing Becomes Horizontal” – Manifesto #5: People need to communicate themselves, and EXPRESS their personal aspirations. Market becomes HUMAN
  3. Blunder Socmed
0
FacebookTwitterWhatsappEmail
yuswohady

Yuswohady, Managing Partner Inventure. Author of 50+ books on business & marketing, incl. the best seller "Millennials KILL Everything" (2019) and "Consumer Megashift after Pandemic" (2020).

previous post
8 Sosok Kelas Menengah Indonesia
next post
Get My New Book: Consumer 3000

Baca Juga

Memberi eTalk: Surveillance Economy

April 20, 2018

Setiap Orang Berbohong di Facebook

March 10, 2018

Facebook: Guru Menulis Terbaik di Dunia

September 9, 2017

Best Business Book 2016 – My Picks

December 24, 2016

Pahlawan Pajak

September 3, 2016

“Mukidi Effect”

August 27, 2016

Sharing Economy dan Koperasi

March 26, 2016

Millennial Trends 2016

January 17, 2016

Brand in Crisis

January 9, 2016

Resolusi

January 2, 2016

5 comments

Muadzin July 1, 2012 - 2:49 am

Penting banget nih mas utk entrepreneur UKM yg menggantungkan promosinya di socmed.
Thanks a lot!

Reply
iwan Agustian July 1, 2012 - 3:08 am

waaaah, berasa banget nih mas.. memang selama ini komunikasi antara brand dan follower nya cenderung 1 arah… tapi syukurlan kita udah mulai menyadari kesalahan itu semua. Thx Mas Siwo atas Nice sharingnya… sangat berguna untuk @semerbakcoffee

Siiiip 🙂

Reply
ihda July 1, 2012 - 10:49 am

Keren 🙂
As always 🙂

Reply
seenlook July 2, 2012 - 6:41 pm

Betul, mas. Motto : I can read U, berlaku disini. Cuma perlu waktu u/ mmbaca penuh ‘sosok baru’ tsb. Kr tidak terlihatnya ekspresi tubuh lawan bicara. Tapi menarik…sbg bentuk elaborasi plus evaluasi diri jga…^_^

Reply
Perang Twitter Cagub | Bisnisiana July 7, 2012 - 8:44 am

[…] Human Brand […]

Reply

Leave a Comment Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Artikel Terbaru

  • Sharing Economy in the Pandemic

    February 19, 2021
  • Syariah Universal

    February 12, 2021
  • Stay @ Home Lifestyle

    February 7, 2021
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks

    December 27, 2020
  • Best Business Books 2020: My Picks

    December 24, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (3)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (2)

    December 14, 2020
  • Industry Megashifts 2021 (1)

    December 14, 2020
  • 6 Forces of Change 2021

    December 13, 2020
  • Konsumen Indonesia Optimis

    November 28, 2020
  • Prospective Businesses for UKM

    October 14, 2020
  • UKM Outlook 2021

    October 11, 2020
  • New Omni Marcomm

    October 1, 2020
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi

    September 4, 2020
  • Family Life in the Pandemic Era

    September 4, 2020
  • 5 Digital Consumer Megashifts

    August 26, 2020
  • 15 Banking Consumer Megashift

    August 10, 2020
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends

    July 26, 2020
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends

    July 24, 2020
  • 25 Retail Megashifts

    July 18, 2020

Langganan Artikel via Email

Recent Posts

  • Sharing Economy in the Pandemic
  • Syariah Universal
  • Stay @ Home Lifestyle
  • Best Business Book 2020 on COVID-19: My Picks
  • Best Business Books 2020: My Picks
  • Industry Megashifts 2021 (3)
  • Industry Megashifts 2021 (2)
  • Industry Megashifts 2021 (1)
  • 6 Forces of Change 2021
  • Konsumen Indonesia Optimis
  • Prospective Businesses for UKM
  • UKM Outlook 2021
  • New Omni Marcomm
  • Dunia Hiburan Terkoyak Pandemi
  • Family Life in the Pandemic Era
  • 5 Digital Consumer Megashifts
  • 15 Banking Consumer Megashift
  • New Normal 100: Leisure & Travelling Trends
  • New Normal 100: Digital Life & Privacy Trends
  • 25 Retail Megashifts
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube

@2020 - All Right Reserved. Designed and Developed by Wihgi.com


Back To Top