Kebangkitan Nasional I adalah bangkitnya rasa dan semangat persatuan, nasionalisme dan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Kebangkitan Nasional II adalah bangkitnya rasa dan semangat persatuan, nasionalisme, dan kesadaran untuk menjadi negara besar di dunia. The Great Indonesia!
Hampir semua lembaga penelitian bergengsi global telah meramalkan Indonesia akan menjadi bangsa besar di dunia karena kekuatan ekonominya. Euromonitor (2010) meramalkan tahun 2020 Indonesia menempati urutan ke-12 kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Di tahun 2050 Indonesia kian perkasa, karena menurut Goldman Sach (2008) Indonesia akan menjadi ekonomi terbesar ke-7 di dunia mengalahkan Jerman, Inggris maupun Jepang. “Welcome the Great Indonesia!”
Melalui tulisan ini saya ingin mengatakan bahwa pilar yang menopang kemajuan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi besar di dunia tersebut adalah kelompok masyarakat kelas menengah. Kalau kita mengambil definisi kelas menengah dari Asian Development Bank (ADB), masyarakat dengan pengeluaran perhari sebesar USD2-20, maka saat ini mereka telah mencapai jumlah sekitar 135 juta atau hampir 60% masyarakat kita. Mereka tumbuh pesat sekitar 8-9 juta orang pertahunnya. Karena itu Kebangkitan Nasional II tak bisa dilepaskan dari kebangkitan kelas menengah kita.
Sudah banyak studi yang dilakukan para pakar yang mengkonfirmasi mengapa kelas menengah menjadi backbone dari kemajuan ekonomi suatu negara. Peran sentral kelas menengah ini saya bagi menjadi tiga aspek. Pertama adalah peran kelas menengah sebagai konsumen (saya sering menyebutnya, Consumer 3000). Kedua adalah peran mereka sebagai pelaku ekonomi, khususnya sebagai entrepreneur pencetak lapangan kerja. Ketiga peran sebagai pelaku politik yang mendorong proses demokratisasi.
Strong & Independent Domestic Demand
Konsumen kelas menengah adalah konsumen yang memiliki daya beli cukup tinggi sehingga mereka membeli dan mengkonsumsi barang-barang yang lebih advance seperti elektronik konsumsi, motor-mobil, appliances, layanan perbankan (tabungan, kartu kredit, KPR, ORI, reksadana, asuransi), hingga liburan. Merek-merek global berebut masuk ke Indonesia karena mareka kepincut pada besarnya pasar kelas menengah ini.
Ketika permintaan terhadap produk dan layanan tersebut meningkat karena tingginya pembelian oleh kelas menengah, maka industri-industri akan tumbuh pesat. Majunya industri elektronik, otomotif, perbankan, properti, hingga airlines beberapa tahun terakhir banyak didorong oleh permintaan kelas menengah yang tinggi ini. Kalau industrinya berkembang pesat, maka industri tersebut akan mampu menciptakan lapangan kerja lebih banyak lagi.
Kokohnya kelas menengah juga akan mendorong permintaan dalam negeri kuat. Ketika permintaan dalam negeri kuat maka pengaruh krisis di berbagai belahan dunia kepada perekonomian Indonesia bisa lebih diminimalisir. Indonesia akan lebih mandiri dan solid menghadapi pengaruh dan gejolak ekonomi internasional. Tahun lalu misalnya domestic consumption kita telah mencapai angka cukup besar sekitar Rp 3.500 trilliun atau sekitar 60% dari GDP. Dengan kekuatan konsumsi dalam negeri ini kita menjadi lebih tahan terhadap krisis yang teradi di Eropa tahun ini atau krisis mortgage di Amerika tahun 2008.
New Entrepreneur Class
Jangan lupa, di samping sebagai konsumen, kelas menengah adalah juga pelaku ekonomi yang sangat strategis bagi suatu negara. Kelas menengah merupakan kelas wirausahawan baru yang memiliki kemampuan berinvestasi (capital accumulation), membangun usaha, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong produktivitas bagi perekonomian secara keseluruhan. Kelas menengah adalah sumber utama pembentukan kelas wirausahawan baru (entrepreneurial class).
Kelas menengah adalah kelompok masyarakat yang memiliki kapasitas untuk membangun dan mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan (investment in human capital). Mereka memiliki kemampuan dalam berinovasi menciptakan ide-ide bisnis yang memicu munculnya usaha kecil, menengah, maupun besar. Di samping itu mereka juga memiliki apa yang disebut “middle class values” yaitu nilai-nilai pekerja keras, berwawasan global, kreativitas, mengambil risiko (take-risk), pembelajar, dan sebagainya.
Dalam teori ekonomi, ide, inovasi, kreativitas; akumulasi modal manusia; dan akumulasi modal fisik merupakan faktor pembentuk pertumbuhan yang kokoh (robust) dan berkesinambungan (sustainable). Intinya saya ingin mengatakan, kelas menengah memainkan peran krusial dalam pembentukan modal strategis tersebut.
Drive Democratization
Peran strategis kelas menengah tak hanya terbatas di ranah ekonomi, tapi juga politik. Ya, karena pengalaman di berbagai negara kelas menengah memainkan peran krusial dalam proses demokratisasi. Karena tingkat pengetahuan yang tinggi, kelas menengah memiliki nilai-nilai yang penting bagi terwujudnya proses demokratisasi.
Kajian Pew Research (2009) di 13 negara berpendapatan menengah (middle-income countries) misalnya, menemukan bahwa kelas menengah memiliki nilai-nilai yang menjunjung praktek demokrasi seperti pemilu yang bebas dan jujur, kebebasan berpendapat, dan sistem peradilan yang adil. Dalam tulisan terbarunya di jurnal Foreign Affair berjudul “The Future of History” (2012), pakar politik Francis Fukuyama bahkan menempatkan kelas menengah sebagai penentu arah politik dan demokrasi ke depan.
Kalau mengaca pada proses transformasi politik yang dialami Indonesia alami pasca runtuhnya Orde Lama tahun 1998, maka kita tak bisa memungkiri peran krusial kelas menengah ini. Proses demokratisasi yang hingga kini masih carut-marut tak lepas dari peran kelas menengah (mahasiswa, profesional, intelektual, tokoh partai politik, dsb) yang aktif dan vokal mengawal jalannya ransformasi politik.
20 Mei 2012 adalah awal Kebangkitan Nasional II. Wahai kelas menengah Indonesia, masa depan negeri ini ada di tanganmu. Bangkitlah!!! Wujudkan the Great Indonesia!!!
1 comment
Berbicara kebangkitan nasional rasanya kurang afdol jika hanya membahas sebuah kelompok atau golongan. Karena pada dasarnya kebangkitan nasional adalah hak dan kewajiban seluruh rakyat, tidak terbatas pada kelompok atas, menengah atau bawah. Menurut saya para guru mempunyai peranan yang lebih urgen untuk mewujudkan semangat kebangkitan generasi muda. Kita tahu bahwa kualitas suatu negara tergantung SDM rakyatnya dan kualitas SDM tergantung tingkat pendidikannya. Menjadi orang kaya memang tidak harus berpendidikan tapi untuk membangun nasionalisme dan semangat kebangkitan sangat memerlukan pendidikan.